Makan adalah cara tubuh mendapatkan energi untuk beraktivitas. Namun ada kalanya yang terjadi justru lemas setelah makan. Kondisi ini yang disebut food coma. Biasanya, ini disertai dengan rasa rileks dan kantuk luar biasa.
6 Agt 2021
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Lemas setelah makan
Table of Content
Makan adalah cara tubuh mendapatkan energi untuk beraktivitas. Namun ada kalanya yang terjadi justru lemas setelah makan alias food coma. Biasanya, ini disertai dengan rasa rileks dan kantuk luar biasa.
Advertisement
Sebenarnya, merasa mengantuk setelah makan adalah hal yang normal. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari fenomena ini. Namun jika mengganggu aktivitas, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi efeknya.
Terjadinya food coma berkaitan erat dengan siklus sistem pencernaan. Setelah makanan masuk ke mulut dan turun ke lambung, proses cerna menjadi glukosa mulai terjadi. Glukosa inilah yang akan menjadi sumber energi.
Di samping itu, zat gizi makro seperti protein juga memberikan kalori sebagai sumber energi.
Saat merasa kenyang, tubuh akan memproduksi hormon cholecystokinin (CCK), glucagon, dan juga amylin. Ini akan memberikan sensasi kenyang, meningkatkan kadar gula darah, serta memproses makanan menjadi energi.
Menariknya, ada pula hormon yang menimbulkan rasa kantuk, yaitu serotonin. Di saat yang sama, makanan juga bisa memberikan stimulasi hormon melatonin.
Lebih jauh lagi, ada beberapa jenis makanan yang membuat seseorang bisa merasa lemas setelah makan. Dampaknya lebih signifikan ketimbang makanan lainnya. Apa saja itu?
Asam amino tryptophan bisa ditemukan di makanan-makanan seperti kalkun, ikan, bayam, kedelai, spirulina, telur, keju, dan tahu. Senyawa ini digunakan oleh tubuh untuk memproduksi serotonin, neurotransmitter pengendali siklus tidur.
Idealnya, asupan harian tryptophan untuk orang dewasa adalah 5 miligram setiap 1 kilogram berat badan. Sebagai contoh, orang dewasa dengan berat badan 68 kilogram berarti batas maksimal asupannya adalah 340 miligram per hari.
Ada beberapa jenis buah yang bisa menimbulkan food coma lebih signifikan ketimbang makanan lain. Contohnya buah ceri dapat berpengaruh pada kadar melatonin, hormon yang mengatur naik turunnya kadar gula darah.
Selain itu, kandungan mineral di dalam pisang juga membuat otot lebih rileks. Faktor-faktor semacam ini bisa membuat seseorang merasakan sensasi food coma dan lemas setelah makan.
Kurang tidur juga sangat berperan dalam level energi setelah makan. Apabila Anda merasa kenyang dan rileks, tubuh akan cenderung ingin beristirahat. Utamanya, jika pada malam sebelumnya Anda kurang tidur.
Oleh sebab itu, demi menghindari food coma ada baiknya selalu menjaga siklus tidur dengan baik. Pastikan memiliki kebiasaan sehat jelang tidur atau sleep hygiene hingga mengurangi stres.
Bagaimana dengan tidur siang?
Tidak ada salahnya tidur siang karena justru studi pada tahun 2007 ini menemukan manfaatnya dapat meningkatkan kewaspadaan. Namun, jangan terlalu lama. Tidur singkat 10 menit saja sudah efektif untuk membuat mood jadi jauh lebih baik.
Tak kalah penting, selalu sempatkan untuk berolahraga setiap harinya. Aktivitas fisik akan membuat tubuh lebih berenergi dan tidak rentan lemas setelah makan.
Di sisi lain, orang yang terbiasa rebahan dan jarang bergerak bukannya memiliki cadangan energi karena tidak digunakan. Sebaliknya, duduk atau tiduran seharian akan membuat tubuh lebih lemas. Food coma pun lebih rentan terjadi.
Pada situasi yang lebih langka, lemas setelah makan bisa terjadi sebagai efek dari kondisi medis. Contoh beberapa penyakit yang menimbulkan food coma terus-menerus adalah:
Bisa terjadi karena hiperglikemia maupun hipoglikemia. Artinya, kadar gula darah terlalu tinggi atau rendah. Akan menjadi semakin buruk apabila tidak ada cukup insulin untuk menyalurkan gula ke sel-sel tubuh sebagai sumber energi.
Mengingat gula adalah sumber energi utama untuk sel-sel tubuh, ini menjelaskan mengapa pasien diabetes rentan merasa lemas setelah makan. Umumnya, hiperglikemia disertai dengan gejala lain seperti sering buang air kecil dan haus.
Alergi terhadap jenis makanan tertentu juga bisa menimbulkan rasa lemas setelah makan. Sebab, ini berdampak pada proses cerna dan juga fungsi tubuh lainnya. Penyakit Celiac juga bisa berperan dalam hal ini.
Selain beberapa kondisi di atas, masalah sleep apnea hingga anemia juga berperan dalam terjadinya food coma terus-menerus.
Apabila Anda menderita penyakit di atas dan rasa lelah terjadi tanpa henti, sebaiknya konsultasikan dengan dokter. Sementara jika tidak ada kecurigaan tentang kondisi medis di atas namun food coma terus terjadi, dokter juga bisa membantu mengidentifikasi penyebabnya.
Biasanya, dokter akan melakukan rangkaian pemeriksaan dengan mencari tahu kadar toleransi glukosa, tes hemoglobin A1C, tes gula darah, dan tes untuk mencari tahu apakah ada sensitivitas terhadap jenis makanan tertentu.
Apabila dokter menegaskan tidak ada kondisi medis lain yang memicu food coma, maka pencegahan bisa dilakukan dengan mengubah gaya hidup. Ada banyak langkah sederhana yang bisa dilakukan untuk menjaga level energi tetap optimal.
Apa saja?
Perlu digarisbawahi bahwa merasa lelah atau rileks setelah makan adalah hal wajar. Bisa saja, ini adalah cara tubuh merespons perubahan biokimia yang terjadi selama sistem pencernaan bekerja.
Namun jika food coma ini sudah mengganggu aktivitas sehari-hari dan mengubah gaya hidup pun tidak membuahkan hasil, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Menghitung detak jantung adalah cara termudah mengetahui kondisi kesehatan. Detak jantung normal orang dewasa adalah sekitar 60 – 100 detak per menit. Ketahui bagaimana cara mudah menghitung detak jantung.
Setelah operasi, Anda dapat merawat luka operasi di rumah dengan mudah. Agar luka cepat sembuh, bersihkan luka, lindungi luka, dan berikan salep luka setiap hari.
Sodium chloride atau NaCl lebih umum dikenal dengan sebutan garam sangat diperlukan tubuh. Namun kadarnya dalam tubuh tidak boleh berlebih atau kekurangan.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Veranita
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved