Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat meringankan aturan untuk donor darah bagi pria gay dan biseksual. Mereka yang hanya memiliki 1 pasangan pria (monogami) dan sudah menjalani hubungan jangka panjang bisa menyumbangkan darahnya.
Ditinjau secara medis oleh dr. Reni Utari
11 Agt 2023
Aturan donor darah bagi pria gay dan biseksual dari FDA
Table of Content
Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat melonggarkan aturan donor darah bagi pria gay dan biseksual. Aktivis gay dan kelompok medis telah lama memperjuangkan kebijakan ini, terutama dalam menghadapi krisis kekurangan darah.
Advertisement
Dengan aturan yang baru, FDA mengizinkan donor darah dari pria gay dan biseksual yang hanya memiliki 1 pasangan pria (monogami) dan sudah menjalani hubungan jangka panjang.
Sementara untuk orang yang menjalin hubungan baru dengan 1 pasangan, memiliki lebih dari 1 pasangan seks, atau melakukan seks anal dalam 3 bulan terakhir, tetap harus menunggu selama 3 bulan setelahnya untuk menyumbangkan darah.
Kebijakan donor darah sebelumnya dinilai lebih ketat bagi kelompok LGBTQ. Hal itu diterapkan untuk melindungi suplai darah dari infeksi HIV. Para peneliti di AS menyadari bahwa transfusi darah dapat menyebarkan infeksi dari pendonor darah ke penerima.
Pada tahun 1985, sekitar 4 tahun setelah krisis AIDS, FDA melarang donor darah dari pria yang pernah berhubungan seks dengan pria lain sejak tahun 1977. Jadi, mereka tidak akan pernah bisa menyumbangkan darahnya seumur hidup.
Kemudian, pada tahun 2015, FDA menyesuaikan syarat donor darah tersebut. Seorang pria harus menunggu selama 12 bulan setelah hubungan seks terakhir mereka dengan pria lain jika ingin mendonasikan darah.
Selanjutnya, pada masa awal pandemi Covid, masa penangguhan ini dikurangi menjadi 3 bulan. Tapi, seiring dengan kemajuan teknologi pengujian, aturan mengenai donor darah ini lambat laun berubah.
Adanya kebijakan baru dari FDA membuat pria gay dan biseksual bisa membantu memenuhi stok kantong darah. Namun, semua calon pendonor akan menjalani skrining HIV, hepatitis B, serta hepatitis C.
Baca Juga: Syarat Orang Bertato Donor Darah, Apa Saja?
Dilansir dari American Red Cross, berikut informasi kebijakan dan proses donor darah dari LGBTQ:
Semua calon pendonor darah harus memenuhi kriteria kelayakan dari FDA. Sebelum melakukan donasi, mereka harus menjawab seluruh pertanyaan yang terkait riwayat kesehatannya.
Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa proses donor darah aman bagi pendonor maupun penerimanya.
Berdasarkan pedoman FDA, pertanyaan skrining akan diajukan pada setiap calon pendonor darah. Hal ini berkaitan dengan risiko perilaku di masa lalu maupun saat ini, misalnya aktivitas seksual, penggunaan obat-obatan, riwayat perjalanan, dan lainnya.
Di bawah kriteria kelayakan dari FDA, calon pendonor harus mengisi kuesioner yang tidak memandang jenis kelamin dan orientasi seksual. Ini termasuk pertanyaan mengenai perilaku seksual untuk menilai faktor risiko individu tersebut.
Kemudian, boleh atau tidaknya donor darah dilakukan akan ditentukan berdasarkan faktor risiko pribadi terhadap HIV dan penyakit lain, yang dapat ditularkan melalui darah.
Sementara, seseorang (terlepas dari jenis kelamin dan orientasi seksualnya) yang dalam waktu 3 bulan terakhir melakukan hubungan seks anal dengan pasangan seksual baru atau banyak pasangan seksual, akan diminta menunggu selama 3 bulan dari hubungan seks anal yang terakhir jika ingin mendonorkan darah.
Selain itu, seseorang yang menggunakan obat untuk mencegah infeksi HIV, yang dikenal sebagai profilaksis pra-pajanan dan profilaksis pasca-pajanan (PrEP atau PEP), diminta menunggu 3 bulan dari dosis oral terakhir dan 2 tahun dari injeksi terakhir sebelum mendonorkan darah. Tujuannya agar pendeteksian tes diagnostik dan skrining untuk HIV sebelum donor lebih akurat.
Kebijakan baru yang dikeluarkan oleh FDA tersebut dinilai telah menghapuskan diskriminasi terhadap kelompok LGBTQ yang ingin mendonorkan darah. Tak hanya itu, aturan yang melonggar ini dapat menarik lebih banyak calon pendonor sehingga kekurangan suplai darah bisa dicegah.
Advertisement
Ditulis oleh Dina Rahmawati
Referensi
Artikel Terkait
Korea Selatan ramai dengan kasus penyakit SFTS yang disebarkan oleh kucing liar. Penyakit ini disebut-sebut mematikan. Simak gejalanya.
16 Jul 2023
Kementerian Kesehatan Indonesia mengeluarkan panduan protokol kesehatan 6M+1S dalam menghadapi kualitas udara yang buruk. Pengimbauan ini dilakukan agar masyarakat terhindar dari dampak polusi udara.
29 Agt 2023
Menonton film ternyata tidak hanya bisa sebagai hiburan ternyata juga punya manfaat bagi kesehatan. Apa saja, ya? Simak ulasan lengkapnya berikut ini.
18 Jul 2023
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Veranita
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Sarah Fajriah
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved