logo-sehatq
logo-kementerian-kesehatan
SehatQ for Corporate
TokoObatArtikelTindakan MedisDokterRumah SakitPenyakitChat DokterPromo
Kesehatan Mental

Sederet Gangguan Mental Psikosis atau Gangguan Psikotik

open-summary

Gangguan mental psikosis adalah kondisi seseorang sulit membedakan kenyataan dan imajinasi. Gejala yang muncul umumnya berupa delusi atau waham dan halusinasi.


close-summary

27 Agt 2019

| Arif Putra

Ditinjau oleh dr. Reni Utari

Gangguan mental psikosis

Psikosis atau gangguan psikotik dapat muncul di berbagai gangguan mental, seperti bipolar dan skizofrenia

Table of Content

  • Penyebab psikosis atau gangguan psikotik
  • Kondisi mental psikosis atau gangguan psikotik
  • Saat penanganan gejala psikosis
  • Pengobatan psikosis atau gangguan psikotik
  • Menghadapi gangguan psikosis
  • Catatan dari SehatQ

Gangguan mental psikosis adalah kondisi seseorang sulit membedakan kenyataan dan imajinasi. Gejala yang muncul dari penderita psikosis umumnya berupa delusi atau waham dan halusinasi. Kondisi psikosis lebih merujuk pada suatu gejala penyakit lain.

Advertisement

Orang yang mengalami kondisi psikosis dapat melihat atau mendengar sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Kondisi ini sering disebut dengan gejala halusinasi. Selain halusinasi, penderita psikosis juga kerap meyakini suatu hal, yang sebenarnya tidak benar, atau delusi. Jadi, delusi tidak sama dengan halusinasi.

Mengidentifikasi gangguan psikotik

Faktor yang membuat gejala gangguan psikotik sulit terdeteksi adalah wujudnya yang tidak spesifik. Terkadang dalam berinteraksi dengan orang lain, sulit mengetahui apakah seseorang memang mengalami gangguan psikotik atau tidak.

Untuk itu, penting mengetahui gejalanya yang umumnya berupa:

  • Mood tidak bisa ditebak
  • Menarik diri dari pergaulan sosial
  • Tidak ada minat dengan hal-hal di sekitar
  • Sulit menikmati momen
  • Tidak berprestasi di sekolah atau kantor
  • Sulit tidur

Banyak gejala yang tampak umum, bukan? Rasanya hal-hal di atas bisa dialami siapapun, terlepas dari apakah ia mengalami gangguan psikotik atau tidak.

Meski demikian, para pakar dari Departemen Psikiatri UNC School of Medicine menambahkan gejala gangguan psikotik. Orang yang mengalaminya cenderung merasa paranoid dan merasa melihat atau mendengar sesuatu yang orang lain tidak rasakan.

Penyebab psikosis atau gangguan psikotik

Penyebab psikosis atau gangguan psikotik belum diketahui secara pasti. Memiliki pola tidur yang buruk, mengonsumsi alkohol, menggunakan obat-obatan terlarang juga bisa jadi penyebabnya. Di samping itu, mengalami trauma akibat kehilangan seseorang yang dicintai bisa menjadi salah satu pemicu munculnya kondisi ini.

Psikosis juga dapat terjadi karena adanya gangguan pada otak, seperti:

Pada kasus lain, gangguan psikotik juga bisa muncul sebagai gejala suatu penyakit, meliputi:

  • Skizofrenia
  • Depresi berat
  • Gangguan bipolar

Kondisi mental psikosis atau gangguan psikotik

Psikosis dan gangguan psikotik dapat menjadi gejala dari kondisi mental lainnya. Beberapa gangguan mental tersebut mungkin sudah familiar bagi Anda. Sebut saja gangguan bipolar, skizofrenia, hingga depresi pada tahap yang parah.

Berikut ini beberapa kondisi mental yang berhubungan dengan psikosis atau gangguan psikotik

1. Skizofrenia

Gangguan skizofrenia adalah gangguan mental yang mengakibatkan penderitanya menafsirkan realitas secara tidak normal. Skizofrenia dapat menyebabkan kombinasi gejala psikosis, halusinasi, dan delusi yang mengganggu fungsi sehari-hari.

Penderitanya juga menunjukkan ketidakteraturan dalam berbicara dan berperilaku. Mereka pun menunjukkan gejala negatif (seperti menarik diri dari kehidupan sosial, atau tidak memiliki ketertarikan untuk melakukan hal yang menyenangkan).

Ada beberapa jenis skizofrenia. Beberapa di antaranya, yakni skizofrenia paranoid dan skizoafektif. Penderita skizofrenia paranoid memiiliki keyakinan bahwa orang-orang akan menyakiti dirinya.

Sementara itu, penderita skizoafektif dapat menderita gejala yang merupakan kombinasi antara skizofrenia dengan gangguan mood, seperti mania dan depresi.

2. Gangguan skizofreniform

Gangguan skizofreniform adalah jenis skizofrenia jangka pendek. Biasanya, orang yang mengalami skizofreniform hanya menunjukkan gejala kondisi ini dalam rentang waktu satu hingga enam bulan. Lain halnya dengan skizofrenia yang membutuhkan penanganan jangka panjang.

Orang yang menderita skizofreniform juga menunjukkan ciri-ciri skizofrenia, termasuk mengalami gejala psikosis berupa delusi dan halusinasi. Selain itu, penderita kondisi ini juga memperlihatkan ketidakteraturan berbicara dan berperilaku, serta gejala negatif.

Walau bersifat sementara, orang dengan gangguan skizofreniform tetap dapat mengalami komplikasi berupa skizofrenia.

3. Gangguan delusi

Gangguan delusi, sesuai namanya, merupakan gangguan psikotik yang membuat penderitanya tidak dapat membedakan khayalan dari realitas. Delusi yang berisiko dirasakan penderitanya antara lain merasa diikuti, diracuni, ditipu, atau dicintai seseorang. Namun, hal tersebut tidak benar pada kenyataannya.

Selain itu, jenis delusi yang dialami juga dapat berupa keyakinan yang takkan mungkin terjadi. Misalnya, penderita merasa bahwa ia telah dikuasai oleh alien. Selain delusi, penderita gangguan delusi juga dapat merasakan halusinasi, kemarahan, dan memiliki mood yang buruk.

4. Psikosis pospartum

Psikosis postpartum adalah gangguan mental yang terjadi setelah persalinan. Penderitanya memiliki kesulitan untuk menerima bayi yang baru ia lahirkan, bahkan dapat memiliki pikiran untuk melukai anak. Psikosis postpartum berbeda dari depresi pascapersalinan, meskipun kedua kondisi tersebut dapat terjadi bersamaan.

Kondisi psikosis pospartum memiliki gejala psikotik pada umumnya, seperti halusinasi dan delusi. Selain itu, penderita kondisi ini juga menunjukkan perilaku yang tidak biasa, perubahan mood yang cepat, dan pikiran bunuh diri.

Faktor risiko psikosis postpartum dapat meningkat jika penderita memiliki riwayat penyakit mental lain. Penyakit mental tersebut termasuk depresi, gangguan bipolar, gangguan kecemasan, dan skizofrenia.

5. Gangguan bipolar

Anda mungkin sudah kerap mendengar gangguan ini. Gangguan bipolar adalah suatu gangguan mental yang menyebabkan penderitanya mengalami perubahan mood dalam sekejap. Mood tersebut dapat berupa sangat gembira atau mania, hingga merasa sangat sedih atau depresi.

Diperkirakan, dua pertiga penderita bipolar mengalami gejala psikotik. Psikosis lebih sering dialami penderita bipolar tipe 1, yaitu pada episode mania, walau juga ditemukan pada kasus bipolar tipe 2.

6. Psikosis terinduksi zat

Sesuai namanya, psikosis terinduksi zat atau obat adalah nama diagnostik, atau psikosis yang disebabkan oleh suatu zat. Seperti gangguan psikotik lainnya, penderita psikosis terinduksi zat juga bisa mengalami delusi maupun halusinasi.

Ada banyak jenis zat yang membuat seseorang mengalami psikosis. Misalnya alkohol, obat sedatif, amfetamin, kokain, hingga ganja. Jenis obat-obatan juga membuat gangguan psikotik, seperti anestetik, analgesik, obat penyakit jantung, hingga obat antidepresan.

7. Depresi psikosis

Sesuai namanya, kondisi ini merupakan kombinasi antara gejala psikotik (psikosis) dengan kondisi depresi. Psikosis dapat menyerang 20% orang yang menderita depresi, yang tentunya berbahaya, karena juga dapat menimbulkan pikiran untuk bunuh diri.

Layaknya kondisi gangguan psikotik, penderita psikosis depresif juga akan mengalami halusinasi, delusi, dan paranoid yang diiringi dengan gejala depresi, seperti kesedihan yang mendalam. Bentuk delusi pada penderita psikosis depresif adalah kecenderungan menyalahkan diri sendiri, dan meyakini sesuatu yang berkaitan dengan tubuhnya.

Baca juga: Manfaat Berdoa untuk Kesehatan Mental

Saat penanganan gejala psikosis

Orang yang mengalami gangguan psikotik bisa terpicu dari banyak hal. Sangat jarang seseorang yang menderita gangguan psikotik bisa dengan mudah mencari bantuan seorang diri. Perlu dukungan dari orang terdekat yang ada di sekitarnya.

Dengan demikian, Anda perlu tahu kapan seseorang dengan gangguan psikotik memerlukan pertolongan darurat. Contohnya ketika mereka:

  • Terpikir untuk bunuh diri
  • Mendengarkan bisikan gaib yang meminta melukai diri sendiri
  • Merasakan cemas yang tidak bisa dikendalikan
  • Bereaksi tidak biasa terhadap pengobatan mental
  • Tidak bisa mengontrol rasa marah
  • Merasa sangat bingung, disorientasi, dan perilaku yang aneh

Ketika seseorang sudah mencapai tahap seperti yang disebutkan di atas, itulah saatnya mencari bantuan sesegera mungkin dari dokter maupun ahli kesehatan mental.

Baca juga: Cara Menjaga Kesehatan Mental

Pengobatan psikosis atau gangguan psikotik

Pengobatan untuk psikosis atau gangguan psikotik diberikan berdasarkan penyebabnya. Penderitanya mungkin juga akan dirawat oleh dokter. Selain itu, ada jenis obat yang khusus untuk menangani psikosis atau gangguan psikotik. Obat ini lah yang disebut dengan antipsikotik.

Obat antipsikotik terbagi atas dua jenis, yakni antipsikotik tipikal dan antipsikotik atipikal. Antipsikotik tipikal cenderung menimbulkan efek samping yang lebih tidak mengenakkan, dibandingkan antipsikotik atipikal.

Apabila Anda atau orang terdekat menunjukkan gejala psikosis, terlebih diiringi dengan gejala gangguan mental tertentu, segera cari pertolongan medis. Gejala gangguan psikotik, seperti delusi dan halusinasi, dapat menimbulkan dampak yang menganggu hidup Anda sehingga harus ditangani oleh tenaga profesional.

Baca juga: Aplikasi Psikologi yang Bagus untuk Menjaga Kesehatan Mentalmu

Menghadapi gangguan psikosis

Sangat wajar jika Anda tak tahu apa yang harus dilakukan ketika menghadapi orang dengan gangguan psikotik. Mood yang tak bisa ditebak membuat Anda sulit mengetahui apa langkah yang harus diambil.

Ketika sudah mengambil langkah medis pun, terkadang penderita gangguan psikotik cenderung resisten dan menolak keras. Jika begini situasinya, apa yang bisa dilakukan?

  • Cooling-off period

Jaga jarak emosi antara Anda dengan orang yang menderita gangguan psikotik. Meskipun Anda bermaksud memberikan rasa nyaman sekalipun, mereka bisa merasa terganggu.

Fase ini biasa disebut dengan cooling-off period yang bertujuan untuk membuat suasana lebih tenang. Lakukan jika penderita gangguan psikotik sedang dalam kondisi sangat tidak stabil.

  • Jangan berdebat soal pengobatan

Perdebatan adalah hal terakhir yang dibutuhkan orang dengan gangguan psikotik. Jangan pernah memaksakan dengan keras orang dengan gangguan psikotik untuk mendapatkan pengobatan medis. Bujuk dengan lembut sekaligus tegas. Ajak mereka berdiskusi dan jangan mendikte apa yang harus dilakukan.

  • Sepakati apa yang harus dilakukan

Lagi-lagi, perlu lebih dari satu orang untuk membantu orang dengan gangguan psikotik selain kerja sama dengan support system di sekitarnya. Sepakati apa yang harus dilakukan termasuk pola komunikasi yang memudahkan di kala darurat.

Catatan dari SehatQ

Gangguan psikosis tetap bisa disembuhkan dengan langkah yang tepat. Anda pun bisa membantu orang dengan gangguan ini dengan mengambil langkah bijak.

Untuk berdiskusi lebih lanjut seputar gangguan kesehatan mental, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.

Advertisement

gangguan mentalpsikosispsikotik

Referensi

Bagikan

Artikel Terkait

Diskusi Terkait di Forum

Advertisement

logo-sehatq

Langganan Newsletter

Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.

Metode Pembayaran

Bank BCABank MandiriBank BNIBank Permata
Credit Card VisaCredit Card Master CardCredit Card American ExpressCredit Card JCBGopay

Fitur

  • Toko
  • Produk Toko
  • Kategori Toko
  • Toko Merchant
  • Booking
  • Promo
  • Artikel
  • Chat Dokter
  • Penyakit
  • Forum
  • Review
  • Tes Kesehatan

Perusahaan

Follow us on

  • FacebookFacebook
  • TwitterTwitter
  • InstagramInstagram
  • YoutubeYoutube
  • LinkedinLinkedin

Download SehatQ App

Temukan di APP StoreTemukan di Play Store

Butuh Bantuan?

Jam operasional: 24 Jam

Hubungi Kami+6221-27899827

© SehatQ, 2023. All Rights Reserved