Siklus haid terdiri dari fase menstruasi, fase folikuler, fase ovulasi, dan fase luteal. Keempat fase ini berperan penting dalam proses reproduksi.
8 Sep 2022
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Siklus haid wanita terdiri dari empat fase
Table of Content
Siklus menstruasi wanita yang normal terjadi selama 21-35 hari. Dalam siklus ini, ada empat fase yang akan dilalui, yaitu fase menstruasi, fase folikuler, fase ovulasi, dan fase luteal.
Advertisement
Masing-masing fase tersebut melibatkan hormon khusus yang berperan. Keempat fase ini juga berperan penting dalam proses reproduksi. Sehingga, apabila ada gangguan yang terjadi, bisa saja berpengaruh pada kesuburan.
Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk memahami lebih lanjut seputar siklus dan fase menstruasi yang akan dilalui.
Siklus menstruasi adalah serangkaian perubahan pada tubuh dan organ reproduksi yang didorong hormon dengan tujuan untuk mempersiapkan kehamilan.
Pada setiap siklus menstruasi yang normal, sel telur akan berkembang dan dilepaskan dari ovarium. Di saat yang sama, lapisan rahim akan menebal untuk mempersiapkan kehamilan.
Akan tetapi, jika sel telur yang lepas tidak dibuahi, lapisan tersebut akan luruh bersama darah dan keluar melalui vagina.
Kondisi inilah yang disebut dengan menstruasi. Sementara itu, apabila sel telur berhasil dibuahi, maka kehamilan bisa terjadi.
Hari pertama dalam satu siklus menstruasi adalah hari pertama haid, sedangkan hari terakhirnya adalah satu hari sebelum haid di bulan berikutnya.
Rata-rata durasi siklus haid adalah 28 hari. Namun, tidak semua wanita memiliki durasi yang sama karena rentang siklus yang normal berkisar antara 21-35 hari.
Siklus menstruasi pada wanita dibagi menjadi empat fase. Memahami fase-fase ini dapat membantu Anda dalam memprediksi waktu menstruasi yang akan datang, serta mengetahui masa subur untuk merencanakan kehamilan.
Berikut adalah empat fase menstruasi dalam satu siklus haid normal pada wanita.
Fase menstruasi adalah tahap pertama dari siklus haid. Hormon yang berperan dalam fase ini adalah hormon estrogen dan progesteron.
Fase menstruasi terjadi karena sel telur yang dilepas ovarium dari siklus sebelumnya tidak dibuahi. Karena kehamilan tidak terjadi, kadar hormon estrogen dan progesteron ikut turun.
Lapisan rahim yang menebal untuk mempersiapkan kehamilan pun tidak lagi dibutuhkan. Hal ini menyebabkan lapisan tersebut meluruh, lalu keluar lewat vagina sebagai kombinasi darah, lendir, dan jaringan dari rahim.
Berikut adalah sejumlah gejala yang dapat dialami wanita dalam fase menstruasi.
Rata-rata wanita mengalami fase ini selama 3-7 hari. Namun, sebagian lainnya bisa memiliki periode yang lebih lama.
Fase folikuler dimulai pada hari pertama haid (terjadi tumpang tindih dengan fase menstruasi), kemudian berakhir saat ovulasi. Hormon yang berperan dalam fase folikuler adalah follicle stimulating hormone (FSH).
Pada awal fase ini, hipotalamus mengirimkan sinyal ke kelenjar pituitari untuk melepaskan FSH.
Hormon ini dapat merangsang indung telur untuk menghasilkan 5-20 kantong kecil yang disebut dengan folikel. Setiap folikel tersebut mengandung sel telur yang belum matang, tetapi hanya sel telur paling sehat yang pada akhirnya matang.
Dalam kasus yang lebih jarang, seorang wanita bisa saja memiliki dua sel telur yang matang. Selanjutnya, sisa folikel yang tidak matang akan diserap kembali ke dalam tubuh.
Adanya folikel yang matang dapat memicu lonjakan estrogen untuk menebalkan lapisan rahim sehingga tercipta lingkungan yang kaya nutrisi bagi embrio untuk tumbuh.
Fase paling panjang pada siklus menstruasi adalah fase folikel. Fase ini rata-rata berlangsung selama 16 hari, tetapi bisa juga terjadi antara 11-27 hari.
Fase ovulasi adalah waktu pelepasan sel telur matang oleh ovarium atau indung telur. Proses ovulasi ini dipengaruhi luteinizing hormone (LH).
Ovulasi terjadi karena lonjakan hormon LH. Meningkatnya kadar estrogen selama fase folikel memicu kelenjar pituitari melepas hormon luteinizing (LH). Inilah awal terjadinya proses ovulasi.
Sel telur yang dilepaskan ovarium pun bergerak ke tuba falopi menuju rahim untuk dibuahi sperma. Fase ovulasi merupakan satu-satunya waktu dalam siklus menstruasi yang memungkinkan Anda untuk hamil.
Berikut adalah gejala-gejalal yang dapat Anda alami ketika mengalami ovulasi.
Ovulasi terjadi pada hari ke-14 jika Anda memiliki siklus haid 28 hari (tepat di tengah haid Anda). Fase ini berlangsung sekitar 24 jam. Setelah sehari, sel telur pun akan mati atau larut jika tidak dibuahi.
Untuk Anda yang sedang menjalani program kehamilan, mengetahui datangnya fase ovulasi bisa sangat membantu meningkatkan kemungkinan hamil.
Fase luteal adalah fase terakhir dalam siklus menstruasi dan merupakan tahap tubuh bersiap menghadapi kehamilan.
Setelah folikel melepaskan sel telurnya pada fase ovulasi, zat ini berubah menjadi korpus luteum.
Korpus luteum dapat melepaskan hormon, terutama progesteron dan estrogen. Peningkatan kedua hormon ini membuat lapisan rahim menebal dan siap untuk ditanami sel telur yang telah dibuahi.
Jika Anda hamil, tubuh akan menghasilkan human chorionic gonadotropin (HCG) yang dapat membantu menjaga korpus luteum maupun lapisan rahim tetap tebal.
Sementara itu, jika Anda tidak hamil, korpus luteum akan menyusut dan diserap. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan kadar estrogen dan progesteron yang memicu menstruasi.
Pada fase luteal, wanita yang tidak hamil dapat mengalami gejala-gejala sindrom premenstruasi (PMS) berikut ini.
Fase luteal berlangsung selama 11-17 hari, tetapi umumnya terjadi selama 14 hari.
Itulah fase-fase yang terjadi pada siklus menstruasi wanita. 4 fase menstruasi ini akan terus berlangsung hingga wanita mengalami menopause.
Pada setiap fase menstruasi, hormon-hormon dalam tubuh berperan penting dalam mengaturnya. Berikut adalah hormon-hormon yang mengatur fase haid wanita.
Hormon estrogen adalah hormon yang bertugas untuk mematangkan sel telur dan berperan dalam pertumbuhan lapisan rahim dalam mempersiapkan kehamilan.
Estrogen umumnya diproduksi ovarium. Namun, kelenjar adrenal dan jaringan lemak juga dapat memproduksinya dalam jumlah yang kecil.
Kadar hormon ini paling melimpah di paruh pertama siklus menstruasi (fase folikuler).
Hormon progesteron bekerja di dalam tubuh untuk menyeimbangkan efek estrogen. Hormon ini diproduksi setelah ovulasi oleh korpus luteum dan mendominasi paruh kedua siklus haid (fase luteal).
Tugas utama progesteron adalah mengontrol pembentukan lapisan rahim sekaligus membantu mematangkan dan memelihara lapisan rahim jika ada kehamilan.
Apabila tidak ada kehamilan, lapisan rahim akan meluruh.
Hormon perangsang folikel dilepaskan dari kelenjar pituitari di otak.
Hormon FSH berperan dalam merangsang folikel ovarium (kantung cairan pada ovarium yang berisi sel telur atau ovum) untuk matang.
Hormon luteinizing dilepaskan dari kelenjar pituitari di otak saat ovulasi.
Dalam fase menstruasi, lonjakan hormon LH menyebabkan pecahnya folikel ovarium yang matang sehingga melepaskan sel telur selama masa ovulasi.
Baca Juga
Ada berbagai gangguan yang bisa terjadi pada setiap fase dalam siklus menstruasi. Berikut adalah gejala-gejala tidak normal yang mungkin muncul selama menstruasi.
Kondisi ini dapat terjadi karena gangguan makan, penurunan berat badan yang ekstrem, olahraga berlebihan, PCOS, hilangnya fungsi ovarium sebelum usia 40 tahun, penyakit radang panggul, dan fibroid rahim.
Pada sebagian wanita, penggunaan pil KB juga dapat membantu mengatur siklus haid.
Untuk berdiskusi lebih lanjut seputar fase menstruasi, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ.
Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Cara melancarkan darah haid yang sedikit dapat dilakukan dengan mengendalikan berat badan, rutin berolahraga, memenuhi asupan vitamin D, dan mengurangi stres.
Haid dikatakan tidak kunjung berhenti jika berlangsung lebih dari seminggu. Kondisi ini dinamakan menorrhagia dan merupakan salah satu bentuk gangguan siklus menstruasi yang bisa terjadi karena gangguan keseimbangan hormon, efek obat-obatan, hingga penyakit seperti miom.
Efek samping menstrual cup yang bisa terjadi antara lain iritasi, toxic shock syndrome, hingga infeksi. Untuk mengurangi risiko efek samping, pastikan Anda membersihkannya dengan benar dan selalu mencuci tangan sebelum dan setelah menyentuh menstrual cup.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved