Gorengan selalu menjadi makanan yang menggiurkan untuk dikonsumsi. Namun, kandungan gorengan memiliki berbagai dampak yang membahayakan tubuh, seperti obesitas, diabetes melitus, penyakit jantung, hingga kanker. Hal itu disebabkan adanya perubahan komposisi makanan dan minyak saat proses penggorengan. Makanan akan menyerap lemak sehingga terjadi peningkatan energi dalam makanan. Jika digunakan berulang kali, minyak yang digunakan dalam menggoreng juga akan menghasilkan enzim yang berbahaya bagi
Ditinjau secara medis oleh dr. Karlina Lestari
25 Mei 2019
Terlalu banyak mengonsumsi gorengan berbahaya bagi kesehatan tubuh.
Table of Content
Gorengan merupakan salah satu jenis makanan yang sering dikonsumsi dan mudah ditemukan sehari-hari di Indonesia. Aneka gorengan menjadi salah satu menu utama saat berbuka karena rasanya yang lezat dan penampilannya yang menggiurkan. Akan tetapi, tahukah bahwa kandungan dalam gorengan bisa membawa dampak buruk bagi kesehatan tubuh?
Advertisement
Ketik proses menggoreng, terjadi perubahan komposisi makanan dan minyak, melalui proses oksidasi, polimerasi, serta hidrogenasi. Makanan akan kehilangan kandungan cairan dan menyerap lemak sehingga terjadi peningkatan energi dalam makanan.
Minyak yang digunakan dalam menggoreng akan mengalami kerusakan lewat proses oksidasi dan hidrogenasi, terutama apabila minyak tersebut digunakan berulang kali. Hal ini menyebabkan berkurangnya kandungan lemak tidak jenuh, seperti asam linoleat dan meningkatkan komposisi lemak trans.
Minyak yang digunakan berulang kali akan menghambat aktivitas paraoksonase, yaitu senyawa enzim yang berperan menahan aktivitas kolestrol low density lipoprotein (LDL) yang dianggap sebagai kolestrol jahat dan berperan dalam pembentukkan aterosklerosis.
Bahan makanan yang sama akan memiliki kandungan kalori yang berbeda, tergantung pada cara pembuatannya. Contohnya, 100 gram kentang panggang memiliki kandungan 93 kalori dan 0 gram lemak. Kentang goreng dalam berat yang sama, mengandung 319 kalori dan 17 gram lemak. Temuan ini menunjukkan bahwa dalam porsi makan yang sama, bisa mendapatkan lebih banyak kalori.
Selain peningkatan kalori, makanan yang digoreng secara visual tampak lebih menarik dan renyah sehingga bisa meningkatkan jumlah konsumsinya. Konsumsi kalori dalam jumlah banyak menyebabkan mudah mengalami kelebihan berat badan dan meningkatkan risiko obesitas. Peningkatan lemak trans juga memengaruhi hormon yang mengatur rasa lapar dan penyimpanan lemak.
Seseorang yang senang mengonsumsi gorengan memiliki risiko diabetes melitus tipe 2 yang lebih tinggi. Dalam sebuah penelitian, seseorang yang mengonsumsi gorengan 4-6 kali dalam seminggu meningkatkan risiko diabetes melitus tipe 2 sebesar 39%, sedangkan bila mengonsumsi gorengan 7 kali atau lebih dalam seminggu, risikonya meningkat menjadi 55%.
Banyaknya konsumsi gorengan akan meningkatkan resistensi insulin dalam tubuh. Insulin adalah hormon yang berperan dalam mengatur kadar gula darah dengan mengubah glukosa darah dalam bentuk glikogen.
Mengonsumsi gorengan juga menyebabkan peningkatan tekanan darah dan menurunkan kadar kolestrol high density lipoprotein (HDL). Selain itu, obesitas yang terjadi akibat konsumsi gorengan juga meningkatkan risiko penyakit jantung.
Penelitian dari British Medical Journal menunjukkan konsumsi gorengan, seperti ayam goreng, dalam jumlah banyak dan dalam intensitas yang sering, mampu meningkatkan risiko terjadinya kematian akibat penyakit kardiovaskuler.
Baca Juga
Proses menggoreng makanan dapat menyebabkan terbentuknya akrilamid pada beberapa makanan. Akrilamid merupakan senyawa toksik yang terbentuk pada temperatur tinggi, seperti menggoreng dan membakar. Proses terbentuknya akrilamid terjadi akibat reaksi kimia antara gula dan asam amino asparagin. Senyawa akrilamid diduga memiliki asosiasi peningkatan kejadian kanker.
Contoh makanan yang dapat menyebabkan pembentukkan akrilamid adalah kentang goreng dan keripik kentang. Semakin gelap warna makanan yang digoreng, maka semakin tinggi kandungan akrilamid yang terdapat di dalamnya.
Sebuah penelitian pada hewan menunjukkan adanya peningkatan kejadian kanker pada konsentrasi akrilamid yang sangat tinggi (1.000-10.000 kali kandungan yang diperoleh manusia lewat makanan). Sementara itu, penelitian pada manusia menunjukkan hasil beragam. Sebuah penelitian menunjukkan peningkatan risiko kanker ovarium, endometrium, dan ginjal, sedangkan penelitian lainnya tidak memperoleh hubungan bermakna antara akrilamid pada makanan dan kejadian kanker.
Advertisement
Ditulis oleh Giovanni Jessica
Referensi
Artikel Terkait
Karagenan adalah zat aditif pengental yang diekstraksi dari rumput laut merah. Karagenan merupakan pengental yang kontroversial dan dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan.
12 Nov 2020
Atasi lapar tengah malam dengan memperbaiki pola makan dan kelola stres dengan baik. Hindari terjaga hingga malam karena hal itu memicu rasa lapar yang besar.
23 Jan 2023
Tteokbokki atau topokki adalah jajanan khas Korea Selatan yang terbuat dari potongan kue beras kenyal, kue ikan, serta telur rebus, yang disiram dengan saus pedas. Di balik kelezatannya, kalori tteokbokki cukup tinggi sehingga sebaiknya jangan dikonsumsi secara berlebihan.
13 Jul 2021
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved