Antibodi monoklonal efektif untuk mengobati Covid-19 gejala ringan dan sedang. Jenis yang digunakan di Indonesia adalah Regdanvimab
23 Agt 2021
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Antibodi monoklonal bisa mempercepat penyembuhan Covid-19
Table of Content
Pengobatan untuk mengatasi Covid-19 hingga kini masih terus dikembangkan. Kini, metode baru berupa terapi antibodi monoklonal telah digunakan pada beberapa kasus infeksi Covid-19 dan memberikan hasil yang memuaskan.
Advertisement
Ada beberapa kriteria pasien yang bisa menerima manfaat dari antibodi monoklonal. Terapi ini dianggap paling efektif untuk diberikan pada pasien Covid-19 dengan kondisi infeksi yang ringan hingga sedang, tapi memiliki risiko tinggi mengalami keparahan.
Terapi antibodi monoklonal sebenarnya bukanlah hal yang baru. Metode pengobatan ini sebelumnya telah digunakan dalam pengobatan infeksi virus lain, seperti Ebola dan HIV.
Antibodi adalah protein yang diproduksi oleh sistem imun untuk melawan infeksi, termasuk infeksi virus.
Antibodi monoklonal adalah antibodi buatan yang dirancang untuk meniru mekanisme kerja antibodi alami tubuh. Dengan demikian, kita bisa lebih kuat dalam melawan infeksi, termasuk Covid-19.
Pembuatan antibodi monoklonal dilakukan dengan mempertemukan sel darah putih, yang merupakan bagian dari sistem imun, dengan protein virus. Pertemuan itu akan membuat sel darah putih membentuk antibodi.
Para ilmuwan nantinya akan memperbanyak antibodi agar bisa dimasukkan ke dalam tubuh untuk melawan virus. Jika diberikan pada waktu dan pasien yang tepat, ini akan membantu mempercepat penyembuhan Covid-19.
Manfaat lain antibodi monoklonal adalah mencegah kondisi bertambah parah.
Virus SARS-CoV-2 yang merupakan penyebab Covid-19 menginfeksi tubuh dengan cara mengaitkan spike atau duri proteinnya ke sel sehat di tubuh. Saat seorang pasien menerima antibodi monoklonal, antibodi ini akan menutupi duri tersebut sehingga tidak bisa menempel ke sel dan menginfeksi tubuh.
Penggunaan antibodi monoklonal tidak bisa dilakukan sembarangan. Dokter akan menilai kondisi pasien yang paling tepat untuk mendapatkan pengobatan ini.
Berikut ini hal yang perlu diketahui seputar penggunaan antibodi monoklonal untuk Covid-19.
Menurut National Institute Health Amerika Serikat, tidak semua pasien Covid-19 bisa diberikan terapi ini.
Terapi antibodi monoklonal hanya diberikan pada pasien Covid-19 dengan kondisi gejala ringan hingga sedang, dan berisiko tinggi mengalami keparahan.
Berikut kriteria pasien yang boleh menerima terapi antibodi monoklonal:
Sama halnya dengan pengobatan lain, penggunaan antibodi monoklonal juga dapat memicu efek samping untuk beberapa orang.
Risiko efek samping antibodi monoklonal, antara lain:
Di Indonesia, penggunaan antibodi monoklonal untuk mengatasi Covid-19 sudah mulai berjalan. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah mengeluarkan Emergency Use of Authorization (EUA) untuk salah satu jenis obat antibodi monoklonal, Regdanvimab.
Obat ini didistribusikan oleh perusahaan farmasi Dexa Medica. Melansir dari laman resmi Dexa Medica, terapi antibodi monoklonal menggunakan Regdanvimab dapat diberikan lewat infus (intravena) tidak lebih dari 7 hari sejak gejala muncul.
Masih dari sumber yang sama, Regdanvimab disebut bisa mengurangi risiko rawat inap atau kematian hingga 72% untuk pasien yang berisiko tinggi mengalami gejala Covid-19 berat. Pasien golongan tersebut yang mendapat terapi antibodi monoklonal juga memiliki waktu pemulihan setidaknya 4,7 hari lebih cepat.
Sementara itu, keampuhan Regdanvimab dalam menghadapi infeksi dari berbagai varian virus Covid-19, termasuk varian Delta pun dianggap baik.
Hingga kini penelitian mengenai antibodi monoklonal untuk pengobatan Covid-19 masih terus dilakukan. Di beberapa negara lain termasuk Amerika Serikat, obat ini juga belum memiliki izin edar dan masih memiliki izin edar darurat alias EUA.
Baca Juga
Apabila Anda masih punya pertanyaan seputar pengobatan Covid-19 menggunakan terapi antibodi monoklonal maupun hal-hal lain yang berkaitan dengan penyakit ini, tanyakan langsung ke dokter lewat fitur Chat Dokter di aplikasi kesehatan SehatQ. Dapat diunduh secara gratis di App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Lama virus corona bertahan hidup pada suatu benda cukup kuat, sehingga penyakit ini tidak hanya dapat menular melalui percikan. Ia juga dapat menular melalui benda sekitar.
Penyebab novel coronavirus hingga saat ini masih diperdebatkan kebenarannya. Hewan liar seperti ular hingga kelelawar disebut sebagai sumber awal wabah virus mematikan ini.
Beredar rumor bahwa tocilizumab dapat menyembuhkan pasien virus corona Covid-19 yang sudah kritis. Namun, efektivitas obat radang sendi ini dibantah oleh para peneliti Amerika Serikat.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved