Setelah imunisasi, ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan agar vaksin yang didapat dapat bekerja sempurna. Minum obat penurun panas atau antinyeri adalah salah satu pantangannya, meski dalam beberapa kondisi dokter menganjurkan minum obat.
25 Okt 2021
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Ada sejumlah hal yang tidak boleh dilakukan setelah imunisasi atau vaksin karena dapat memengaruhi kerjanya
Table of Content
Imunisasi atau vaksin merupakan upaya kesehatan masyarakat dalam mencegah penyebaran penyakit. Keduanya sama-sama bertujuan melawan penyakit dengan menciptakan antibodi dan meningkatkan kekebalan tubuh. Agar bekerja efektif, terdapat beberapa hal yang tidak boleh dilakukan setelah imunisasi, apa saja?
Advertisement
Imunisasi bisa melindungi Anda dan keluarga dari penyakit tertentu. Untuk memaksimalkan manfaatnya, berikut ini beberapa hal yang tidak boleh dilakukan setelah imunisasi:
Menekan dan menggosok area suntikan bisa memperparah nyeri dan meningkatkan risiko infeksi. Apalagi jika Anda menggunakan tangan yang kotor.
Untuk mengurangi rasa nyeri yang muncul di titik injeksi, lakukanlah kompres hangat dengan kain yang bersih dan lembut.
Melansir dari jurnal Human Vaccines and Immunotherapeutics, penggunaan obat penghilang nyeri jenis antipiretik dan analgesik mungkin memberikan efek negatif terhadap respons antibodi setelah imunisasi. Hal ini bisa menyebabkan terganggunya pembentukan sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit.
Akan tetapi, dalam program vaksinasi massal untuk Covid-19, Anda mungkin diberikan 1 strip obat penurun panas (paracetamol), usai mendapatkan vaksin AstraZeneca. Anda dapat mengonsumsinya jika terasa nyeri yang mengganggu aktivitas.
Pastikan Anda mendengarkan dengan saksama hal yang disampaikan oleh vaksinator terkait penggunaan obat antipiretik dan analgesik usai vaksin. Jika Anda mengalami nyeri atau demam setelah imunisasi, konsultasikan dengan dokter terkait jenis, dosis, dan waktu pemberian obat yang aman pasca imunisasi.
Vaksin bekerja bersama dengan sistem kekebalan tubuh. Jika sistem kekebalan tubuh terganggu, vaksin tidak dapat bekerja dengan baik bahkan rusak.
Beberapa jenis obat diketahui dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh, seperti obat pascatransplantasi organ. Itu sebabnya, pasien transplantasi organ perlu menunda waktu imunisasi sampai batas waktu yang dianjurkan dokter.
UNICEF menganjurkan untuk tidak merokok dan minum minuman beralkohol setelah imunisasi. Tembakau dan alkohol dapat memperburuk efek samping yang ditimbulkan pasca imunisasi.
Selain itu, alkohol juga diketahui memberi efek negatif pada sistem kekebalan tubuh sehingga respons terhadap vaksin tidak efektif.
Baca Juga
Salah satu pantangan setelah vaksin yang perlu Anda ikuti adalah perbanyak istirahat dan menghindari aktivitas berlebihan.
Anda perlu menghindari aktivitas fisik berat setidaknya 2-3 hari setelah vaksin. Dalam hal ini, tubuh membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dan pulih dari efek samping yang mungkin ditimbulkan.
Beberapa jenis vaksin membutuhkan lebih dari satu tahap dalam pemberiannya, vaksin Covid-19 misalnya.
Ketika Anda telah mendapatkan vaksin dosis pertama, jangan menunda atau melewatkan waktu imunisasi dosis kedua yang telah dijadwalkan. Hal ini untuk memaksimalkan pembentukan antibodi dalam melawan penyakit.
Pastikan Anda memperhatikan dengan benar jadwal pemberian vaksin berikutnya. Untuk orang tua, pastikan Anda tidak melewatkan jadwal imunisasi dasar anak.
Berkaitan dengan poin sebelumnya, jika pemberian vaksin dilakukan dua tahap di waktu yang berbeda, pastikan Anda mendapat jenis vaksin yang sama dengan jenis sebelumnya.
Pada umumnya, vaksin tergolong aman dan bisa ditoleransi tubuh dengan baik, tanpa menimbulkan reaksi apa pun. Namun, pada beberapa orang vaksin juga bisa menimbulkan efek samping.
Kondisi ini disebut juga KIPI, alias kejadian ikutan pasca-imunisasi. Efek samping yang muncul setelah imunisasi biasanya tergolong ringan dan bisa hilang dengan sendirinya, seperti:
Jika hal ini terjadi, kompres hangat di area suntikan bisa mengurangi gejalanya.
Pada beberapa kasus yang jarang terjadi, demam tinggi dan reaksi alergi juga bisa terjadi setelah imunisasi.
Konsultasikan diri ke dokter sebelum melakukan imunisasi atau vaksinasi bisa meminimalkan risiko efek samping yang ditimbulkan.
Meski bisa menimbulkan efek samping, vaksin tergolong aman dan memiliki manfaat yang jauh lebih besar daripada risikonya.
Baca Juga
Menaati pantangan dan hal yang tidak boleh dilakukan setelah imunisasi bisa membantu kerja vaksin dalam membentuk antibodi. Dengan begitu, sistem kekebalan tubuh Anda dapat segera membentuk perlindungan akan penyakit tertentu.
Beberapa hal tersebut juga bisa mengurangi risiko efek samping yang mungkin terjadi pasca-imunisasi.
Nyeri, pegal, dan demam setelah vaksinasi adalah reaksi normal tubuh dan bisa hilang dalam beberapa hari. Namun, jika kondisi ini tak kunjung hilang bahkan menyebabkan demam tinggi hingga reaksi alergi, segera hubungi dokter.
Anda juga bisa berkonsultasi dengan dokter terkait hal-hal yang tidak boleh dilakukan setelah imunisasi melalui aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download aplikasinya di App Store dan Google Play sekarang!
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Cacar pernah menjadi salah satu momok mematikan dalam sejarah. Namun berkat Edward Jenner, si penemu vaksin cacar, Anda tidak perlu lagi khawatir dengan penyakit tersebut di masa modern ini. Eksperimen sukses dari Edward Jenner bahkan disebut sebagai pencapaian terbesar dalam dunia medis.
Pemerintah terus mendistribusikan vaksin Covid-19 untuk masyarakat, salah satunya lansia. Vaksin Covid-19 untuk lansia bisa didapatkan dengan mendaftarkan diri di situs www.kemkes.go.id atau www.covid19.go.id.
Bayi demam dapat menjadi salah satu hal paling menakutkan bagi orang tua, terutama ketika demam tinggi atau bayi baru berusia beberapa minggu. Kenali penyebab bayi demam dan cara paling efektif untuk mengobatinya dalam artikel ini!
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved