Emotional blackmail adalah tindakan manipulasi yang dilakukan pasangan agar keinginannya terpenuhi, termasuk dengan memberikan tekanan dan ancaman. Dalam menghadapi situasi ini, Anda harus memutuskan apakah hubungan masih bisa dilanjutkan atau memang harus diakhiri.
2023-03-28 20:24:24
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Emotional blackmail seringkali melibatkan ancaman, entah secara langsung maupun tidak langsung
Table of Content
Menuntut pasangan untuk menjadi lebih baik lagi merupakan hal yang biasa terjadi di dalam sebuah hubungan. Namun, jika tuntutan disertai dengan ancaman untuk mendapatkan apa yang diinginkan, hal tersebut tidaklah wajar.
Advertisement
Dalam hubungan, tindakan manipulasi ini dikenal dengan emotional blackmail. Tindakan yang masuk dalam bentuk kekerasan psikologis ini biasanya bertujuan untuk mengendalikan perilaku korban melalui cara-cara tidak sehat.
Dalam beberapa kasus, manipulasi yang dilakukan pelaku seringkali membuat orang-orang tidak sadar bahwa mereka sedang menjadi korban emotional blackmail. Berikut ini beberapa situasi yang dapat menjadi tandanya:
Menurut terapis Susan Forward dalam buku berjudul “Emotional Blackmail: When the People in Your Life Use Fear, Obligation, and Guilt to Manipulate You”, disebutkan cara kerja emotional blackmail terbagi ke dalam enam tahapan. Tahapan-tahapan tersebut, di antaranya:
Hal pertama yang selalu dilakukan pelaku emotional blackmail adalah tuntutan. Sebagai contoh, ketika melihat Anda sedang bermain dengan teman-teman atau sahabat, pelaku mungkin akan cemberut atau sinis waktu diajak bicara.
Saat Anda bertanya alasannya, pelaku akan menyampaikan ketidaksukaannya, misal dengan mengatakan”Aku tak suka cara mereka memandangmu. Aku pikir mereka tidak baik untukmu”. Meski terlihat peduli, cara ini sebenarnya dilakukan untuk mengontrol pertemanan Anda.
Pelaku akan berusaha sekuat mungkin supaya keinginannya terpenuhi. Sebagai contoh, saat pelaku meminta Anda untuk menjauhi orang tertentu tapi ditolak, ia kemudian akan melakukan perlawanan. Perlawanan yang dilakukan bisa dengan marah dan menjauh hingga tuntutannya terpenuhi.
Dalam tahapan ini, pelaku emotional blackmail akan menekan Anda untuk memenuhi apa yang ia inginkan. Beberapa pendekatan yang mungkin dilakukan mulai dari mengulangi tuntutannya, membuat mereka seolah-olah terlihat baik (contoh: ini demi kebaikanmu dan masa depan kita), merendahkan Anda, hingga berkata sesuatu seperti “jika kamu mencintaiku, maka lakukan yang kuminta”.
Emotional blackmail seringkali melibatkan ancaman, entah secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai contoh, Anda berniat untuk pergi keluar bersama teman-teman. Pelaku mungkin akan mengancam secara langsung dengan berkata “jika kamu tetap pergi, maka hubungan kita selesai sampai di sini”.
Sementara itu, ancaman tidak langsung bisa berupa “jika kamu tak bisa tinggal bersamaku malam ini saat aku membutuhkanmu, mungkin orang lain akan melakukannya”. Meski tidak terlihat seperti ancaman, cara tersebut dilakukan pelaku untuk memanipulasi Anda.
Saat mulai lelah dengan tekanan dan ancaman, Anda pun akan mulai menyerah dan patuh terhadap tuntutan pelaku. Begitu keinginannya dituruti, ia lalu akan tampak sangat baik dan penyayang terhadap Anda.
Ketika Anda mulai patuh, pelaku akan terus melakukan pengulangan agar tuntutannya selalu terpenuhi. Pola ini tentunya menjadi pertanda bahwa Anda sedang terjebak dalam hubungan yang tidak sehat.
Hubungan yang disertai dengan emotional blackmail tentu akan berdampak buruk terhadap psikologis korbannya. Untuk keluar dari hubungan tersebut, berikut beberapa tindakan yang bisa dilakukan:
Baca Juga
Emotional blackmail adalah tindakan manipulasi yang dilakukan pasangan agar keinginannya terpenuhi, termasuk dengan memberikan tekanan dan ancaman. Apabila berlangsung secara terus, hal tersebut dapat berdampak buruk bagi kondisi kesehatan mental korbannya.
Dalam menghadapi situasi ini, Anda harus bisa memutuskan apakah hubungan masih dapat dilanjutkan atau memang harus diakhiri. Jika ancaman yang dilakukan mengarah ke tindakan fisik, segeralah meminta bantuan pihak berwajib.
Apabila Anda memiliki pertanyaan seputar masalah kesehatan, Anda bisa bertanya langsung dengan dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ secara gratis. Unduh aplikasi SehatQ sekarang di App Store atau Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Trauma psikologis berbeda dari rasa takut. Perasaan traumatis lebih dalam dari itu dan bisa mengganggu atau bahkan melumpuhkan kegiatan sehari-hari. Karena itu, segera jalani langkah-langkah untuk meredakannya, sebelum semuanya bertambah parah.
Kekerasan dalam pacaran tidak hanya berkaitan dengan fisik, tapi juga emosional dan seksual. Sehingga terkadang cirinya sulit dikenali, bahkan oleh korbannya sendiri. Saat pacar sudah mulai obsesif berlebihan, memaksa untuk melakukan hal tertentu bahkan hingga memukul, maka Anda harus waspada.
Fugue disosiatif adalah subtipe amnesia disosiatif yang ditandai dengan hilangnya identitas diri. Penderitanya juga sering melakukan perjalanan ke tempat lain akibat hilang ingatan tersebut. Fugue disosiatif merupakan amnesia yang dipicu oleh beragam sumber stres dan trauma.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Denny Sutanto
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved