Flavonoid adalah antioksidan yang menjadi benteng perlindungan tubuh dari berbagai jenis penyakit. Senyawa ini biasanya terdapat dalam buah dan sayur.
21 Des 2022
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Flavonoid bisa didapatkan dari buah dan sayur
Table of Content
Flavonoid adalah antioksidan yang merupakan jenis fitonutrien (zat kimia pada tumbuhan) yang terkandung di hampir semua jenis buah dan sayuran. Senyawa ini memiliki banyak manfaat untuk tubuh berkat sifat anti-inflamasi dan kemampuannya dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Advertisement
Ada sekitar 6.000 jenis flavonoid. Namun, jenis yang paling dikenal antara lain quercetin dan kaempferol. Meski memiliki banyak manfaat untuk kesehatan, senyawa ini juga memiliki efek samping yang perlu diwaspadai.
Flavonoid adalah molekul polifenol yang mengandung 15 atom karbon dan larut dalam air. Ini merupakan senyawa alami yang bisa Anda temukan dalam berbagai jenis buah dan sayuran. Flavonoid kaya akan antioksidan yang dapat menangkal tubuh dari racun dan penyakit.
Flavonoid bekerja dengan cara membantu mengatur aktivitas seluler dan melawan radikal bebas yang menyebabkan timbulnya stres oksidatif dan peradangan dalam tubuh. Dengan kata lain, senyawa ini membantu tubuh menjalankan fungsinya lebih efisien, sekaligus menjadi benteng pertahanan bagi tubuh dalam melawan penyakit.
Ada enam jenis flavonoid yang umum Anda temukan dalam makanan, yaitu:
Baca juga: Apa Itu Quercetin? Ketahui Manfaatnya untuk Kesehatan Tubuh
Ada banyak penelitian ilmiah yang semakin menguatkan manfaat senyawa flavonoid bagi tubuh, antara lain:
Sebuah penelitian dilakukan dalam skala besar dengan durasi yang tidak tanggung-tanggung: selama 25 tahun. Dari penelitian yang diunggah dalam jurnal Archives of Internal Medicine tersebut, tujuh pria dari negara-negara berbeda di penjuru dunia merasakan manfaat usia lebih panjang berkat konsumsi makanan kaya senyawa flavonoid.
Para peneliti menarik kesimpulan bahwa konsumsi flavonoid memegang andil setidaknya 25% dalam usaha memperpanjang usia, terutama bagi penderita kanker dan penyakit jantung koroner.
Senyawa flavonoid juga dikenal dengan khasiatnya sebagai makanan antiinflamasi alami dan mengendalikan berat badan. Kandungan senyawa flavonoid dapat meredakan peradangan dan menekan hormon pemicu rasa lapar yaitu leptin.
Mengingat senyawa flavonoid kaya akan antioksidan dan memiliki sifat antiinflamasi, banyak penelitian yang menyebutkan bahwa makanan kaya senyawa flavonoid dapat menjaga kolesterol baik dari paparan radikal bebas.
Tak hanya itu, makanan kaya flavonoid juga dapat meningkatkan kualitas dinding pembuluh darah. Artinya, jantung semakin sehat dan terjamin dalam menjalankan tugasnya memompa darah ke seluruh tubuh.
Sebuah penelitian pada tahun 2013 menemukan fakta bahwa penderita diabetes tipe 2 yang rutin mengonsumsi makanan tinggi senyawa flavonoid terbukti mengalami perbaikan fungsi pembuluh darah dan mengurangi risiko diabetes.
Salah satu penelitian paling menjanjikan terkait hubungan antara senyawa flavonoid dengan kanker payudara dan kanker usus. Senyawa flavonoid rupanya berdampak sangat baik terhadap paru-paru, mulut, usus, kulit, dan bagian tubuh lainnya yang mengalami kanker.
Kandungan antioksidan yang ada pada flavonoid juga bisa bantu menurunkan risiko terjadinya penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer dan Parkinson. Selain itu, flavonoid juga bisa meningkatkan aliran darah ke otak, sehingga menjaga fungsinya tetap baik.
Baca juga: Mengenal Asam Fenolat, Si Antioksidan yang Bermanfaat
Mengingat flavonoid adalah fitonutrien dari beragam jenis tumbuhan, berikut ini beberapa jenis makanan yang kaya kandungan flavonoid yang bisa Anda konsumsi untuk mendapatkan beragam manfaatnya untuk kesehatan:
Untuk memastikan Anda mendapatkan asupan senyawa flavonoid yang cukup, idealnya kebutuhan tubuh adalah 500 miligram setiap harinya. Ini sama seperti secangkir teh hijau, sebutir apel, sebutir jeruk, ½ cangkir blueberry, dan satu cangkir brokoli.
Jika belum terbayang bagaimana mengonsumsi makanan tinggi senyawa flavonoid sebanyak itu dalam sehari, setidaknya targetkan untuk mengonsumsi satu makanan mengandung flavonoid dalam setiap jadwal makan Anda.
Sebisa mungkin, konsumsi makanan tinggi flavonoid yang belum melalui proses pemasakan terlalu panjang. Semakin banyak proses memasak, semakin besar kemungkinan kandungan senyawa flavonoid berkurang.
Meski begitu, Anda tidak harus selalu mengonsumsi jenis makanan tersebut dalam kondisi mentah karena tubuh juga memerlukan serat dari proses pemasakan. Namun sebisa mungkin mengolah makanan secara sederhana sehingga kandungan senyawa flavonoidnya tetap utuh. Contohnya, brokoli yang dikukus dan tidak diolah dalam tumisan.
Baca Juga
Mengonsumsi flavonoid dalam jumlah yang cukup, apalagi dari sumber alami sangat aman dilakukan dan tidak menimbulkan efek samping.
Namun, beda cerita apabila Anda memenuhi kebutuhan flavonoid dari suplemen. Terlalu banyak mengonsumsi suplemen dan teh flavonoid dinilai bisa memicu beberapa efek samping, seperti:
Maka dari itu, sebelum memilih suplemen untuk melengkapi asupan flavonoid, ada baiknya Anda berkonsultasi terlebih dahulu ke dokter. Anda bisa tanyakan langsung terkait flavonoid maupun seputar gizi dan makanan lainnya menggunakan fitur Chat Dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di di App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Meski terkesan beracun ada beberapa jenis ubur-ubur yang dapat dimakan. Bahkan di Asia, banyak orang gemar mengonsumsinya karena manfaat ubur-ubur sebagai sumber kolagen dan juga sumber nutrisi.
Entah diolah menjadi campuran menu daging atau sayur maupun dijadikan camilan dengan cara digoreng, manfaat jamur shitake memang sangat populer, seperti melindungi kesehatan jantung, hingga mencegah tumor.
Jenis-jenis teh yang paling menyehatkan di antaranya adalah teh hijau, teh melati, teh jahe, teh hitam, hingga teh kembang sepatu. Masing-masingnya memiliki kandungan tersendiri yang dapat memberikan berbagai khasiat, mulai dari meredakan pilek hingga mencegah kanker.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Veranita
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved