Disorganisasi keluarga adalah situasi yang bisa menyebabkan perceraian, perpisahan orang tua dan anak, hingga kekerasan fisik. Penyebabnya beragam, mulai dari kecanduan zat terlarang, kekerasan fisik, eksploitasi anak, hingga masalah finansial.
2023-03-22 08:06:10
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Pertengkaran orang tua bisa mempengaruhi kondisi mental anak
Table of Content
Tidak banyak orang yang mengetahui apa itu disorganisasi keluarga. Pengertian disorganisasi keluarga adalah kondisi dalam keluarga yang tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya.
Advertisement
Biasanya, fungsi keluarga gagal tercapai atau keluarga terpecah karena beragam hal. Mulai dari ketegangan dan konflik antara suami dengan istri, hingga orang tua dengan anak.
Dampak ketidakharmonisan dalam rumah tangga tersebut kemudian akan mempengaruhi perkembangan anak dan akan terbawa hingga ia dewasa. Simak berbagai informasi seputar disorganisasi keluarga yang perlu Anda ketahui.
Disorganisasi keluarga bisa diartikan sebagai sebuah keluarga yang memiliki banyak konflik internal, seperti persaingan antarsaudara kandung, kekerasan dalam rumah tangga, konflik antara anak dan orangtua, gangguan mental, orangtua tunggal (single parent), kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), masalah penyalahgunaan zat terlarang (alkohol atau narkoba), hingga perselingkuhan yang mempengaruhi kebutuhan dasar dari sebuah keluarga.
Berbagai konflik internal tersebut memiliki dampak negatif dan mengganggu kebutuhan dasar dari sebuah unit keluarga.
Beberapa jenis pola hubungan yang umumnya dapat menyebabkan disorganisasi keluarga adalah:
Adiksi bisa berupa kecanduan minuman keras, obat terlarang, belanja, judi, bahkan gila kerja. Bila terus berlangsung di depan anak, kondisi-kondisi ini akan sangat mempengaruhi mereka.
Kekerasan fisik juga dapat menjadi penyebab disorganisasi keluarga. Tidak jarang salah satu atau kedua orang tua menggunakan ancaman atau melakukan tindak kekerasan fisik sebagai cara mengontrol anggota keluarga, terutama anak.
Anak-anak yang pernah menyaksikan atau mengalami kekerasan dalam rumah tangga akan hidup dalam ketakutan. Kondisi ini tentu akan berpengaruh pada perkembangan mental mereka.
Tanpa sadar, orang tua bisa saja mengeksploitasi anak-anaknya dengan memperlakukan mereka seperti barang miliknya. Kebiasaan ini menuntut agar anak merespons pada kebutuhan fisik atau emosional orang tuanya.
Padahal, orang tualah yang seharusnya mencukupi kebutuhan fisik atau emosional anaknya. Bukan sebaliknya.
Disorganisasi keluarga dapat terjadi ketika salah satu atau kedua orang tua tidak mampu mencukupi kebutuhan pokok, finansial, maupun emosional dari keluarganya.
Salah satu atau kedua orang tua menerapkan pola asuh yang sangat otoriter terhadap anak. Orang tua seperti ini sering memegang teguh norma-norma tertentu, misalnya norma agama dan budaya.
Mereka akan menuntut anak-anaknya untuk senantiasa tunduk pada norma-norma tersebut tanpa pengecualian. Kondisi ini bisa memicu pemberontakan dari anak hingga berujung menjadi penyebab disorganisasi keluarga.
Sifat perfeksionis dianggap bisa menjadi penyebab disorganisasi keluarga. Sebab, orang tua yang memiliki sifat ini kerap memberikan tekanan ekstra terhadap pasangan atau anaknya untuk melakukan hal-hal yang sulit digapai.
Perfeksionisme dianggap tidak realistis dan bisa berdampak buruk pada keluarga. Anak-anak yang diasuh oleh orangtua perfeksionis bisa kehilangan semangat, mengalami penurunan rasa percaya diri, hingga merasa kesulitan belajar.
Penyebab disorganisasi keluarga yang perlu diatasi segera adalah komunikasi yang buruk antaranggota keluarga.
Perlu diketahui, jika ada masalah di dalam keluarga, komunikasi yang terbuka dan jujur bisa menjadi solusinya. Disorganisasi keluarga menyebabkan anggota keluarga tidak bisa atau bahkan tidak mau mendengar apa yang dikatakan oleh anggota lainnya.
Dalam beberapa kasus, anggota keluarga bahkan bisa menghindari komunikasi langsung dengan anggota lainnya yang menjadi sumber masalah.
Ada banyak contoh disorganisasi keluarga yang bisa kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah contoh sekaligus ciri-ciri disorganisasi keluarga yang dapat ditemukan di sekitar kita.
Baca Juga
Secara sistematis, pola-pola hubungan yang menyebabkan disorganisasi keluarga akan menimbulkan kekerasan atau pengabaian anak. Berikut adalah berbagai dampak disorganisasi keluarga bagi kehidupan anak.
Dampak disorganisasi keluarga salah satunya anak bisa dipaksa untuk memihak pada ayah atau ibu saat terjadi konflik di antara orang tuanya
Reality shifting adalah kondisi ketika apa yang dikatakan atau dipercaya bertentangan dengan kenyataan. Misalnya saat orang tua yang menyangkal kasus kekerasan dalam keluarga yang disaksikan oleh anak dengan menyatakan keluarganya baik-baik saja.
Orang tua yang bersikap tidak peduli dan tidak mau tahu urusan anaknya akan membuat ia merasa diabaikan, tidak dianggap, dan selalu dikritik. Orang tua juga tidak mempertimbangkan perasaan serta pemikiran mereka.
Orang tua bisa saja terlalu protektif atau memiliki ikut campur yang berlebihan sampai mengganggu keleluasaan anak. Misalnya, hanya bisa memerintah tanpa memberikan alasan atau bimbingan yang memadai.
Pada orang tua yang gemar membanding-bandingkan anak dengan saudara-saudara kandungnya sendiri, anak akan merasa seolah-olah ditolak atau mengalami pilih kasih. Pola asuh seperti ini bisa membuat anak saling bersaing seumur hidup tanpa penyelesaian.
Anak bisa mengalami kekerasan fisik oleh orang tua, seperti ditampar, dipukuli, atau diusir dari rumah. Kondisi ini bisa membuat sang anak balas dendam dengan mempraktikkannya di luar rumah, misalnya melakukan bullying di sekolah.
Pengabaian dan kekerasan yang dialami oleh anak-anak akan menghalangi tumbuhnya kepercayaan diri dan perasaan berharga. Anak juga cenderung sulit mempercayai orang lain dan tidak memiliki keyakinan pada dunianya.
Ketika dewasa nanti, anak-anak tersebut berpotensi memiliki masalah sikap dan perilaku, tidak mampu membuat keputusan yang baik, dan merasa tidak berharga. Masalah ini tentu akan menghambat pencapaian akademis, pekerjaan, dan relasinya dengan orang lain.
Dampak disorganisasi keluarga pada anak yang bisa terbawa hingga dewasa adalah gemar mengkritik diri sendiri.
Anak yang dibesarkan di dalam keluarga yang mengalami disorganisasi dapat bersikap keras terhadap dirinya sendiri. Ia bisa mengkritik dirinya terus-menerus. Jika ada sebuah kesalahan, anak dapat merasa bahwa itu adalah kesalahan dirinya.
Sebelum mengatasi disorganisasi keluarga, Anda sebagai orang tua harus menyadari masalahnya terlebih dulu. Secara umum, berikut adalah cara mengatasi disorganisasi keluarga yang bisa Anda lakukan.
Menjaga keharmonisan keluarga mungkin memang sulit. Menerapkan perubahan-perubahan tertentu perlu waktu dan komitmen yang besar. Anda perlu percaya bahwa dampak positif akan terjadi secara perlahan-lahan, tapi pasti.
Apabila disorganisasi keluarga terasa sudah tidak terbendung dan Anda maupun pasangan kewalahan dalam mengatasinya, mintalah bantuan dari tenaga profesional lewat psikolog.
Jika Anda memiliki pertanyaan seputar kesehatan keluarga, jangan ragu untuk bertanya dengan dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ secara gratis. Unduh di App Store atau Google Play sekarang juga.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Pasta gigi anak berbahan organik dipercaya aman jika ditelan. Tidak hanya itu, pasta gigi organik juga menawarkan manfaat lain, mulai dari tidak mengandung pewarna buatan hingga tidak merusak gusi.
Toilet training adalah tahap di mana anak belajar untuk buang air besar dan kecil di toilet tanpa menggunakan popok. Bagaimana cara melatih si kecil untuk melakukannya?
Bahasa reseptif adalah bagaimana anak memahami bahasa, sedangkan bahasa ekspresif adalah bagaimana anak menggunakan kata-kata untuk mengekspresikan dirinya. Gangguan pada kedua bahasa ini dapat membuat anak kesulitan dalam berkomunikasi dan memahami bahasa.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Sarah Fajriah
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved