Umumnya, ciri-ciri TBC (tuberkulosis) adalah batuk yang tak kunjung sembuh lebih dari 3 minggu. Namun, bakteri penyebab TBC juga bisa menyebabkan gejala lain bila mulai menyebar di luar paru, seperti pembengkakan kelenjar getah bening.
2023-03-17 10:03:43
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Batuk tak kunjung sembuh adalah gejala TBC paru yang paling sering terjadi
Table of Content
Tuberkulosis, alias TBC, adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis. Utamanya, bakteri ini menyerang paru-paru. Itu sebabnya, gejala TBC yang muncul biasanya berhubungan dengan masalah pernapasan, seperti batuk.
Advertisement
Namun, tak hanya batuk. Bakteri TBC juga bisa menyebar ke organ tubuh lain dan memunculkan ciri-ciri yang berbeda dari masalah pernapasan.
Ada berbagai jenis TBC, yang paling umum adalah yang menyerang paru, alias TB paru. Itu sebabnya, ciri–ciri yang muncul pada TBC paru berhubungan dengan sistem pernapasan.
Berikut ini beberapa gejala TB yang perlu Anda waspadai melansir dari Mayo Clinic:
Batuk jadi gejala TBC paling umum. Batuk TBC berbeda dengan batuk akibat infeksi virus lainnya.
Batuk TBC biasanya terjadi selama 3 minggu atau lebih. Sementara, batuk akibat infeksi infeksi virus atau alergi bisa lebih cepat hilang.
Saat terkena infeksi bakteri, paru-paru akan memproduksi lendir dalam jumlah yang lebih banyak dari biasanya. Lendir yang berlebihan ini nantinya akan dikeluarkan oleh tubuh lewat batuk.
Itu sebabnya, salah satu ciri-ciri umum orang yang mengalami TBC adalah mengalami batuk berdahak. Pada awalnya, Anda mungkin mengalami batuk disertai warna dahak hijau atau kuning, tanda infeksi bakteri.
Jika terus dibiarkan tanpa pengobatan, orang yang terinfeksi bakteri TBC juga mungkin mengalami batuk berdarah akibat saluran pernapasan yang terluka karena batuk terus-menerus.
BACA JUGA: Warna Dahak, Sinyal Kondisi Tubuh Anda
Orang yang terinfeksi bakteri M. tuberculosis juga sangat mungkin mengalami nyeri dada. Nyeri dada ini bisa terasa saat batuk ataupun mengambil napas.
Munculnya nyeri dada pada pasien tuberkulosis dapat terjadi karena efusi pleura. Efusi pleura sendiri adalah terbentuknya cairan antara pleura (selaput tipis yang membungkus paru-paru) dengan rongga dada.
Kelelahan yang ekstrem juga jadi salah satu gejala TBC yang umum terjadi. Bakteri penyebab TBC merusak paru-paru.
Akibatnya, kemampuan paru-paru dalam menyerap oksigen pun jadi berkurang. Padahal, seluruh sel-sel tubuh membutuhkan oksigen agar dapat bekerja dengan benar.
Hal ini memberi sinyal bahwa jantung dan paru-paru harus bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan organ lain. Akibatnya, tubuh jadi kelelahan dan merasa lemas.
Sebuah penelitian dalam jurnal Tuberculosis menyebutkan bahwa berkeringat pada malam hari, sekalipun udara tidak dalam keadaan panas (gerah) termasuk salah satu ciri-ciri TBC yang paling sering ditanyakan.
Kondisi ini tak hanya terjadi pada orang dewasa, tapi juga TBC pada anak.
Meski demikian, berkeringat pada malam hari bukanlah gejala spesifik yang mengarah ke tuberkulosis. Beberapa penyakit lain mungkin saja punya gejala yang sama.
Artinya, berkeringat di malam hari bukan berarti Anda pasti terkena tuberkulosis.
Anda perlu menyikapinya lebih serius jika berkeringat di waktu malam sampai membuat Anda terbangun dari tidur dan harus berganti pakaian karena basah kuyup oleh peluh.
BACA JUGA: Berkeringat Saat Tidur, Bisa Jadi Tanda Penyakit Tertentu
Demam adalah salah satu respons alami yang muncul saat tubuh sedang melawan kuman penyebab penyakit (patogen).
Hal ini menandakan sistem imun tubuh sedang berusaha untuk membunuh kuman penyakit. Seperti juga penyakit infeksi lainnya, TBC juga bisa menyebabkan demam.
Ini karena tubuh sedang berupaya melawan bakteri penyebab TBC di dalam tubuh.
Banyak penyakit yang menyebabkan Anda menjadi kehilangan nafsu makan, tak terkecuali TBC.
Berbagai gejala yang muncul bisa menyebabkan Anda kehilangan nafsu makan. Selain itu, suatu penelitian yang dimuat dalam jurnal PLOS One menyebutkan bahwa ini ada hubungannya dengan hormon leptin dan ghrelin pada pasien TBC.
Leptin adalah hormon yang berfungsi mengatur nafsu makan. Hormon ini dilepaskan oleh jaringan lemak berlebih dan mengirimkan sinyal ke otak untuk menurunkan nafsu makan. Semakin banyak leptin yang diproduksi, semakin Anda tidak ingin makan.
Sementara itu, hormon ghrelin diproduksi oleh usus halus untuk menyampaikan sinyal lapar ke otak. Semakin tinggi hormon ini, Anda akan semakin merasa lapar.
Pada penelitian tersebut, diketahui bahwa pasien TBC memiliki hormon leptin yang lebih tinggi (membuat Anda semakin tidak ingin makan). Di sisi lain, hormon ghrelin yang dihasilkan juga lebih sedikit (Anda tidak merasa lapar).
Penurunan berat badan juga jadi salah satu gejala TBC yang mungkin terjadi. Hal ini juga masih berhubungan dengan poin sebelumnya, yakni kehilangan nafsu makan.
Kehilangan nafsu makan bisa membuat seorang dengan TBC jadi kurang makan makanan bergizi. Selain itu, kehilangan berat badan yang terjadi akibat TBC juga disebabkan oleh gejala lain yang menyertai, seperti mual dan sakit perut.
Jika terus dibiarkan, kondisi ini dapat berujung pada malnutrisi yang dapat memperparah tuberkulosis.
BACA JUGA: Makanan untuk Mempercepat Penyembuhan TBC, Apa Saja?
Anda mungkin saja telah terinfeksi TBC tapi tidak merasakan gejala apa pun. Kondisi ini disebut dengan TB laten.
Seseorang bisa saja terinfeksi bakteri penyebab tuberkulosis tanpa gejala karena sistem imun yang cukup kuat. Pada fase ini, bakteri TBC “tertidur” atau berada dalam keadaan dorman.
Bakteri TBC bisa saja aktif dan membuat Anda mengalami ciri-ciri yang telah disebutkan di atas jika sistem daya tahan tubuh melemah. Orang yang mengalami TB laten akan memiliki hasil tes mantoux positif, tapi punya gambaran paru (rontgen dada) yang normal.
TB laten umumnya tidak menular. Akan tetapi, mengingat bakteri bisa aktif dan menginfeksi, Anda tetap membutuhkan pengobatan TBC.
Baca Juga
Bakteri penyebab TBC yang menyerang paru menyebabkan Anda mengalami berbagai gejala penyakit pernapasan, seperti batuk dan sesak napas. Akan tetapi, M. tuberculosis juga dapat menyebar ke luar paru.
Bakteri TBC yang ditemukan di luar paru disebut dengan TB ekstra paru. TB ekstra paru memunculkan gejala yang berbeda dibandingkan dengan tuberkulosis paru, mengutip dari CDC.
Berikut ini adalah beberapa tanda bakteri penyebab tuberkulosis berada di luar paru:
BACA JUGA: Bisakah Penyakit TBC Sembuh Total? Ini Jawabannya
Segeralah berkonsultasi ke dokter jika Anda mengalami batuk yang tak kunjung sembuh lebih dari 3 minggu.
Meskipun belum tentu mengalami penyakit tuberkulosis, penting bagi Anda untuk mengenali gejala awal yang muncul agar bisa diobati sedini mungkin.
Jika dokter mendiagnosis Anda mengalami TBC, pastikan melakukan cara minum obat TBC yang benar.
Minum obat TBC secara sembarangan bisa membuat Anda kebal antibiotik dan mengakibatkan pengobatan menjadi lebih lama, bahkan mengonsumsi jenis obat yang lebih keras.
Mengetahui cara penularan TBC juga membantu Anda mencegah tuberkulosis.
Konsultasikan dengan dokter mengenai gejala yang Anda rasakan. Dokter mungkin akan merekomendasikan beberapa pemeriksaan TBC.
Sebagai langkah awal, Anda juga bisa berkonsultasi secara online dengan dokter lewat aplikasi kesehatan keluarga SehatQ sebagai langkah awal antisipasi.
Download aplikasinya sekarang di AppStore dan Google Play!
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Saat seseorang mengalami tumor di rongga antara paru-paru kanan dan kiri, itu disebut tumor mediastinum. Rongga yang dibatasi tulang dada ini berisi organ seperti jantung, trakea, aorta, kerongkongan, kelenjar timus, dan juga pembuluh darah besar. Di ruang ini, bisa tumbuh tumor jinak maupun ganas.
Penyakit yang ditularkan melalui udara dapat menyebar melalui bersin, batuk, hingga kontak dekat dengan penderitanya. Daftar penyakit ini termasuk flu, cacar air, campak, hingga COVID-19.
Obat asma saat berfungsi untuk meredakan gejala asma. Namun, penggunaan obat harus dengan resep dokter. Apa saja macam-macam obat asma di apotek? Simak informasinya berikut ini.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved