Stres saat hamil terkadang merupakan hal yang normal terjadi. Namun, apabila terjadi secara berlebihan maka bisa memberi efek yang buruk pada kehamilan. Lantas, bagaimana mengatasinya?
2023-03-29 23:01:06
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Stres saat hamil bisa menyebabkan ibu sakit kepala dan kelelahan
Table of Content
Selain kesehatan fisik, kesehatan mental juga perlu diperhatikan oleh ibu hamil. Bumil harus tetap berpikiran positif dan menghindari stres agar kehamilan berjalan dengan sehat. Sebab, stres saat hamil dapat memberi efek yang buruk pada janin yang tengah dikandung dan tubuh ibu hamil itu sendiri.
Advertisement
Kondisi ini umumnya terjadi pada kehamilan di trimester pertama. Meski terkadang stres saat hamil merupakan hal yang normal, kondisi tersebut juga bisa meningkatkan risiko komplikasi kehamilan tertentu bila terjadi secara berlebihan. Hormon kehamilan yang memengaruhi suasana hati dipercaya memicu terjadinya stres pada ibu hamil.
Stres pada ibu hamil bisa disebabkan oleh satu atau beberapa faktor. Beberapa penyebab umum stres saat hamil, di antaranya:
Jika Anda mengalami lebih dari satu hal di atas terjadi secara bersamaan, maka Anda berpotensi mengalami stres parah.
Ketika mengalami stres, beberapa perubahan akan terjadi pada ibu, seperti detak jantung berdetak cepat, sakit kepala, perut tidak nyaman, menggeretakkan gigi, sulit berkonsentrasi, kelelahan yang berlebihan, sulit tidur, hilang selera makan atau makan berlebihan, suka menyendiri atau takut menyendiri, hingga merasa khawatir, frustrasi, marah, atau sedih.
Selain itu, stres pada ibu hamil juga meningkatkan risiko terjadinya kondisi seperti berikut:
Sebuah tinjauan studi pada tahun 2017 menghubungkan stres prenatal dengan meningkatnya risiko keguguran. Para peneliti menemukan bahwa ibu hamil yang mengalami peristiwa buruk atau terkena stres psikologis dua kali lebih mungkin mengalami keguguran dini. Hal ini diduga terjadi karena tubuh memproduksi hormon kortisol selama stres mungkin saja turut masuk ke plasenta.
Tak hanya itu, stres di tempat kerja juga bisa memicu keguguran. Jadi, penting untuk membuat penyesuaian kerja saat hamil, terutama jika Anda bekerja shift malam atau mengharuskan untuk bepergian.
Stres bisa saja memicu kenaikan tekanan darah pada ibu hamil. Tingginya tekanan darah saat hamil ini bisa memicu terjadinya preeklamsia pada ibu hamil. Kondisi ini harus segera ditangani karena jika tidak, preeklampsia dapat memicu terjadinya eklampsia dan komplikasi kehamilan berbahaya lainnya.
Stres saat hamil bisa memicu ibu hamil lebih ingin makan makanan manis sebagai ajang pelampiasan stres yang terjadi padanya. Saat hamil, kebiasaan konsumsi makanan manis dapat menyebabkan kelebihan berat badan dan meningkatkan risiko mengalami diabetes gestasional bila dilakukan terus-menerus.
Ibu hamil stres dan menangis terus-menerus juga bisa meningkatkan terjadinya risiko infeksi dalam rahim (korioamnionitis). Kondisi ini merupakan efek samping dari komplikasi ketuban pecah dini pada ibu hamil.
Tak hanya bisa memengaruhi Anda, janin pun dapat ikut terpengaruh. Berikut efek stres yang terkait dengan risiko pada kehamilan:
Sebuah studi kecil menghubungkan stres dengan kelahiran prematur (persalinan sebelum 37 minggu kehamilan). Studi tersebut menemukan bahwa stres dapat meningkatkan risiko ibu melahirkan bayi prematur yang mungkin juga memiliki berat lahir rendah.
Bayi prematur cenderung mengalami keterlambatan perkembangan dan gangguan belajar. Ketika dewasa, ia juga lebih mungkin memiliki masalah kesehatan kronis, seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan diabetes.
Wanita yang mengalami stres selama mengandung lebih mungkin melahirkan bayi dengan gangguan tidur pasca lahir. Pasalnya, tingginya kadar kortisol atau hormon stres selama kehamilan mungkin saja masuk ke plasenta yang selanjutnya memengaruhi bagian otak yang mengatur pola tidur bayi.
Meningkatnya hormon kortisol pada ibu ternyata juga berdampak pada bayi setelah dilahirkan, yang menyebabkan bayi akan cenderung lebih rewel, mudah marah dan sulit tidur.
Selain itu, sebuah jurnal menyatakan bahwa stres yang terjadi saat hamil memiliki resiko tinggi anak mengalami autis, hal ini disebabkan oleh karena terjadi perubahan gen ketika seorang ibu mengalami stres.
Stres saat hamil juga bisa memengaruhi pertumbuhan janin dan lamanya kehamilan. Bahkan dalam beberapa kasus, efek stres pada ibu hamil bisa muncul bertahun-tahun kemudian setelah bayi dilahirkan.
Sebuah studi pada tahun 2012 menunjukkan bahwa anak-anak lebih mungkin mengalami gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD) akibat stres prenatal.
Emosi dan stres berkepanjangan saat hamil bisa membuat bayi lebih berisiko terserang penyakit, termasuk jantung, tekanan darah tinggi, obesitas dan diabetes saat sudah beranjak dewasa.
Selain itu, kondisi ini juga dapat menyebabkan pembuluh darah di dalam tubuh bayi menyempit dan aliran darahnya tidak lancar sehingga membuatnya kekurangan oksigen. Kurangnya pasokan oksigen ini membuat tumbuh kembangnya terganggu.
Baca Juga
Agar terhindar dari masalah kehamilan, Anda harus belajar mengendalikan stres dengan baik. Ikuti cara mengatasi stres berikut ini:
Anda dapat berbicara dengan pasangan, orangtua, sahabat, dokter, terapis, atau ibu hamil lainnya mengenai kekhawatiran atau ketakutan yang Anda rasakan.
Hal ini dapat membantu Anda merasa didengar dan merasa lebih baik, bahkan mungkin mendapat solusi atas permasalahan tersebut.
Anda dapat melakukan prenatal yoga atau meditasi agar terbebas dari stres. Tarik napas dalam-dalam, dan pada setiap embusan napas buat pikiran menjadi lebih tenang.
Bayangkan kehidupan menyenangkan bersama Si Kecil nanti. Ulangi latihan relaksasi ini beberapa kali.
Tidur yang cukup dapat membantu Anda merasa lebih baik dan berenergi kembali. Lain halnya dengan waktu tidur yang sedikit, justru bisa memperparah stres yang Anda alami.
Jadi, cobalah mandi air hangat, minum teh chamomile, atau mendengarkan musik yang menenangkan sebelum tidur untuk mendorong rasa kantuk agar tidur lebih nyenyak.
Olahraga merupakan salah satu metode penghilang stres terbaik karena dapat meningkatkan hormon endorfin yang membuat Anda merasa nyaman dan menurunkan tingkat stres.
Bumil bisa mencoba berenang atau berjalan-jalan sekitar 30 menit per hari. Namun, pastikan kondisi Anda aman-aman saja untuk melakukannya.
Konsumsi makanan bergizi seimbang dan minum air putih dengan cukup supaya tubuh tetap berenergi dan tingkat stres menurun.
Pastikan Anda memenuhi kebutuhan nutrisi bagi tubuh maupun janin, tetapi jangan pula makan secara berlebihan karena bisa meningkatkan risiko obesitas.
Selain beberapa hal di atas, Anda juga bisa berkumpul bersama keluarga atau sahabat, menonton film komedi, dan menekuni hobi, seperti menjahit, memasak, atau melukis untuk mengendalikan stres saat hamil.
Jika Anda ingin berkonsultasi langsung pada dokter, Anda bisa chat dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ.
Download aplikasinya sekarang di Google Play dan Apple Store.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Cara mengatasi overthinking bisa dimulai dengan menyibukkan diri atau mulai membantu orang lain untuk berikan kepuasan batin.
Jantung berdebar-debar pada saat kehamilan merupakan hal normal. Hal ini disebabkan oleh peningkatan volume aliran darah seiring dengan pertumbuhan janin. Namun, jantung berdebar saat kehamilan dapat menjadi ciri kondisi tertentu.
Jamu yang dilarang untuk ibu hamil sebagian besar memicu kontraksi. Beberapa jamu yang tidak boleh untuk ibu hamil di antaranya adalah kunyit asam dan ginseng.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved