Heroin adalah sebutan lain dari putaw yang merupakan salah satu obat-obatan adiktif berbentuk bubuk berwarna putih. Salah satu ciri-ciri pengguna heroin, yaitu memiliki bekas suntikan di kulit.
13 Agt 2020
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Heroin adalah salah satu narkoba yang berbahaya
Table of Content
Apa itu heroin? Putaw atau heroin adalah obat-obatan adiktif yang diproses dari morfin. Bentuk heroin biasanya berupa bubuk berwarna putih, namun ada juga yang berwarna kehitaman dengan tekstur lengket. Orang yang mendapat suntikan heroin akan merasakan euforia dan perasaan positif, hal yang paling membuat orang ketagihan mengonsumsinya.
Advertisement
Tak hanya merasa euforia, perasaan lain yang muncul setelah mengonsumsi heroin adalah seakan bermimpi. Mereka tidak khawatir akan apapun sekaligus merasa sangat aman. Efek heroin biasanya bertahan selama 3-4 jam setelah mengonsumsinya.
Cukup mudah mengenali tanda-tanda seseorang mengalami kecanduan heroin, seperti:
Secara fisik, ciri-ciri overdosis heroin berupa detak jantung lemah, kesulitan bernapas, hingga hilang kesadaran. Jika ini terjadi, penanganan medis darurat harus segera diberikan.
Baca Juga
Masih ada banyak mitos seputar heroin yang membuat banyak orang terjebak kecanduan substansi berbahaya ini. Padahal, tidak ada bukti ilmiah atau bisa jadi mitos yang muncul hanyalah bentuk pembenaran bagi mereka yang mengonsumsi heroin.
Beberapa mitos seputar heroin adalah:
Salah besar jika konsumsi heroin hanya dilakukan orang dari status ekonomi sosial menengah ke bawah. Menurut CDC (Centers for Disease Control and Prevention), dalam beberapa tahun terakhir peningkatan konsumsi heroin justru dilakukan khususnya oleh perempuan yang memiliki asuransi jiwa pribadi. Tentu saja, golongan ini termasuk golongan orang dengan status ekonomi sosial lebih tinggi.
Mitos lain yang juga lekat dengan konsumsi heroin adalah anggapan bahwa orang yang kecanduan bermula dari konsumsi obat pereda nyeri. Padahal, obat pereda nyeri yang diresepkan oleh dokter atau tenaga medis profesional tidak ada hubungannya dengan kecanduan heroin.
Bahkan, hanya sekitar 4% pengguna obat pereda nyeri yang dalam 5 tahun berikutnya mengonsumsi heroin. Selama dikonsumsi atas resep dokter, obat pereda nyeri tidak menyebabkan seseorang lantas mengonsumsi heroin.
Tingkat kematian orang yang kecanduan heroin cukup tinggi, bahkan program rehabilitasi pun tidak menutup kemungkinan seseorang kembali mengonsumsi heroin atau relapse. Meski demikian, keberhasilan melepaskan diri dari heroin rendah adalah mitos.
Menurut studi, orang yang mengonsumsi heroin bisa lepas dari kecanduannya secara alami. Entah itu lewat rehabilitasi, prosedur medis, bahkan secara alami. Namun, persepsi tentang pecandu heroin yang enggan menjalani pengobatan masih begitu kuat sehingga menciptakan mitos ini.
Ada anggapan bahwa pecandu heroin harus dihadapkan dengan kenyataan paling pahit atau diperlakukan dengan keras untuk bisa benar-benar sembuh. Padahal, orang yang mengalami kecanduan paling efektif merespons perawatan yang tetap mengutamakan respek dan martabat si pecandu.
Pendekatan dengan cara yang baik tanpa konfrontasi dua kali lebih efektif ketimbang intervensi secara langsung. Bahkan, hingga kini belum ada studi ilmiah yang membuktikan bahwa penanganan keras terhadap pecandu heroin lebih efektif ketimbang perawatan dengan empati.
Ada mitos bahwa heroin lebih tidak berbahaya apabila konsumsinya dilakukan dengan cara dihisap. Padahal, terlepas dari bagaimana cara konsumsinya, heroin adalah substansi yang menyebabkan kecanduan dan mematikan. Hanya saja jika dihisap, risiko mengalami penularan HIV dari penggunaan jarum bersama orang lain lebih rendah.
Methadone adalah jenis perawatan kecanduan heroin yang cukup populer. Ada anggapan bahwa methadone justru lebih berbahaya ketimbang heroin itu sendiri. Padahal, methadone justru lebih aman karena diresepkan oleh tenaga medis profesional di lingkungan yang terkendali.
Methadone pun hanya memerlukan toleransi cukup rendah dan menghilangkan gejala kecanduan. Orang yang menjalani rehabilitasi dengan konsumsi methadone terbukti bisa kembali berpartisipasi dalam kehidupan sosial bahkan kembali bekerja.
Selama bertahun-tahun, sebagian besar pecandu heroin adalah orang berusia 30 tahun ke atas. Namun, angka ini terus mengalami pergeseran. Kini, pecandu heroin dari kalangan remaja berusia 18 tahun ke atas juga meningkat. Itu sebabnya, edukasi tentang bahaya kecanduan heroin penting disosialisasikan sejak dini.
Saat menjalani rehabilitas, pecandu heroin akan mengalami beberapa gejala yang tidak nyaman seperti insomnia, diare, muntah, keringat dingin, hingga gerakan menendang yang tidak terkendali.
Baca Juga
Kontrol dari orang terdekat serta komitmen menjalani rehabilitasi adalah kunci kesembuhan seseorang dari kecanduan heroin. Meskipun heroin tak akan langsung menyebabkan kecanduan setelah dikonsumsi pertama kali, tetap saja paparan substansi berbahaya ini selama berbulan-bulan akan membuat proses detoksifikasi lebih sulit.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Pernah mengalami badan terasa dingin setiap saat? Penyebabnya bisa saja berasal dari penyakit tertentu, seperti hipotiroid, diabetes, dan sebagainya.
Tepung kelapa terbuat dari daging kelapa yang dikeringkan dan digiling. Tepung ini dipercaya memiliki berbagai manfaat untuk kesehatan, apa saja?
Kata “mukbang” berasal dari dua kata bahasa Korea, “mukja” yang berarti “mari makan” dan “bang song” yang berarti “broadcast”. Popularitasnya berasal dari Korea Selatan, namun kini sudah tak lagi mengenal batas dan jarak, sudah dilakukan begitu banyak orang di penjuru dunia.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved