Penderita HIV masih bisa tetap sehat dan produktif, layaknya orang kebanyakan. Hal ini dibuktikan oleh sosok Endang Jamaludin yang masih bisa berkarya
Ditinjau secara medis oleh dr. Reni Utari
3 Des 2019
Endang Jamaludin, penderita HIV yang aktif berlari untuk menghilangkan diskriminasi terhadap ODHIV (sumber foto: dokumen pribadi Endang Jamaludin)
Table of Content
Stigma yang melekat kepada para penderita HIV, membuat tingkat diskriminasi terhadap kondisi mereka masih tinggi. Banyak orang masih mengira bahwa pengidap penyakit ini adalah orang-orang yang terbaring lemah dan bisa menjadi sumber penularan penyakit yang harus benar-benar dihindari.
Advertisement
Padahal, hal tersebut tidaklah tepat. Orang dengan mengidap HIV (ODHIV) masih bisa beraktivitas seperti biasa, tetap aktif dan produktif dalam berkarya dan bekerja. Seperti sosok seorang Endang Jamaludin.
Endang adalah ODHIV. Berbeda dari stigma yang selama ini beredar di masyarakat, ia terlihat sehat dan aktif dalam mengikuti berbagai kegiatan.
Dalam laman akun media sosialnya (@dankjoedien1989) yang sudah diikuti hampir 40.000 orang, Endang rutin membagikan keseharian serta komitmennya dalam menghapus diskriminasi bagi para penderita HIV. Ia pun aktif mengikuti berbagai lomba lari sambil terus mengkampanyekan kesetaraan untuk para ODHIV.
Endang memilih olahraga lari sebagai medium untuk meningkatkan kesadaran masyrakat seputar HIV dan ODHIV, bukan tanpa alasan. Ia mengungkapkan, lari adalah olahraga yang bisa dilakukan semua orang, kapan pun dan di manapun. Sehingga, olahraga ini bukan lagi sekadar tren, melainkan sudah menjadi gaya hidup dan kebutuhan orang banyak.
“Jadi, saya memanfaatkan event lomba lari yang selalu diikuti ribuan bahkan jutaan orang, untuk memunculkan isu #noldiskriminasi,” ungkap Endang. Yang dimaksud dengan #noldiskriminasi adalah nol diskriminasi untuk ODHIV.
Endang juga kerap mengikuti perlombaan lari sembari mengkampanyekan #runforzerodiscriminationPLWHIV. Tujuannya, untuk memberikan gambaran bahwa ODHIV sama seperti orang tanpa HIV, bisa sehat dan menjalani kehidupan seperti bekerja, menikah bahkan menorehkan prestasi seperti orang lain.
Pada pria, ciri-ciri HIV yang muncul umumnya tidak spesifik. Sama seperti yang telah dijelaskan di atas, gejala yang muncul kerap disalahartikan sebagai suatu gejala penyakit ringan seperti flu sehingga masih disepelekan. Selain gejala yang ringan yang serupa dengan flu, kondisi seperti di bawah ini juga dapat muncul:
Pada pria, gejala HIV yang khas salah satunya adalah ulkus pada penis. HIV jua dapat menyebabkan hipogonadisme, atau produksi hormon seks yang buruk, dalam jenis kelamin apa pun. Namun, efek hipogonadisme pada pria lebih mudah diamati daripada efeknya pada wanita. Gejala yang tampak adalah hormon testosteron yang semakin rendah hingga terjadinya disfungsi ereksi.
Setelah gejala awal HIV menghilang, virus yang menginfeksi tubuh Anda tidak akan menimbulkan gejala selama beberapa waktu. Pada periode ini, virus akan aktif bereplikasi dan mulai melemahkan sistem kekebalan tubuh.Pada tahap ini penderita tidak akan merasa atau terlihat sakit, tetapi virus HIV di dalam tubuhnya masih terus aktif. Bahkan, virus-virus ini juga dapat dengan mudah menular ke orang lain.
Tidak hanya dalam hal pekerjaan atau kehidupan sosial, diskriminasi atau stigma yang melekat di masyarakat juga terkadang membuat beberapa ODHIV urung pergi ke fasilitas kesehata,n untuk mendapatkan perawatan.
Padahal, dengan mengonsumsi obat antriretroviral (ARV) jumlah virus HIV di tubuh pengidapnya, bisa ditekan bahkan hingga dalam jumlah yang sangat rendah.
Menurut laporan perkembangan HIV-AIDS tahun 2017 yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan RI, jumlah ODHA (orang dengan HIV/AIDS) yang sedang menjalani perawatan dengan ARV adalah sebanyak 91.369 orang. Sementara itu, jumlah ODHA yang tidak melanjutkan perawatan ARV atau putus obat adalah sebanyak 39.542 orang.
Berdasarkan data terbaru yang diambil dari laman situs Kementerian Kesehatan RI, dari 338.000 orang yang sudah positif HIV, baru sekitar 118.000 orang yang patuh minum obat.
Konsumsi obat ARV sangat penting untuk menekan jumlah virus di tubuh ODHIV, sehingga virus tersebut tidak terus mengganggu kerja daya tahan tubuh. Mengenai hal ini, Endang juga mengungkapkan hal yang serupa.
Ia mengatakan, sebenarnya untuk bisa tetap sehat, para ODHIV disarankan menjalani pola hidup sehat, mengonsumsi makanan sehat bergizi seimbang, serta berolahraga. Anjuran ini sama dengan anjuran hidup sehat pada umumnya. Namun untuk ODHIV, ada anjuran lain yang harus dipatuhi.
“ODHIV juga harus menjalani pengobatan dengan terapi ARV yang baik dan benar, agar tidak akan ada masalah dengan kondisi kesehatannya,” imbuhnya.
Endang berharap, teman-teman ODHIV bisa lebih menerima status diri sebagai seseorang yang HIV positif. Sebab, ia berpesan, HIV bukanlah akhir dari segalanya. Pengobatan HIV, sudah tersedia.
Dengan menjalani pengobatan ARV yang baik, para penderita ODHIV bisa sehat dan menjalani kehidupan seperti orang lain. Endang menjelaskan, obat ARV bisa diperoleh di Puskesmas maupun rumah sakit terdekat. Tak hanya menyediakan obat ARV, para petugas di Puskesmas maupun rumah sakit akan membantu pasien dalam mendapatkan pendampingan dan informasi akurat tentang HIV dan AIDS.
Virus HIV memang sulit untuk disembuhkan. Pasalnya, virus HIV langsung menyerang sel CD4 yang berperan dalam sistem imun manusia. Saat sel CD4 aktif, virus HIV akan aktif memproduksi virus-virus HIV lainnya di dalam sel CD4. Namun, jika sel CD4 tidak aktif, virus HIV yang berada dalam sel CD4 juga menjadi tidak aktif (dorman) sampai sel CD4 tersebut aktif kembali.
Virus HIV yang berlindung dan bersembunyi dalam sel CD4 tidak dapat dihilangkan dengan terapi obat. Meskipun belum ada obatnya, HIV yang dideteksi dengan cepat dapat ditangani dan dicegah untuk berkembang menjadi AIDS. Deteksi dini dan penanganan yang sigap terhadap HIV dapat membantu penderita untuk dapat hidup lebih lama dan tidak mengalami AIDS.
Oleh karenanya, jika Anda mengalami pembengkakan pada kelenjar getah bening setelah melakukan aktivitas seksual, Anda perlu dengan segera berkonsultasi dengan dokter agar dapat dilakukan pemeriksaan yang menyeluruh.
Baca Juga
Saat ini, pemerintah sudah menyediakan obat HIV di 7.000 Puskesmas Tanah Air. Masyarakat juga bisa menjalani pemeriksaan HIV di Puskesmas. Jadi, jika Anda atau orang terdekat mencurigai terinfeksi HIV, segera jalani pemeriksaan, sebelum kondisinya bertambah parah.
Sementara itu, ODHIV yang baru menerima diagnosis maupun yang belum memulai perawatan, disarankan untuk segera mengonsumsi obat ARV. Dengan konsumsi yang tepat dan rutin, obat ini tidak hanya akan menekan jumlah virus di tubuh, tapi juga mencegah penularan HIV kepada orang lain.
Advertisement
Ditulis oleh Nina Hertiwi Putri
Referensi
Artikel Terkait
Ruam HIV (human immunodeficiency virus) seringkali hanya dianggap sebagai ruam umum yang biasanya disebabkan oleh produk kosmetik maupun reaksi alergi. Sebenarnya, apa yang membedakan ruam HIV dari ruam pada umumnya?
26 Mei 2020
Kenali berbagai fakta penting tentang HIV agar Anda dapat lebih waspada mengenai penyakit mematikan ini dan terhindar dari penularan HIV.
2 Mei 2019
Viral load adalah istilah yang merujuk pada banyaknya virus dalam darah seseorang. Viral load menjadi istilah yang dekat dengan HIV/AIDS dan menjadi salah satu indikator keberhasilan dalam pengobatan antiretroviral. Viral load yang tidak terdeteksi menunjukkan HIV dalam tubuh pasien terkendali dengan baik.
12 Agt 2020
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved