Agrafia adalah kondisi di mana seseorang kesulitan untuk menulis dan menyusun huruf akibat adanya kerusakan di bagian otak yang berhubungan dengan komunikasi.
Ditinjau secara medis oleh dr. Anandika Pawitri
6 Apr 2021
Kerusakan otak dapat menyebabkan agrafia
Table of Content
Tahukah Anda bahwa dalam proses merangkai huruf dan kata menjadi sebuah tulisan, ada banyak kemampuan otak yang dilibatkan. Meski proses ini terlihat sepele, pada orang yang mengalami agrafia, menulis bisa jadi mustahil karena area otak untuk komunikasi lewat tulisan mengalami kerusakan.
Advertisement
Selain itu, mengingat bahasa tertulis maupun verbal diproduksi lewat jaringan saraf di otak, individu dalam kondisi ini juga mungkin mengalami masalah lain terkait berkomunikasi.
Otak berperan paling signifikan ketika seseorang berkomunikasi. Contohnya ketika menulis, otak mulai dengan memilih huruf apa yang membentuk suatu kata, kemudian merancang bagaimana menuliskannya, hingga akhirnya menyalin secara fisik.
Ketika proses ini terjadi, otak akan terus bekerja menentukan huruf apa yang akan muncul kemudian.
Namun pada orang dengan agrafia, melakukan hal ini hampir mustahil karena bagian otak yang berperan dalam proses menulis mengalami cedera atau luka. Akibatnya otak mengalami kesulitan untuk merangkai kata.
Selain agrafia, kerusakan otak di bagian tersebut juga bisa mengakibatkan kondisi aphasia, yaitu kehilangan kemampuan berbicara. Kemudian, ada pula yang disebut dengan alexia yaitu hilangnya kemampuan mengenali kata-kata yang sebelumnya bisa dibaca. Istilah lain untuk alexia adalah word blindness..
Bergantung pada area otak mana yang mengalami kerusakan, agraphia bisa dibagi menjadi dua kategori, yaitu:
Kondisi ini berarti hilangnya kemampuan menulis karena ada disfungsi pada bagian otak yang mengatur bahasa, visual, dan motorik. Kondisi cedera pada otak bisa membuat orang dengan agraphia sentral tidak bisa menulis kata-kata meski ia sendiri paham artinya.
Dari situlah ada kemungkinan tulisannya sering salah atau susunan katanya bermasalah. Lebih jauh lagi, ada jenis-jenis spesifik dari agraphia sentral berupa:
Cedera pada lobus parietal kiri otak bisa mengganggu kemampuan mengingat cara mengeja kata-kata. Kemampuan yang disebut dengan orthographic memory ini bermasalah.
Artinya, orang dengan deep agraphia bukan hanya kesulitan mengeja kata-kata, tapi juga sulit membayangkan bagaimana menyebutkannya (phonological ability).
Lebih jauh lagi, gejala lain deep agraphia adalah pemilihan kata yang salah tapi berkaitan, contohnya memilih kata minum padahal seharusnya air.
Gangguan ini membuat seseorang kehilangan kemampuannya untuk membaca sekaligus menulis. Mereka bisa mengucapkan kata-kata, namun tidak lagi bisa mengakses orthographic memory yang berisi memori huruf demi huruf. Terlebih, apabila kata-kata yang dimaksud memiliki ejaan rumit.
Hilangnya kemampuan mengeja kata-kata yang tidak dieja secara fonetik. Artinya, sulit bagi mereka untuk mengeja kata-kata lexical ketimbang fonetik.
Kebalikan dari lexical agraphia, ini adalah hilangnya kemampuan mengucapkan kata-kata dengan tepat. Selain itu, mereka lebih bisa menulis kata-kata dengan makna konkret seperti kucing atau meja ketimbang yang konsepnya abstrak seperti keyakinan atau harga diri.
Sindrom ini terjadi karena cedera pada angular gyrus kiri, umumnya akibat stroke. Salah satu gejalanya adalah agraphia.
Jenis agraphia ini berarti kemampuan menulis juga terganggu. Penyebabnya sama yaitu cedera otak, namun terkadang dikaitkan dengan masalah persepsi visual atau fungsi motorik. Termasuk hilangnya kemampuan kognitif untuk memilih dan menghubungkan huruf hingga bisa membentuk sebuah kata.
Jenis-jenis agraphia periferal adalah:
Disebut juga dengan agraphia murni, ini adalah hilangnya kemampuan menulis namun masih bisa membaca dan berbicara.
Gangguan ini terkadang terjadi karena luka atau pendarahan di frontal lobe, parietal lobe, atau temporal lobe otak. Akibatnya, seseorang kehilangan akses ke area otak yang membantu merancang gerakan untuk membentuk huruf.
Sulit bagi orang dengan visuospatial agraphia untuk menjaga tulisannya tetap lurus. Selain itu, ada kemungkinan huruf tertulis tidak berurutan.
Pada beberapa kasus, ada pula yang menambahkan goresan tertentu pada huruf ketika sedang menulis. Ini terjadi karena cedera otak kanan.
Kesulitan menulis sehingga terus mengulangi huruf, kata-kata, atau bagian dari kata-kata
Umumnya berkaitan dengan penyakit Parkinson atau cedera otak bagian depan, ini ditandai dengan ketidakmampuan menggunakan bahasa dalam berbicara. Selain itu, kemampuan untuk perencanaan hingga fokus juga terganggu.
Hilangnya kemampuan menulis kata-kata dan juga musik, kaitannya dengan melodi dan ritme
Penyebab paling umum terjadinya agraphia adalah stroke, cedera otak, demensia, hingga luka lain pada jaringan otak seperti akibat tumor atau gangguan pembuluh darah.
Baca Juga
Pada kasus cedera otak permanen, mustahil untuk mengembalikan sepenuhnya kemampuan menulis seseorang. Meski demikian, rehabilitasi dengan menggunakan strategi bahasa berbeda-beda bisa jadi pilihan.
Sebuah studi pada tahun 2013 menemukan kemampuan menulis seseorang yang memiliki alexia dengan agraphia menjadi lebih baik setelah menghadiri sesi rehabilitasi beberapa kali. Dalam sesi itu, mereka diminta membaca teks yang sama berulang-ulang hingga bisa membacanya dalam bentuk kata utuh, bukan huruf per huruf.
Selain itu, strategi ini juga digabungkan dengan latihan mengeja secara interaktif. Terapis akan memberikan berbagai media seperti anagram untuk membantu belajar kembali.
Ditambah lagi, akan ada latihan mengeja dan membaca untuk mengidentifikasi kemampuan mana yang perlu dilatih lebih intensif.
Untuk berdiskusi lebih lanjut seputar kondisi agraphia, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Ditulis oleh Azelia Trifiana
Referensi
Artikel Terkait
Fenomena minum air putih dengan boraks sempat viral di TikTok karena dipercaya bisa meredakan peradangan dan mengatasi nyeri sendi. Padahal, senyawa kimia ini dapat memicu efek samping, seperti gangguan pencernaan, gagal ginjal, infertilitas, hingga kematian.
27 Jul 2023
Apakah penderita TBC bisa gemuk? Tentu saja bisa. Sebagian besar penderita TBC umumnya mengalami kenaikan berat badan setelah pengobatan selesai. Jadi bukan hanya obat, Anda juga membutuhkan konseling gizi.
10 Feb 2021
Minuman ternyata berperan penting dalam mengendalikan berat badan. Bahkan, ada beberapa jenis minuman yang dianggap sebagai penurun berat badan karena manfaatnya. Apa sajakah?
27 Apr 2023
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Reni Utari
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved