Faktor keturunan dipercaya mempengaruhi tinggi badan anak, dan kemungkinan anak mengalami obesitas Meski memang berpengaruh, ternyata ada faktor lain yang ikut berperan.
10 Feb 2022
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Tinggi badan anak dapat dipengaruhi oleh faktor keturunan
Table of Content
Faktor keturunan dipercaya memiliki andil besar dalam pertumbuhan anak, termasuk pertumbuhan tinggi badannya. Selain itu, faktor keturunan juga disebut-sebut meningkatkan kemungkinan seseorang terkena obesitas.
Advertisement
Maksudnya, jika orangtua mengalami obesitas, maka anaknya memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk mengalami masalah serupa di kemudian hari. Di sisi lain, ada beberapa kemungkinan penyakit yang juga bisa diturunkan pada anak.
Tinggi badan anak dapat diprediksi berdasarkan tinggi badan orangtua. Misalnya, jika orangtua tinggi atau pendek, maka tinggi badan anak kelak akan berkisar pada rata-rata tinggi badan kedua orangtuanya. Hal ini berkaitan dengan DNA yang diwarisi orangtua.
Para ahli memperkirakan bahwa sekitar 60-80 persen tinggi badan seseorang ditentukan oleh varian urutan DNA yang diwarisi orangtuanya. Dengan kata lain, faktor keturunan memang berpengaruh. Akan tetapi, tidak diketahui secara pasti gen mana yang paling berpengaruh dan mengapa bisa terjadi.
Di sisi lain, faktor keturunan bukanlah satu-satunya hal yang berperan dalam menentukan tinggi badan anak. Sebab, mungkin saja seorang anak jauh lebih tinggi atau lebih pendek daripada orangtuanya. Hal ini kemungkinan dipicu oleh faktor lain di luar gen, seperti:
Mendapatkan nutrisi yang cukup dalam masa pertumbuhan sangat penting untuk pertumbuhan anak, termasuk tinggi badan. Pola makan yang buruk dapat menyebabkan tubuh anak lebih pendek. Jadi, berilah anak asupan bergizi seimbang untuk menunjang tumbuh kembangnya.
Selain faktor keturunan, jenis kelamin juga bisa mempengaruhi tinggi badan. Umumnya, laki-laki cenderung lebih tinggi daripada perempuan. Akan tetapi, hal ini tidak selalu berlaku pada setiap orang.
Dalam masa pubertas, hormon berperan penting dalam mengatur pertumbuhan tubuh. Oleh sebab itu, adanya masalah pada hormon dapat berpengaruh pada pertumbuhan, termasuk tinggi badan. Misalnya, anak yang menderita hipotiroid (kekurangan hormon tiroid) cenderung lebih pendek.
Cacat bawaan tertentu juga dapat mempengaruhi tinggi badan seseorang. Misalnya, achondroplasia (kelainan tulang langka) yang menyebabkan tubuh kerdil atau sindrom Marfan yang menyebabkan perawakan menjadi lebih tinggi dari semestinya. Terkadang, cacat bawaan juga diturunkan dalam keluarga.
Baca Juga
Selain tinggi badan, faktor keturunan juga disinyalir bisa meningkatkan risiko anak menderita obesitas. Dilansir dari Kemkes, jika salah satu orangtua memiliki kondisi obesitas, maka peluang anak untuk mendapatkannya berkisar antara 40-50 persen.
Sementara itu, apabila kedua orangtua menderita obesitas, maka peluang faktor keturunan menjadi 70-80 persen. Meski genetik berpengaruh, sebetulnya ada faktor lain yang lebih kuat meningkatkan risiko obesitas pada anak, misalnya:
Sebagian anak tidak menyukai sayur-mayur, bahkan enggan mengonsumsinya. Padahal asupan tersebut sangat bermanfaat untuk menunjang pertumbuhan anak.
Sebaliknya, tidak sedikit anak-anak yang justru lebih senang mengonsumsi junk food, makanan berminyak, berlemak, atau manis, yang malah bisa membuat berat badannya naik.
Selain faktor keturunan, jarang melakukan aktivitas fisik juga memicu obesitas pada anak. Saat ini, banyak anak-anak lebih suka menghabiskan waktunya dengan bermain gawai, entah sambil duduk atau berbaring seharian.
Hal ini tentu saja membuat anak jarang melakukan aktivitas fisik. Akibatnya, berat badan bisa menjadi naik berlebihan, bahkan hingga obesitas karena tidak ada kalori yang dibakar.
Mengingat faktor keturunan bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi pertumbuhan anak, orangtua tentu harus memperhatikan faktor lainnya. Pastikan kebutuhan nutrisi anak terpenuhi, tidur dengan nyenyak, dan olahraga teratur.
Anak dengan pertumbuhan yang baik akan berada dalam kisaran tinggi dan berat badan ideal. Hal ini juga bermanfaat untuk membantu anak tetap sehat dan terhindar dari penyakit.
Selain tinggi badan dan kemungkinan obesitas, faktor keturunan juga dapat meningkatkan sejumlah risiko penyakit yang diturunkan pada anak.
Penyakit keturunan adalah penyakit yang berasal dari mutasi gen yang diwariskan dari salah satu atau kedua orangtua pada anaknya.
Berikut adalah macam-macam penyakit keturunan yang harus Anda waspadai:
Anemia sel sabit adalah penyakit keturunan di mana penderita memiliki bentuk hemoglobin yang tidak normal, yakni berbentuk sabit. Penyakit turunan ini disebabkan oleh mutasi pada salah satu gen pembentuk hemoglobin.
Penyakit sel sabit bisa menyebabkan anemia kronis dan kerusakan signifikan pada jantung, paru-paru, atau ginjal. Ada 25 persen kemungkinan anak lahir dengan penyakit ini jika kedua orangtuanya memiliki gen sel sabit.
Selanjutnya, penyakit yang dapat diturunkan pada keturunannya adalah hemofilia. Gangguan pembekuan darah akibat kekurangan faktor VII dan IX ini menyebabkan darah sulit membeku. Akibatnya, perdarahan berlangsung lebih lama.
Hemofilia disebabkan oleh mutasi genetik yang mempengaruhi kromosom X. Kelainan pada kromosom X ini dapat diturunkan oleh ayah, ibu, atau kedua orangtua.
Cystic fibrosis merupakan penyakit keturunan yang menyebabkan lendir-lendir dalam tubuh menjadi lengket dan kental. Kondisi ini bisa menimbulkan kerusakan parah pada sistem pencernaan, pernapasan, dan reproduksi.
Penyebab cystic fibrosis adalah mutasi gen yang mempengaruhi sel-sel yang memproduksi lendir, keringat, dan cairan pencernaan. Jika anak mewarisi dua salinan gen tersebut, dapat mengembangkan penyakit ini.
Contoh penyakit keturunan berikutnya adalah thalasemia. Kelainan darah bawaan ini menyebabkan sel darah merah kekurangan hemoglobin sehingga sulit mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh.
Thalasemia dapat mengakibatkan anemia berat yang membuat penderitanya membutuhkan transfusi darah. Penyakit menurun ini disebabkan oleh mutasi pada DNA sel pembentuk hemoglobin dan dapat diturunkan dari orangtua kepada anaknya.
Salah satu penyakit menurun pada manusia yang perlu diwaspadai adalah diabetes tipe 1. Penyakit ini menyebabkan penderitanya kekurangan hormon insulin. Tanpa insulin, gula darah tidak bisa masuk ke sel tubuh dan malah menumpuk di aliran darah yang bisa merusak tubuh.
Penyakit ini umumnya bersifat keturunan, tetapi bisa juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Sebagian anak memiliki gen tertentu (diturunkan dari orangtua) yang membuatnya lebih mungkin mengembangkan diabetes tipe 1. Sementara itu, faktor lingkungan seperti virus juga disinyalir berperan memicu penyakit ini.
Faktor genetik adalah hal yang cukup berperan dalam munculnya penyakit jantung. Namun, riwayat keluarga dengan penyakit ini dan faktor lainnya, juga bisa meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit jantung.
Risiko penyakit jantung bisa meningkat ketika faktor keturunan dikombinasikan dengan gaya hidup yang tidak sehat, seperti merokok, mengonsumsi makanan tidak sehat, obesitas, dan jarang berolahraga.
Penyakit Huntington adalah penyakit turunan yang muncul di usia paruh baya. Penyakit herediter ini menyebabkan kerusakan progresif pada sel-sel saraf di otak sehingga penderitanya kehilangan fungsi otak dan otot.
Penyakit Huntington disebabkan oleh kecacatan pada suatu gen tunggal. Artinya, anak hanya membutuhkan satu salinan gen yang rusak untuk mengembangkan penyakit tersebut. Kedua orangtua dapat mewariskan salinan gel tersebut.
Mengenai cara mencegah penyakit keturunan, kondisi ini umumnya sulit dihindari. Untuk mengidentifikasi penyakit keturunan dan risiko diturunkannya pada anak, sebaiknya Anda dan pasangan melakukan pemeriksaan genetik sebelum merencanakan kehamilan.
Jika Anda ingin bertanya lebih lanjut seputar kesehatan anak, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
ADHD pada anak dapat ditandai dengan sulit memperhatikan, mudah teralihkan, hingga sering melakukan kesalahan. Penanganan kondisi ini dapat dilakukan melalui psikoterapi dan pemberian obat-obatan.
Jadwal makan anak 2 tahun terdiri dari tiga kali makan dan dan dua kali camilan. Pastikan memberi makanan bergizi seimbang untuk menunjang tumbuh kembang anak.
Demi mengenalkan dan melestarikan budaya Indonesia, terdapat sejumlah permainan anak tradisional yang dapat si kecil mainkan, mulai dari petak umpet, kelereng, lompat tali, hingga bekel.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved