Ciri-ciri anak depresi dapat ditandai dengan tampak murung, mudah marah, menarik diri dari pergaulan, hingga nafsu makan berubah. Kondisi ini harus segera diatasi karena bisa mengganggu kehidupan anak sehari-hari.
2023-03-18 05:07:33
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Anak depresi suka menghindar dan menarik diri dari pergaulan
Table of Content
Jika anak terlihat begitu murung, sedih, bahkan hingga aktivitas sehari-harinya terganggu, maka Anda perlu waspada. Sebab, bisa jadi itu ciri-ciri anak depresi. Depresi pada anak dapat diakibatkan tekanan orangtua, pelajaran di sekolah, ataupun hal lainnya.
Advertisement
Jangan menganggap bahwa perubahan emosi dan psikologi pada anak sebagai hal yang biasa dalam masa pertumbuhannya. Sebab, dikhawatirkan depresi yang dialami anak menjadi tidak tertangani dengan tepat dan justru semakin memburuk.
Ciri-ciri depresi pada anak hampir sama dengan remaja dan dewasa. Namun, anak-anak mungkin mengalami kesulitan dalam mengekspresikan diri dan perasaan karena kosakata emosionalnya terbatas.
Oleh karena itu, Anda dapat memperhatikan tanda atau gejala berikut untuk mendeteksi depresi yang terjadi pada anak. Inilah ciri-ciri anak depresi yang perlu diketahui orangtua.
Namun, tidak semua anak mengalami seluruh gejala tersebut. Mereka bisa saja menampilkan gejala lain pada waktu yang berbeda. Bahkan, ada anak yang masih dapat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan meskipun sedang mengalami depresi.
Akan tetapi, sebagian besar anak yang depresi memang mengalami perubahan perilaku, terutama dalam kehidupan sosial.
Anak menjadi malas untuk mengikuti berbagai kegiatan, tidak ingin bersekolah, prestasi akademis menjadi buruk, atau bahkan terjadi perubahan pada penampilan.
Tak hanya itu, tekanan batin pada anak bisa menyebabkan mereka menggunakan narkoba atau mengonsumsi alkohol sebagai pelarian, dan melakukan upaya bunuh diri.
Depresi berat bisa membuat anak tak segan-segan untuk mengakhiri hidupnya. Berikut adalah tanda peringatan depresi pada anak yang harus diwaspadai orangtua.
Orangtua juga perlu mewaspadai ciri-ciri depresi pada anak yang mengindikasikan keinginan untuk bunuh diri. Segera bawa anak ke psikolog atau psikiater untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Tak hanya orang dewasa, anak-anak juga bisa mengalami depresi. Penyebab depresi pada anak bisa bermacam-macam, misalnya bullying, masalah dalam keluarga, maupun pelecehan seksual.
Selain itu, berikut adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko anak depresi.
Anak-anak yang menderita kondisi medis kronis atau parah, misalnya penyakit kanker, memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk mengalami depresi.
Adanya tekanan di rumah, di sekolah, atau mendapat pelecehan seksual bisa meningkatkan risiko terjadinya ciri-ciri anak depresi.
Misalnya, depresi karena tekanan orangtua yang mengharuskan anak berperilaku sesuai kehendaknya tanpa mempertimbangkan perasaan anak.
Jika ada anggota keluarga yang mengalami gangguan suasana hati atau depresi, anak dianggap memiliki kemungkinan yang lebin besar untuk mengalami masalah yang sama.
Kehidupan di rumah yang kacau dapat meningkatkan risiko anak mengalami gangguan pada suasana hatinya dan depresi. Contohnya, anak depresi karena orangtua sering bertengkar di depannya.
Tingkat hormon dan bahan kimia tertentu yang tidak seimbang dapat mempengaruhi cara kerja otak, seperti serotonin, dopamin, dan norepinefrin. Hal ini bisa meningkatkan risiko depresi pada anak.
Anak tidak dapat mengungkapkan dengan jelas bahwa dirinya mengalami depresi sehingga orangtua kerap kali tidak mengetahui hal tersebut.
Jika anak mengalami depresi, biasanya terdapat perubahan-perubahan pada diri mereka yang dapat Anda perhatikan. Perubahan-perubahan tersebut bisa jadi tanda-tanda depresi pada anak.
Baca Juga
Depresi pada anak tentunya berbeda dengan kesedihan biasa. Ketika anak merasa sedih, kesepian, dan mudah tersinggung, bukan berarti mereka mengalami depresi. Kesedihan pada umumnya hilang seiring berjalannya waktu.
Namun, depresi merupakan kesedihan yang berlangsung terus menerus, bahkan hingga mengganggu kehidupan anak sehari-hari. Selain itu, kondisi ini juga bisa mempengaruhi anggota keluarga lainnya.
Depresi pada anak dapat didiagnosis dan diobati secara efektif. Jika tidak diobati, kondisi ini bisa menjadi semakin parah dan meningkatkan risiko anak untuk bunuh diri.
Jika Anda menemukan ciri-ciri anak depresi, segera ajak mereka untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Sebetulnya, tidak ada tes medis maupun psikologis khusus yang dapat dengan jelas menunjukkan depresi pada anak. Namun, tes depresi anak mungkin dapat melibatkan sejumlah metode berikut:
Kuesioner untuk Anda maupun anak yang digabungkan dengan informasi pribadi seperti kondisi keluarga, riwayat keluarga, riwayat penyakit mental, lingkungan sekolah, dan lainnya, sangat berguna untuk mendiagnosis depresi pada anak.
Apalagi jika gejala depresi pada anak telah berlangsung kurang lebih selama 2 minggu, Anda harus segera memeriksakan mereka ke ahli kejiwaan untuk mendapatkan perawatan yang tepat.
Ahli kejiwaan mungkin akan melakukan tes kesehatan mental, dengan mewawancarai Anda dan anak. Informasi dari kerabat, guru, teman bermain, dan teman sekelas, dapat berguna untuk menunjukkan adanya perubahan pada anak, serta depresi yang dialaminya.
Anda harus memperhatikan kesehatan mental anak Anda. Ajaklah anak Anda bercerita tentang apapun yang dialami olehnya. Jangan sampai anak Anda memendam semua masalahnya sendirian.
Luangkan waktu untuk mendengarkan keluh kesah anak. Bahkan jika Anda berpikir itu hanya masalah sepele, ingatlah bahwa hal tersebut mungkin masalah yang besar bagi anak.
Maka dari itu, sebaiknya Anda menyepelekan masalah anak dan tetap jalin komunikasi yang baik.
Akan tetapi, jika Anda kesulitan menjalin komunikasi dengan anak dan merasa khawatir dengan ciri-ciri depresi pada anak, mintalah bantuan psikolog dan psikiater.
Cara mengatasi depresi pada anak dapat dilakukan dengan psikoterapi dan obat-obatan. Dokter mungkin akan menyarankan psikoterapi terlebih dahulu, dan mempertimbangkan obat antidepresan sebagai tambahan jika gejalanya parah atau tidak ada perbaikan.
Dalam psikoterapi, anak akan diberikan konseling oleh terapis profesional. Terapis akan mengidentifikasi apa yang mengganggu anak dan membantunya mengendalikan serta menghadapi hal tersebut dengan cara yang lebih efektif.
Terapi perilaku kognitif merupakan salah satu bentuk psikoterapi yang dapat membantu mengatasi depresi pada anak. Terapi ini membantu anak untuk berpikir lebih positif dan mengendalikan perilaku negatifnya.
Dokter dapat meresepkan obat antidepresan untuk anak. Obat biasanya akan disesuaikan dengan usia anak.
Antidepresan dapat meningkatkan kadar serotonin di otak, yaitu bahan kimia yang dapat membantu meningkatkan perasaan bahagia dan membuat orang yang mengonsumsinya merasa lebih baik.
Anak yang menderita depresi tidak boleh berhenti mengonsumsi obat ini tanpa izin dari dokter. Sebab, dikhawatirkan dapat menimbulkan efek samping yang signifikan.
Kombinasi psikoterapi dan pengobatan merupakan metode yang umumnya digunakan mengobati depresi anak.
Namun, pastikan penggunaan obat tersebut di bawah pengawasan dokter. Jangan sampai Anda memberikannya secara sembarangan pada anak karena bisa berbahaya.
Selain itu, terus beri dukungan pada anak agar kondisinya segera pulih. Dampingi anak dan tunjukkan kasih sayang Anda kepadanya.
Pastikan anak juga mengonsumsi makanan bergizi, cukup tidur, berolahraga secara rutin, dan melakukan kegiatan yang menyenangkan. Hal ini dapat memperbaiki suasana hatinya sehingga depresi bisa diredakan.
Untuk berdiskusi lebih lanjut seputar ciri-ciri anak depresi, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Ternyata, ada beragam manfaat mendengarkan musik untuk kesehatan, seperti membantu mengurangi stres dan gangguan kecemasan, meningkatkan memori, hingga meredakan nyeri.
Bukan rahasia lagi kalau warna-warni kehidupan tidak hanya dihiasi dengan hal-hal yang menyenangkan, tetapi juga tantangan-tantangan dan kejadian-kejadian yang menyedihkan. Namun, Anda tidak boleh larut dalam emosi negatif, bersyukur bisa dijadikan salah satu cara untuk Anda menyingkapi warna-warni kehidupan yang tidak menentu.
Sindrom Munchausen adalah gangguan psikologis yang menyebabkan penderitanya sering pura-pura sakit. Tujuannya, untuk mendapatkan perhatian. SIndrom Munchausen ini diakibatkan oleh kekerasan pada anak yang berdampak pada perilakunya.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved