logo-sehatq
logo-kementerian-kesehatan
Forum
Kesehatan Mental

Eksibisionis Artinya Apa? Ini Penjelasannya

open-summary

Eksibisionis artinya kondisi di mana seseorang memiliki dorongan, fantasi dan tindakan untuk memperlihatkan alat kelaminnya pada orang asing tanpa persetujuan orang tersebut. Penyimpangan ini seringkali meresahkan masyarakat.


close-summary

Ditinjau secara medis oleh dr. Karlina Lestari

6 Feb 2020

Eksibisonis artinya perilaku seks menyimpang yang senang memperlihatkan kemaluannya pada orang lain

Pelaku eksibisonis senang memperlihatkan kemaluannya sendiri pada orang asing

Table of Content

  • Eksibisionis artinya apa?
  • Penyebab eksibisionis
  • Pengobatan eksibisionis

Dalam beberapa tahun terakhir, sempat mencuat di berita dan media sosial mengenai segelintir kasus eksibisionis yang meresahkan masyarakat. Para pelaku sengaja memamerkan alat vitalnya kepada korban, mulai dari tempat sepi hingga tempat umum yang relatif ada banyak orang. 

Advertisement

Akan tetapi, tidak semua orang tahu sebenarnya apa arti dari eksibisionis sehingga penyimpangan seksual ini perlu dipahami untuk mencegah potensi kasus-kasus lainnya bermunculan.

Eksibisionis artinya apa?

Eksibisionis berasal dari kata eksibisionisme, yaitu kondisi yang ditandai oleh dorongan, fantasi, dan tindakan untuk memperlihatkan alat kelamin kepada orang asing tanpa persetujuan orang tersebut. 

Pelaku eksibisionis memiliki keinginan yang kuat untuk diamati oleh orang lain ketika melakukan aktivitas seksual. Celakanya, hal ini bahkan bisa membuat mereka semakin bergairah secara seksual.

Kondisi ini termasuk ke dalam gangguan paraphilia atau penyimpangan seksual. Orang eksibisionis merasa senang untuk mengejutkan korbannya. Namun, eksibisionis umumnya hanya terbatas pada memperlihatkan alat kelamin saja. Kontak seksual secara langsung dengan korban jarang terjadi, tapi pelakunya bisa bermasturbasi sambil mengekspos dirinya sendiri dan memiliki kepuasan seksual terhadap perilakunya tersebut. 

Timbulnya eksibisionis biasanya dimulai pada masa remaja. Dilansir dari MSD Manuals, sebagian besar pelaku secara mengejutkan sebetulnya sudah menikah, namun pernikahannya seringkali bermasalah. Pelaku kerap menunjukkan alat kelamin pada anak-anak praremaja, dewasa, ataupun keduanya.

Penyebab eksibisionis

Ada beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab seseorang mengalami kelainan eksibisionis. Faktor tersebut meliputi gangguan kepribadian antisosial, penyalahgunaan alkohol, dan kecenderungan pedofilia.

Selain itu, faktor-faktor lain yang mungkin terkait, yaitu mengalami pelecehan seksual dan emosional pada masa kanak-kanak, atau kesenangan seksual di masa kecil. Sebagian pelaku juga memiliki penyimpangan seksual lainnya. Seseorang mungkin saja mengalami eksibisionis jika memenuhi kriteria berikut:

  • Memiliki fantasi, dorongan atau perilaku yang berulang untuk meningkatkan gairah seksual dengan memperlihatkan alat kelamin pada orang asing setidaknya selama 6 bulan.
  • Merasa sangat tertekan atas dorongan untuk melakukan perilaku tersebut sehingga tak dapat menjalani kehidupannnya dengan baik (termasuk dalam keluarga, lingkungan, ataupun pekerjaan).

Prevalensi eksibisionis tidak diketahui secara pasti, namun diperkirakan terjadi pada sekitar 2-4 persen populasi pria. Akan tetapi, perilaku ini dapat berkurang seiring bertambahnya usia. Sementara pada wanita, kondisi ini jarang terjadi. 

Baca Juga

  • Siapkan Dana Darurat, Cara Mengelola Keuangan Bebas Stres
  • 5 Manfaat Memaafkan untuk Usir Stres dan Sehatkan Jantung
  • Ini Ciri-ciri Orang yang Kecanduan Pornografi

Pengobatan eksibisionis

Sebagian besar orang dengan gangguan eksibisionis tidak mencari dan tidak mendapatkan perawatan hingga mereka ditangkap oleh pihak yang berwenang. Jika Anda atau orang terdekat Anda memiliki kelainan eksibisionis atau menunjukkan tanda-tandanya, maka perawatan dini sangatlah diperlukan. Perawatan umumnya melibatkan: 

  • Psikoterapi

Penelitian menunjukkan bahwa terapi perilaku kognitif efektif dalam mengobati gangguan eksibisionis. Terapi tersebut dapat membantu individu mengidentifikasi pemicu yang menyebabkan dorongan eksibisionis, dan mengelola dorongan tersebut dengan cara yang lebih sehat sehingga tidak lagi menunjukkan alat kelaminnya pada orang lain. 

Pendekatan psikoterapi lain yang mungkin dilakukan, yaitu pelatihan relaksasi, pelatihan empati, strategi coping (mengatasi dan mengendalikan situasi atau masalah), dan restrukturisasi kognitif (mengidentifikasi dan mengubah pikiran yang mengarah pada eksibisionis).

  • Obat-obatan

Selain psikoterapi, obat-obatan juga dapat digunakan untuk membantu mengobati eksibisionis. Obat-obatan tersebut bisa menghambat hormon seksual yang mengakibatkan penurunan hasrat seksual. Obat-obatan ini dapat berupa leuprolide dan medroxyprogesterone asetat.

Pelaku eksibisionis harus mendapat persetujuan dari dokter untuk penggunaan obat-obatan tersebut. Secara berkala, dokter akan melakukan tes darah untuk memantau efek obat pada fungsi hati. Selain itu, dokter juga akan melakukan tes lain untuk mengukur kadar testosteron.

Beberapa obat yang biasa digunakan untuk mengobati depresi dan gangguan suasana hati lainnya, seperti selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI), juga dapat mengurangi hasrat seksual sehingga bisa digunakan oleh dokter untuk mengobati penyimpangan seksual ini.

  • Support Group

Di samping psikoterapi dan obat-obatan, pelaku eksibisionis juga akan mendapat support group atau konseling kelompok. Konseling ini melibatkan orang-orang yang memiliki masalah yang sama, namun bisa juga melibatkan pekerja kesehatan mental. 

Kelompok ini bertujuan untuk saling mendukung agar segera lepas dari perilaku menyimpang tersebut. Konseling kelompok bisa sangat membantu para pelaku untuk segera pulih karena dapat mendorongnya untuk berhenti melakukan kebiasaan buruknya, agar dapat diterima oleh masyarakat jika hidupnya telah normal kembali. 

Oleh sebab itu, bagi Anda yang memiliki potensi atau kecenderungan layaknya eksibisionis, segeralah hubungi psikolog untuk mendapatkan bantuan yang tepat. 

Advertisement

masalah seksualgangguan mentalkesehatan mentalorientasi seksual

Ditulis oleh Dina Rahmawati

Referensi

Bagikan

Artikel Terkait

Diskusi Terkait di Forum

Advertisement

logo-sehatq
    FacebookTwitterInstagramYoutubeLinkedin

Langganan Newsletter

Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.

Perusahaan

Dukungan

Butuh Bantuan?

Jam operasional:
07:00 - 20:00 WIB

Hubungi Kami+6221-27899827

© SehatQ, 2023. All Rights Reserved