Gejala DBD pada bayi dapat berupa demam, lebih rewel dan menangis terus, muncul ruam, muntah-muntah, hingga perdarahan.
13 Feb 2023
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Salah satu gejala DBD pada bayi adalah demam naik turun
Table of Content
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) terjadi akibat gigitan nyamuk aedes aegypti. Siapa pun bisa terkena penyakit ini, termasuk bayi. Gejala DBD pada bayi terkadang lebih sulit dikenali karena mereka belum bisa mengutarakan keluhannya.
Advertisement
Usia bayi yang paling rentan terserang demam berdarah adalah 0-12 bulan. Penyakit ini bisa menimbulkan komplikasi yang berbahaya jika tidak ditangani, bahkan sampai mengancam jiwa si kecil.
Gejala demam berdarah pada bayi biasanya baru muncul 4-10 hari setelah digigit nyamuk yang terinfeksi dan dapat berlangsung sekitar 3-7 hari.
Terkadang, gejalanya mirip dengan penyakit lain yang umumnya terjadi pada masa kanak-kanak.
Supaya tidak keliru, berikut adalah ciri-ciri DBD pada bayi yang bisa Moms perhatikan.
Berbeda dari demam lainnya, demam DBD bisa naik turun (siklus pelana kuda).
Ketika terinfeksi DBD, bayi dapat mengalami demam dengan suhu 37,5-40 derajat Celcius.
Suhu tubuh bayi juga bisa turun sampai di bawah 36 derajat Celcius. Kondisi ini dapat berlangsung sekitar satu minggu.
Gejala DBD pada bayi berikutnya adalah rewel yang tidak biasa. Si kecil pun jadi lebih sering menangis daripada biasanya.
Bayi juga tampak lesu, mengantuk, dan tidak mau menyusu atau mengonsumsi MPASI sehingga bisa menyebabkan kekurangan nutrisi.
Salah satu ciri-ciri demam berdarah pada bayi adalah kemunculan ruam yang disebabkan perdarahan di bawah kulit.
Ruam DBD pada bayi dapat muncul hampir di seluruh bagian tubuh sekitar 2-5 hari setelah demam dimulai.
Kemudian, muncul bintik-bintik merah pada tubuh bayi yang terlihat seperti campak.
Tanda-tanda DBD pada bayi yang perlu Moms waspadai selanjutnya adalah sering muntah.
Bayi yang terinfeksi demam berdarah bisa merasakan mual dan pusing yang konstan sehingga menyebabkan rasa tidak nyaman.
Kondisi tersebut juga dapat membuat bayi muntah-muntah setidaknya 3 kali dalam waktu 24 jam.
Perdarahan juga termasuk ciri-ciri DBD pada bayi. Kondisi ini bisa menyebabkan si kecil mengalami memar, mimisan, atau gusi berdarah.
Moms juga harus waspada jika muncul perdarahan tidak wajar pada bayi, seperti muntah darah, kencing berdarah, hingga buang air besar (BAB) berdarah.
Sebaiknya Moms segera memeriksakan si kecil dokter jika mereka menunjukkan tanda-tanda demam berdarah di atas supaya penanganan yang tepat bisa diberikan.
Tidak ada satu cara pasti untuk mengatasi DBD pada bayi. Namun, berikut adalah beberapa cara mengatasi DBD pada bayi yang bisa Moms lakukan.
Untuk memastikan apakah terjadi DBD pada bayi, Moms perlu segera memeriksakan si kecil ke dokter.
Dokter biasanya menyarankan uji laboratorium untuk mencari tahu apakah ada infeksi dalam tubuh bayi.
Sampaikan pada dokter bagaimana perubahan suhu tubuh bayi. Jika suhunya menjadi tinggi dengan cepat, bisa jadi itu gejala DBD pada bayi.
Mual hingga muntah bisa menjadi ciri-ciri DBD pada bayi. Kondisi ini bisa menyebabkan bayi mengalami dehidrasi karena terlalu banyak kehilangan cairan tubuh.
Gejala dehidrasi dapat ditandai dengan mulut kering, tidak keluar air mata saat menangis, jarang buang air kecil, hingga ubun-ubun di kepala yang semakin menjorok ke dalam.
Oleh karena itu, pastikan si kecil selalu mendapatkan asupan cairan yang memadai. Apabila usianya masih di bawah 6 bulan, berikan ASI atau susu formula secara berkala untuk mengganti cairan yang terbuang.
Sementara itu, apabila usia bayi 6 bulan ke atas, Moms bisa memberikan air putih. Dokter juga dapat merekomendasikan cairan rehidrasi untuk si kecil jika diperlukan.
Tidak ada obat khusus untuk mengobati demam berdarah, hanya ada obat-obatan untuk mengendalikan gejalanya.
Obat yang aman diberikan pada bayi harus di bawah pengawasan dokter. Dokter umumnya memberikan paracetamol untuk menurunkan demam dan meredakan nyeri tubuh sehingga bayi bisa beristirahat dan merasa lebih nyaman.
Hindari pemberian obat antiradang lainnya, seperti aspirin atau ibuprofen, karena dapat menurunkan kadar trombosit dalam darah sehingga memicu perdarahan dan memperburuk kondisi bayi.
Apabila bayi tidak bisa menerima asupan cairan sama sekali, dokter kemungkinan menyarankan rawat inap sehingga bisa memberikan cairan elektrolit melalui infus.
Jika dilakukan sejak awal, cara ini efektif untuk membantu proses pemulihan akibat DBD pada bayi.
Demam berdarah pada bayi biasanya sembuh setelah 1-2 minggu tanpa ada masalah lanjutan.
Sebisa mungkin jaga lingkungan sekitar bayi agar aman dari gigitan nyamuk. Orang di sekitarnya juga harus waspada agar tidak terkena gigitan nyamuk penyebab demam berdarah dengue.
Ciri-ciri DBD pada bayi bisa menjadi parah dengan cepat. Hal ini terutama disebabkan oleh perdarahan hebat, kebocoran plasma, penumpukan cairan, dan gangguan pernapasan. Oleh sebab itu, bantuan medis sangat diperlukan dengan segera.
Baca Juga
Belum ada vaksin khusus untuk mencegah DBD pada bayi, yang sudah tersedia adalah untuk usia 9 tahun ke atas. Oleh karena itu, langkah pencegahan harus dimulai dari rumah.
Berikut adalah cara-cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan perlindungan dari demam berdarah.
Dengan melakukan langkah-langkah di atas, si kecil dan anggota keluarga yang lain diharapkan bisa terlindungi dari penyakit DBD.
Punya pertanyaan lain seputar kesehatan anak dan parenting? Anda bisa mengunjungi Klinik Online Spesialis Anak dan Parenting SehatQ.
Download aplikasinya di App Store dan Google Play sekarang!
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Hindari produk bayi yang menggunakan deterjen SLS. Zat ini dapat mengikis kelembapan alami kulit dan menyebabkan iritasi terutama bagi bayi baru lahir atau kulit sensitif. Selain tanpa deterjen SLS, pilih produk berlabel low-hazard, karena kandungannya aman untuk kulit bayi.
Nyamuk aedes aegypti dikenal sebagai penyebab penyakit DBD. Sebenarnya, nyamuk ini juga berperan dalam menyebabkan penyakit lain seperti chikungunya juga Zika.
Risiko minum kopi untuk bayi perlu orangtua waspadai. Hal tersebut bisa menyebabkan suasana hati si kecil memburuk, jantung berdebar, meningkatkan asam lambung, gangguan tidur, hingga obesitas.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved