Efek samping antibiotik terbagi menjadi dua, ada yang umum maupun jarang terjadi. Keduanya tidak boleh disepelekan agar kesehatan kita tetap terjaga.
Ditinjau secara medis oleh dr. Reni Utari
21 Sep 2020
Efek samping antibiotik tak boleh disepelekan, karena ada yang bisa membahayakan kesehatan.
Table of Content
Efek samping antibiotik cukup beragam, mulai dari munculnya kondisi yang tergolong ringan hingga berbahaya. Efek samping ini sebaiknya perlu dipahami supaya Anda dapat membedakan mana kondisi yang perlu mendapatkan penanganan atau tidak.
Advertisement
Antibiotik adalah golongan obat yang diresepkan dokter untuk mengatasi infeksi bakteri. Obat ini bekerja dengan cara membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri di dalam tubuh.
Sayangnya, ada beberapa efek samping yang mungkin terjadi akibat kinerja obat-obatan antibiotik di dalam tubuh kita. Apa saja efek samping antibiotik itu?
Sebagian besar efek samping antibiotik memang tidak serius. Meski begitu, ada pula beberapa efek samping yang lebih parah, misalnya anafilaksis. Itulah sebabnya penting bagi kita untuk mengetahui efek samping antibiotik agar tahu cara menghindarinya.
Masalah pada pencernaan, seperti mual, muntah, diare dan perut kembung, adalah efek samping antibiotik yang umum terjadi.
Obat-obatan antibiotik makrolida seperti sefalosporin, penisilin, dan fluoroquinolon merupakan jenis antibiotik yang paling sering menyebabkan efek samping pada pencernaan.
Tanyalah dokter apakah Anda harus mengonsumsi makanan terlebih dahulu sebelum meminum obat-obatan antibiotik. Sebab, efek samping antibiotik yang satu ini biasanya dapat diredam dengan mengonsumsi makanan sebelum meminumnya.
Sensitif terhadap cahaya atau photosensitivity adalah efek samping antibiotik yang juga umum terjadi. Kondisi ini dapat membuat cahaya terlihat lebih terang di mata Anda. Selain itu, photosensitivity juga dapat menyebabkan kulit lebih mudah terbakar.
Umumnya, obat antibiotik yang menyebabkan Anda lebih sensitif terhadap cahaya adalah tetrasiklin. Cobalah gunakan tabir surya yang mengandung UVA atau UVB, serta memakai pakaian lengan panjang dan kacamata hitam saat keluar rumah di siang hari.
Demam merupakan efek samping antibiotik yang biasanya disebabkan oleh reaksi alergi. Umumnya, obat-obatan antibiotic, seperti beta-laktam, cephalexin, minocycline, dan sulfonamida, yang menyebabkannya.
Efek samping antibiotik ini biasanya akan hilang dengan sendirinya. Namun, jika demam tidak kunjung mereda setelah 1-2 hari, tanyalah dokter apakah Anda boleh mengonsumsi acetaminophen atau ibuprofen untuk mengatasi demamnya.
Jika demam sudah mencapai 40 derajat Celcius, atau ditemani dengan gejala ruam kulit dan sesak napas, segeralah datang ke dokter.
Di saat obat antibiotik membunuh bakteri, infeksi jamur dapat terjadi. Sebab, obat-obatan antibiotik dapat membunuh bakteri baik yang memiliki tugas mencegah infeksi jamur dari tubuh.
Hasilnya, infeksi jamur di vagina, mulut, hingga tenggorokan dapat muncul. Jika hal ini terjadi, segera datang ke dokter dan berkonsultasilah. Biasanya, Anda akan diberikan obat antijamur untuk mengatasinya.
Beberapa jenis antibiotik, seperti tetrasiklin dan doksisiklin, dapat menyebabkan munculnya noda gigi permanen, terutama pada anak-anak (di bawah usia 8 tahun) yang giginya masih dalam masa pertumbuhan.
Begitu juga dengan wanita hamil, efek samping antibiotik ini dapat terjadi pada gigi bayi nantinya. Itulah mengapa orangtua dan ibu hamil diwajibkan untuk berkonsultasi dulu pada dokter sebelum mengonsumsi obat-obatan antibiotik, terutama tetrasiklin dan doksisiklin.
Reaksi alergi dapat disebabkan banyak obat-obatan, termasuk antibiotik. Beberapa reaksi alergi memang bersifat ringan, namun sebagian reaksi alergi dapat menyebabkan gejala yang lebih parah, misalnya sesak napas atau bahkan anafilaksis.
Jika memang Anda memiliki alergi terhadap antibiotik, biasanya gejala-gejala akan muncul tepat setelah Anda meminumnya. Segera berkonsultasi ke dokter untuk meminta bantuan medis.
Ingatlah, reaksi alergi merupakan efek samping antibiotik yang serius. Jangan pernah menyepelekannya.
Para penderita penyakit ginjal, ada baiknya lebih berhati-hati dalam mengonsumsi obat antibiotik karena dianggap dapat merusak ginjal.
Terutama pada orang lanjut usia yang fungsi ginjalnya sudah tidak optimal. Biasanya, dokter akan memberikan obat antibiotik dengan dosis yang lebih rendah untuk menghindari efek samping.
Gagal ginjal adalah efek samping antibiotik yang serius. Berdiskusilah terlebih dahulu pada dokter jika Anda memiliki penyakit ginjal sebelum mengonsumsi antibiotik.
Beberapa obat antibiotik, seperti beta-laktam dan sulfametoksazol, dapat menyebabkan perubahan pada darah. Salah satunya adalah leukopenia yang menurunkan kadar sel darah putih di dalam tubuh sehingga infeksi lebih mudah menyerang.
Selain itu, trombositopenia (kondisi menurunnya trombosit atau keeping darah), juga dapat terjadi. Hal ini dapat menyebabkan perdarahan, memar dan lambatnya proses pembekuan darah.
Bagi Anda yang memiliki sistem imun lemah, berkonsultasilah dulu pada dokter sebelum mengonsumsi obat-obatan antibiotik.
Dalam kasus yang jarang terjadi, obat antibiotik juga dapat menyebabkan masalah jantung, seperti detak jantung tak beraturan hingga tekanan darah rendah.
Kondisi ini biasanya disebabkan oleh jenis obat-obatan antibiotik eritromisin, ciprofloxacin, hingga terbinafine. Jika Anda mengidap penyakit jantung, beri tahu kondisi tersebut pada dokter supaya Anda dapat diresepkan obat antibiotik yang tepat.
Kejang adalah efek samping antibiotik yang jarang terjadi, tetapi bukan berati Anda boleh menyepelekannya.
Efek samping antibiotik ini biasanya disebabkan oleh jenis antibiotik ciprofloxacin, imipenem, cefixime, hingga cephaxelin. Jika Anda mengidap epilepsi atau pernah mengalami kejang sebelumnya, berkonsultasilah pada dokter sebelum mengonsumsi obat antibiotik.
Tendonitis adalah peradangan pada tendon. Tendon adalah jaringan ikat yang menghubungkan otot ke tulang. Masalah ini juga bisa disebabkan oleh obat antibiotik seperti ciprofloxacin.
Beberapa orang memiliki risiko tendonitis yang lebih tinggi, di antaranya:
Bagi Anda yang tergolong dalam kriteria di atas, berkonsultasilah pada dokter agar terhindar dari efek samping antibiotik.
Baca Juga
Berkonsultasilah dulu pada dokter sebelum mengonsumsi obat-obatan apa pun, termasuk antibiotik. Sebab, dokter akan memberi tahu Anda dosis dan cara mengonsumsinya dengan tepat agar tidak terjadi efek samping.
Beberapa efek samping antibiotik di atas tentunya tidak dapat diremehkan. Beragam kondisi tersebut menjadi pengingat bahwa kita harus tetap waspada dan selalu berkonsultasi pada dokter sebelum mengonsumsi obat apa pun.
Advertisement
Ditulis oleh Fadli Adzani
Referensi
Artikel Terkait
Tidak sengaja tergigit adalah penyebab sariawan paling umum, selain masalah kesehatan tertentu. Cara cepat menyembuhkannya bisa dengan obat oles.
27 Jul 2022
Bercak putih pada wajah bayi seperti panu adalah tanda pityriasis alba. Risiko si Kecil bisa meningkat jika memiliki eksim. Namun tenang, mengoleskan obat berupa salep bisa menjadi cara mengatasi bercak putih ini.
11 Agt 2023
Camilan untuk penderita diabetes sebaiknya yang mengandung tinggi protein dan serat, seperti telur rebus, yogurt, kacang almond, alpukat, dan oatmeal.
5 Apr 2023
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved