Sugar rush adalah istilah untuk menggambarkan kondisi kelebihan energi karena mengonsumsi gula terlalu banyak. Sugar rush bukanlah istilah medis dan secara ilmiah gula tidak terbukti menyebabkan hiperaktivitas pada anak.
Ditinjau secara medis oleh dr. Reni Utari
8 Sep 2023
Sugar rush sebenarnya tidak menyebabkan anak hiperaktif
Table of Content
Selain berdampak buruk bagi kesehatan, gula juga disinyalir dapat menyebabkan terjadinya sugar rush yang membuat si kecil menjadi lebih hiperaktif.
Advertisement
Inilah alasan mengapa para orangtua kerap mewanti-wanti buah hati mereka untuk tidak terlalu sering makan kue-kue manis maupun permen. Namun, benarkah demikian?
Sugar rush adalah kondisi kelebihan energi akibat mengonsumsi asupan gula terlalu banyak dalam waktu singkat. Hal ini bisa membuat anak menjadi terlalu aktif dan tidak bisa diam. Tapi perlu diingat, sugar rush bukan istilah medis, ya.
Istilah sugar rush bisa menyebabkan anak hiperaktif berawal pada tahun 1970-an. Saat itu, seorang ahli alergi bernama Benjamin Feingold, M.D. menyarankan pola makan diet Feingold untuk anak-anak pengidap ADHD (attention deficit hyperactivity disorder), disleksia, dan masalah kesulitan belajar lainnya.
Pada diet Feingold, anak tidak dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang mengandung salisilat, pewarna makanan, dan perasa buatan.
Meski Feingold tidak secara spesifik menyebutkan gula, banyak orangtua yang langsung beranggapan bahwa semua zat aditif harus dikurangi, termasuk gula dapur.
Dari situlah, banyak orangtua yang percaya bahwa membatasi konsumsi gula dapat mengurangi gejala hiperaktif pada buah hati mereka. Istilah sugar rush pun pada akhirnya semakin dikenal secara luas.
Terlalu banyak makan gula sebenarnya tidak menyebabkan anak menjadi hiperaktif. Jadi, istilah sugar rush sendiri sebenarnya kurang tepat secara medis.
Sebuah analisis dari beberapa penelitian yang diterbitkan pada tahun 1995 di Journal of the American Medical Association juga menyimpulkan kalau konsumsi gula tidak berdampak apa pun terhadap perilaku anak. Anak tidak akan menjadi hiperaktif karena makan kue-kue manis atau permen.
Pada tahun 2019, para peneliti dari Jerman dan Inggris pun mempublikasikan sebuah studi mengenai sugar rush. Hasilnya pun memperkuat klaim bahwa konsumsi gula tidak menyebabkan perilaku hiperaktif. Sebaliknya, mereka justru menemukan bahwa konsumsi gula berhubungan dengan penurunan kewaspadaan (alertness) dan rasa lelah dalam satu jam pertama setelah konsumsi.
Namun, penelitian tersebut juga memiliki keterbatasan karena para penelitinya hanya menelaah efek konsumsi gula akut pada orang dewasa yang sehat.
Hasilnya mungkin bisa berbeda pada anak-anak dan orang dewasa dengan kondisi medis tertentu.
Walaupun sejumlah penelitian telah membantah klaim bahwa gula bisa memicu anak hiperaktif, masih banyak orangtua yang percaya dengan mitos ini.
Hiperaktivitas pada anak umumnya lebih berhubungan dengan masalah lain dan bukan karena makanan. Berikut adalah beberapa faktor risiko di balik anak hiperaktif yang perlu kamu ketahui.
Konsumsi gula sudah diteliti tidak memiliki efek terhadap perilaku anak, termasuk hiperaktivitas. Meski demikian, orang tua tetap harus memperhatikan jumlah asupan gula pada anak-anak mereka.
Walaupun sugar rush adalah mitos, terlalu banyak mengonsumsi gula dikaitkan dengan risiko berbagai penyakit.
Berikut adalah berbagai bahaya mengonsumsi gula berlebihan pada anak.
Saat anak terlalu sering makan makanan manis, giginya bisa rusak. Makanan manis mudah menempel di permukaan gigi, sehingga jadi tempat ideal bakteri untuk tumbuh. Bakteri ini yang lama kelamaan akan mengikis permukaan gigi sehingga membuat gigi jadi berlubang.
Meskipun dikenal sebagai penyakit orangtua, diabetes juga bisa terjadi pada anak-anak. Anak yang gaya hidupnya tidak sehat dan sering mengonsumsi makanan manis dalam jangka panjang bisa terkena diabetes tipe 2. Makanan manis juga bisa membuat anak mengalami obesitas yang merupakan salah satu faktor risiko utama terjadinya diabetes.
Terlalu banyak mengonsumsi gula bisa membuat anak obesitas. Tumpukan gula di tubuh dapat memengaruhi kerja hormon leptin yang berfungsi untuk mengendalikan berat badan.
Normalnya, hormon leptin memberi tahu otak bahwa seseorang sudah kenyang. Namun, mengonsumsi makanan atau minuman manis berlebihan dapat menyebabkan resistensi leptin sehingga anak menjadi tidak mudah kenyang dan berat badanpun akan naik.
Mengonsumsi makanan tinggi gula dikaitkan dengan risiko penyakit jantung, sebab pola makan tinggi gula bisa menyebabkan obesitas dan peningkatan gula darah serta tekanan darah. Keduanya merupakan faktor risiko penyakit jantung.
Mengonsumsi gula berlebihan juga dikaitkan dengan risiko aterosklerosis, yaitu penumpukan plak di dalam dinding pembuluh darah.
Diet sehat dapat membantu memperbaiki suasana hati. Namun, mengonsumsi terlalu banyak gula tambahan dan makanan olahan justru dapat meningkatkan risiko depresi. Masalah ini disinyalir terjadi karena perubahan pada gula darah bisa membuat kerja neurotransmitter terganggu.
Jika kamu ingin bertanya seputar sugar rush dan hiperaktivitas, konsultasikan langsung pada dokter. Dokter akan memberikan asupan yang paling sesuai dengan kondisi anak.
Advertisement
Ditulis oleh Nenti Resna
Referensi
Artikel Terkait
Asma pada anak adalah penyakit saluran pernapasan yang ditandai dengan sering batuk, suara mengi, dan sesak napas. Kondisi ini dapat disebabkan oleh faktor lingkungan dan genetik.
24 Des 2021
Sepsis neonatorum adalah infeksi darah pada bayi baru lahir yang dapat menyebabkan kerusakan berbagai organ vital. Meski demikian, kondisi ini bisa dicegah sejak bayi masih dalam kandungan.
7 Sep 2021
Saat mengalami kejang demam, anak akan menjadi kaku, mengejang, dan matanya terbelalak. Anak juga akan mengalami gangguan pernapasan. Kondisi ini dapat terjadi pada anak berusia 6 bulan-5 tahun, meski paling sering pada anak berusia 12-18 bulan.
7 Mei 2019
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved