Hubungan seksual pranikah selalu ada pro dan kontra. Namun menariknya hubungan seksual pranikah bukan pula jaminan terwujudnya rumah tangga yang stabil dan berkualitas.
20 Okt 2020
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Hubungan seksual pranikah dapat memengaruhi keharmonisan keluarga setelah menikah
Table of Content
Persepsi setiap orang terkait hubungan seksual pranikah berbeda-beda. Ada yang pro, ada pula yang kontra. Terlepas dari itu, menariknya hubungan seksual pranikah bukan pula jaminan terwujudnya rumah tangga yang stabil dan berkualitas.
Advertisement
Fakta ini didukung beberapa penelitian oleh National Survey of Family Growth yang dilakukan dalam jangka waktu cukup panjang, mulai dari tahun 2002 hingga 2013. Terlebih bagi seseorang yang melakukan hubungan seksual pranikah dengan lebih dari satu pasangan, kecenderungan mengalami perceraian pun kian tinggi.
National Survey of Family Growth (NSFG) milik Centers for Disease Control and Prevention (CDC) secara berkala mengumpulkan informasi tentang pernikahan, perceraian, fertilitas, kehamilan, dan kehidupan rumah tangga secara umum.
Dalam survei yang dilakukan dalam 3 periode yaitu 2002, 2006-2010, dan 2011-2013, mereka meneliti korelasi antara perceraian dengan berapa jumlah pasangan seksual pranikah yang dimiliki seorang perempuan. Hasilnya:
Jika hasil di atas hanya menunjukkan fakta dari partisipan perempuan, analisis data dari Relationship Development Study mencakup konteks yang lebih luas. Dalam studinya, dianalisis lebih dari 1.000 warga Amerika Serikat berusia 18-34 tahun yang belum menikah namun memiliki pasangan di tahun 2007-2008.
Studi dilakukan dalam periode 5 tahun dengan 11 gelombang pengumpulan data. Dari seluruh partisipan, 418 di antara mereka menikah. Hasil dari studi selama setengah dekade itu menunjukkan:
Beberapa faktor yang turut berperan dalam kaitan antara hubungan seksual pranikah terhadap pernikahan adalah:
Para peneliti yang terlibat dalam studi di atas berspekulasi bahwa memiliki lebih dari satu pasangan atau pengalaman berpacaran lebih dari satu kali memberikan pengalaman yang cukup bagi seseorang. Artinya, kemampuan untuk mengatasi emosi saat berpisah juga kian terasah.
Pengalaman memiliki hubungan asmara dengan lebih dari satu orang juga memberikan komparasi antara satu orang dan lainnya. Ini bisa berdampak baik positif maupun negatif, bergantung pada tiap individu.
Tak hanya hubungan asmara, hal yang terkait dengan hubungan seksual pranikah juga memegang peran yang cukup signifikan. Perempuan dan laki-laki yang telah memiliki pasangan seksual pranikah berbeda dari orang yang dinikahinya mengaku tidak terlalu puas dengan pernikahannya.
Ini berbeda dibandingkan dengan pasangan yang menjalani hubungan seksual pranikah kemudian berlanjut hingga ke jenjang pernikahan. Tingkat kepuasan lebih tinggi pada hubungan yang langgeng ini.
Lebih jauh lagi, kepuasan pernikahan lebih tinggi pada perempuan dengan pasangan seksual pranikah sedikit. Tentunya, tingkat kepuasan pernikahan menjadi turun drastis pada perempuan yang memiliki banyak pasangan seksual pranikah.
Orang dengan pengalaman seksual minimal mencatatkan tingkat perceraian paling rendah dibandingkan dengan yang memiliki pengalaman seksual pranikah. Tentunya, pertimbangan utama dari tidak melakukan hubungan seksual pranikah dalam penelitian di atas adalah faktor keyakinan atau agama.
Dalam periode tahun 1980 hingga 2000, angka perceraian pasangan yang tidak melakukan hubungan seksual pranikah menurun drastis. Di sisi lain, partisipan yang kurang religius – dalam hal ini diukur dari frekuensi kedatangan ke gereja – dan melakukan hubungan seksual pranikah dengan lebih dari satu orang lebih besar kemungkinan mengalami perceraian.
Melakukan hubungan seksual pranikah akan menghadapi satu konsekuensi nyata yaitu kehamilan tanpa pernikahan. Masih dari penelitian di atas, perempuan yang hamil sejak sebelum menikah mengakui kepuasan atas pernikahannya lebih rendah.
Menikah dengan sudah memiliki anak memberikan dampak negatif terhadap kebahagiaan rumah tangga. Lebih jauh lagi, perempuan yang menikah dengan sudah memiliki anak dari hubungan lain juga memiliki kualitas pernikahan lebih rendah.
Memang benar bahwa hubungan seksual pranikah memberikan keintiman bagi pasangan yang melakukannya. Namun, momennya tidak tepat. Justru, ada dampak buruk yang bisa terjadi baik secara emosional maupun psikologis. Mulai dari depresi hingga terkena infeksi menular seksual.
Tentu hasil dari beberapa penelitian di atas tidak dapat digeneralisasi. Ada faktor-faktor yang juga berperan seperti pengalaman di masa kecil, kondisi sosial ekonomi, agama, dan banyak lagi.
Baca Juga
Terlepas dari perspektif religius tentang hubungan seksual pranikah, seks harus dilakukan dengan bertanggung jawab. Mulai dari menggunakan alat kontrasepsi, tidak berganti pasangan, dan semua upaya untuk mencegah konsekuensi negatif dari hubungan seksual pranikah.
Jika Anda ingin tahu lebih banyak tentang risiko melakukan hubungan seksual pranikah, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Cara memulai percakapan adalah memerhatikan lawan bicara dan temukan topik umum untuk bisa dikembangkan nantinya.
Relationship goals bukan tercermin pada rentetan foto mesra di media sosial atau hal-hal yang berkaitan dengan kemewahan. Relationship goals adalah ketika suatu hubungan yang dijalani oleh dua pihak menjadi stabil dan saling memenuhi kebutuhan satu sama lain. Seperti apa tanda-tandanya?
Cara menghilangkan bekas cupang di leher mungkin dibutuhkan bagi beberapa orang yang kerap asyik berciuman sampai meninggalkan bekas di area tubuh. Cara cepat menghilangkannya bisa dilakukan dengan bahan-bahan alami.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved