Gizi balita yang buruk dapat menghambat tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, pemenuhan gizi Si Kecil harus diperhatikan, di antaranya melalui pemberian ASI serta vitamin A.
2.67
(3)
10 Feb 2021
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Menyusui adalah salah satu cara memenuhi kebutuhan gizi balita
Gizi balita masih menjadi persoalan yang terjadi di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Setidaknya ada dua masalah gizi di Tanah Air, yaitu gizi kurang dan kegemukan. Bayi yang terlalu gemuk mungkin selama ini selalu dipandang lucu dan sangat sehat.
Advertisement
Padahal, kasus kegemukan pada balita harus selalu mendapat perhatian, karena kondisi tersebut dapat membawa dampak buruk terhadap fisik maupun psikis anak. Angka kasus kegemukan pada anak pun cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Di sisi lain, kekurangan gizi pada balita juga tentu tidak bisa diabaikan. Apalagi, kondisi tersebut dapat menjadi salah satu faktor penyebab kematian anak. Di luar itu, gizi kurang dapat menurunkan kecerdasan anak, serta meningkatkan risiko terhadap penyakit tidak menular di masa mendatang.
Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi dari Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2019, berikut adalah status kebutuhan gizi balita usia 0-6 tahun.
Kebutuhan gizi makro dan mikro bayi berusia 0-6 bulan per hari, di antaranya:
Adapun kebutuhan gizi per hari bayi berusia 7-12 bulan, antara lain:
Kebutuhan gizi balita 1-3 tahun per hari yang harus dipenuhi, di antaranya:
Sementara itu, kebutuhan gizi balita 4-5 tahun per hari, antara lain:
Pastikan Anda memenuhi kebutuhan gizi balita. Jika asupan nutrisinya terpenuhi, pertumbuhan anak dapat berjalan optimal. Status gizi balita pun menjadi salah satu tolak ukur tercukupinya kebutuhan asupan gizi harian yang berdasarkan pada berat badan, tinggi badan, dan usia.
Baca Juga
Untuk mengatasi kasus gizi buruk anak di Indonesia, sekaligus memenuhi kebutuhan gizi balita, pemerintah melalui Kementerian PPN/Bappenas RI menerbitkan Kajian Sektor Kesehatan mengenai Pembangunan Gizi di Indonesia. Salah satu poin dalam kajian tersebut adalah cara mengatasi gizi buruk pada balita, antara lain dengan:
Air susu ibu (ASI) berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi balita. Sebab, ASI merupakan sumber nutrisi dengan kandungan gizi yang lengkap dan seimbang. Komposisinya pun ideal bagi tumbuh kembang bayi. Selain mencukupi kebutuhan gizi Si Kecil, pemberian ASI secara eksklusif pun mampu menumbuhkan ikatan kasih sayang antara ibu dan anak.
Melalui pemberian ASI eksklusif, anak hanya menerima ASI, tanpa asupan lainnya, entah itu makanan padat, atau air sekalipun. Meski demikian, vitamin, suplemen, maupun obat-obatan tertentu dapat diberikan atas anjuran dokter, sesuai indikasi.
Pemberian ASI eksklusif dilakukan saat bayi lahir, hingga berusia 4-6 bulan. Selanjutnya, bayi direkomendasikan tetap memperoleh ASI, disertai makanan pendamping ASI (MPASI) mulai dari 6 bulan.
Makanan pendamping ASI alias MPASI adalah makanan maupun minuman bergizi yang diberikan pada balita berusia 6-24 bulan, untuk memenuhi kebutuhan gizi. Ketika berusia 6 bulan, sistem pencernaan bayi sudah lebih siap menerima asupan selain ASI. Dalam hal ini, MPASI.
Pemberian MPASI pun sebaiknya tidak diberikan pada balita terlalu dini. Sebab, bayi yang terlalu awal mendapatkan makanan pendamping ASI ini, berisiko mengalami penyumbatan saluran cerna. Kondisi ini dapat berujung pada tindakan pembedahan.
Berikut ini pedoman pemberian MPASI berdasarkan usia balita dan jenis makanannya.
Setelah bayi berusia 1 tahun, pola makan anak mengalami perubahan kembali. Menu makanannya mulai beralih ke makanan yang biasa dikonsumsi keluarga. Pengenalan berbagai macam jenis makanan sangat penting. Maka dari itu, cobalah memberi makanan bergizi seimbang pada balita yang terdiri dari sayur-mayur dan buah-buahan, lauk pauk dari sumber protein hewani dan nabati, serta makanan pokok sebagai sumber energi.
Tambahkan pula porsinya secara bertahap, tapi tidak berlebihan. Hal ini dapat membantu mengurangi risiko terjadinya masalah gizi balita. Di sela-sela waktu makan, Anda juga bisa memberi anak balita camilan yang sehat untuk mencegahnya makan berlebihan atau mengonsumsi asupan yang tidak sehat. Pastikan status gizi balita dalam keadaan baik atau normal.
Buruknya kebersihan diri bisa memicu diare maupun penyakit lain disertai muntah, yang akhirnya membuat anak kekurangan gizi. Sebuah penelitian dilakukan di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, untuk menganalisis hubungan pemberian makan tahap awal pada balita, dengan kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun.
Penelitian ini pun mendapati adanyahubungan antara kebiasaan para ibu dalam mencuci tangan, dengan kejadian stunting di wilayah setempat. Stunting merupakan salah satu persoalan gizi, akibat pemberian makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi anak. Akibatnya, anak mengalami gangguan tumbuh kembang.
Faktor penyebab stunting secara tidak langsung adalah kebersihan diri ibu yang buruk, yang berujung terhadap meningkatnya risiko penyakit infeksi pada balita. Kebiasaan ibu yang tidak mencuci tangan sebelum menyusui, menyiapkan makanan, maupun menyuapi balita, dapat menimbulkan kontaminasi bakteri pada makanan.
Jika masuk ke dalam tubuh, bakteri ini dapat mengakibatkan penyakit infeksi pada balita, yang menimbulkan mual, muntah, serta penurunan nafsu makan, sehingga anak menjadi kurang gizi. Perilaku buruk ini harus segera dihilangkan. Oleh karena itu, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, penting dilakukan demi mencegah masuknya bakteri ke tubuh.
Kasus diare pada balita berkaitan erat dengan asupan zat gizi mikro, yaitu vitamin dan mineral. Vitamin A, zinc, dan polyunsaturated fatty acid (PUFA) berperan meningkatkan fungsi sistem pertahanan tubuh di saluran pencernaan, terutama pada balita. Vitamin A dapat mengurangi risiko terjadinya penyakit mata anak.
Sementara itu, zinc dapat membantu pemulihan balita yang mengalami diare akut, dengan mengurangi frekuensi dan durasi diare. Mengonsumsi Omega-3 sebagai PUFA pun bisa mengurangi bakteri E.coli dan Bacteroides spp pada usus, yang akhirnya meningkatkan kesembuhan pasien diare.
Sebuah penelitian yang dilakukan di suatu puskesmas membuktikan, sebanyak 76% pasien diare, ternyata kekurangan asupan vitamin A. Lebih lanjut, tercatat 54,4% responden dengan keluhan diare, mengalami kekurangan zinc. Temuan serupa juga muncul pada para responden yang kekurangan PUFA.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pemberian vitamin A, zinc, serta PUFA sebagai mikronutrien bagi balita, dibutuhkan untuk mengurangi risiko diare yang mengancam kecukupan gizi.
Pemberian vitamin A pada balita perlu disertai dengan obat cacing. Tujuannya, agar penyerapan zat gizi pada balita dapat sempurna. Obat cacing diberikan pada balita berusia di atas satu tahun, untuk membasmi cacing di dalam tubuh, sekaligus menekan potensi stunting.
Dosis pemberian obat cacing bisa berbeda-beda sesuai umur anak. Balita berusia 1-2 tahun mendapat setengah tablet, sedangkan di atas 2 tahun, mengonsumsi satu tablet. Selanjutnya, pemberian obat cacing kembali dilakukan 6 bulan kemudian.
Baca Juga
Untuk mengetahui status gizi balita, Anda dapat berkonsultasi dengan dokter spesialis anak maupun ahli nutrisi. Begitu pula jika tidak memungkinkan bagi Anda untuk memberikan ASI eksklusif bagi Si Kecil.
Selain itu, Anda juga bisa menanyakannya langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Terima kasih sudah membaca.
Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)
Artikel Terkait
Belajar menggambar anak TK harus disesuaikan dengan usianya. Yang penting, berikan kebebasan pada anak untuk berkreasi dan dukung ia agar lebih kreatif.
Terapi bermain umumnya diberikan pada anak-anak dengan kondisi tertentu. Terapi ini dapat membantu anak mengatasi masalah mental dan gangguan perilaku yang dialaminya.
Tidak hanya memberi saran asupan nutrisi, dokter gizi juga memiliki wewenang memberikan obat-obat dan terapi medis untuk menunjang penyembuhan.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Evelin Kwandang
Dijawab oleh dr. Pany
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
Kumpulan Artikel dan Forum
© SehatQ, 2022. All Rights Reserved