logo-sehatq
logo-kementerian-kesehatan
SehatQ for Corporate
TokoObatArtikelTindakan MedisDokterRumah SakitPenyakitChat DokterPromo
Parenting

Disorganisasi Keluarga dan Dampaknya Terhadap Anak

open-summary

Disorganisasi keluarga adalah situasi yang bisa menyebabkan perceraian, perpisahan orang tua dan anak, hingga kekerasan fisik. Penyebabnya beragam, mulai dari kecanduan zat terlarang, kekerasan fisik, eksploitasi anak, hingga masalah finansial.


close-summary

2023-03-22 08:06:10

| Armita Rahardini

Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari

Pertengkaran orang tua yang terus-menerus bisa memicu disorganisasi keluarga

Pertengkaran orang tua bisa mempengaruhi kondisi mental anak

Table of Content

  • Apa itu disorganisasi keluarga?
  • Penyebab disorganisasi keluarga
  • Contoh disorganisasi keluarga
  • Dampak disorganisasi keluarga terhadap anak
  • Cara mengatasi disorganisasi keluarga

Tidak banyak orang yang mengetahui apa itu disorganisasi keluarga. Pengertian disorganisasi keluarga adalah kondisi dalam keluarga yang tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya.

Advertisement

Biasanya, fungsi keluarga gagal tercapai atau keluarga terpecah karena beragam hal. Mulai dari ketegangan dan konflik antara suami dengan istri, hingga orang tua dengan anak.

Dampak ketidakharmonisan dalam rumah tangga tersebut kemudian akan mempengaruhi perkembangan anak dan akan terbawa hingga ia dewasa. Simak berbagai informasi seputar disorganisasi keluarga yang perlu Anda ketahui.

Apa itu disorganisasi keluarga?

Disorganisasi keluarga bisa diartikan sebagai sebuah keluarga yang memiliki banyak konflik internal, seperti persaingan antarsaudara kandung, kekerasan dalam rumah tangga, konflik antara anak dan orangtua, gangguan mental, orangtua tunggal (single parent), kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), masalah penyalahgunaan zat terlarang (alkohol atau narkoba), hingga perselingkuhan yang mempengaruhi kebutuhan dasar dari sebuah keluarga.

Berbagai konflik internal tersebut memiliki dampak negatif dan mengganggu kebutuhan dasar dari sebuah unit keluarga.

Penyebab disorganisasi keluarga

Beberapa jenis pola hubungan yang umumnya dapat menyebabkan disorganisasi keluarga adalah:

  • Orang tua yang mengalami masalah kecanduan

Adiksi bisa berupa kecanduan minuman keras, obat terlarang, belanja, judi, bahkan gila kerja. Bila terus berlangsung di depan anak, kondisi-kondisi ini akan sangat mempengaruhi mereka.

  • Kekerasan fisik

Kekerasan fisik juga dapat menjadi penyebab disorganisasi keluarga. Tidak jarang salah satu atau kedua orang tua menggunakan ancaman atau melakukan tindak kekerasan fisik sebagai cara mengontrol anggota keluarga, terutama anak.

Anak-anak yang pernah menyaksikan atau mengalami kekerasan dalam rumah tangga akan hidup dalam ketakutan. Kondisi ini tentu akan berpengaruh pada perkembangan mental mereka.

  • Eksploitasi anak

Tanpa sadar, orang tua bisa saja mengeksploitasi anak-anaknya dengan memperlakukan mereka seperti barang miliknya. Kebiasaan ini menuntut agar anak merespons pada kebutuhan fisik atau emosional orang tuanya.

Padahal, orang tualah yang seharusnya mencukupi kebutuhan fisik atau emosional anaknya. Bukan sebaliknya.

  • Masalah finansial

Disorganisasi keluarga dapat terjadi ketika salah satu atau kedua orang tua tidak mampu mencukupi kebutuhan pokok, finansial, maupun emosional dari keluarganya.

  • Pola asuh otoriter

Salah satu atau kedua orang tua menerapkan pola asuh yang sangat otoriter terhadap anak. Orang tua seperti ini sering memegang teguh norma-norma tertentu, misalnya norma agama dan budaya.

Mereka akan menuntut anak-anaknya untuk senantiasa tunduk pada norma-norma tersebut tanpa pengecualian. Kondisi ini bisa memicu pemberontakan dari anak hingga berujung menjadi penyebab disorganisasi keluarga.

  • Sifat perfeksionis

Sifat perfeksionis dianggap bisa menjadi penyebab disorganisasi keluarga. Sebab, orang tua yang memiliki sifat ini kerap memberikan tekanan ekstra terhadap pasangan atau anaknya untuk melakukan hal-hal yang sulit digapai.

Perfeksionisme dianggap tidak realistis dan bisa berdampak buruk pada keluarga. Anak-anak yang diasuh oleh orangtua perfeksionis bisa kehilangan semangat, mengalami penurunan rasa percaya diri, hingga merasa kesulitan belajar.

  • Komunikasi yang buruk

Penyebab disorganisasi keluarga yang perlu diatasi segera adalah komunikasi yang buruk antaranggota keluarga.

Perlu diketahui, jika ada masalah di dalam keluarga, komunikasi yang terbuka dan jujur bisa menjadi solusinya. Disorganisasi keluarga menyebabkan anggota keluarga tidak bisa atau bahkan tidak mau mendengar apa yang dikatakan oleh anggota lainnya.

Dalam beberapa kasus, anggota keluarga bahkan bisa menghindari komunikasi langsung dengan anggota lainnya yang menjadi sumber masalah.

Contoh disorganisasi keluarga

Ada banyak contoh disorganisasi keluarga yang bisa kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah contoh sekaligus ciri-ciri disorganisasi keluarga yang dapat ditemukan di sekitar kita.

  • Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
  • Buruknya komunikasi
  • Sering bertengkar hebat hingga pisah ranjang
  • Perceraian
  • Hubungan di luar nikah
  • Anggota keluarga toxic
  • Terganggunya kejiwaan.

Baca Juga

  • 10 Tips Parenting untuk Hadapi Seluruh Tahap Perkembangan Anak
  • Mengatasi Parenting Stress saat Membesarkan Anak Autis Tidak Mudah, Kenali Caranya
  • 10 Tips Meredam Emosi agar Tidak Menyesal Setelah Memarahi Anak

Dampak disorganisasi keluarga terhadap anak

Secara sistematis, pola-pola hubungan yang menyebabkan disorganisasi keluarga akan menimbulkan kekerasan atau pengabaian anak. Berikut adalah berbagai dampak disorganisasi keluarga bagi kehidupan anak.

  • Dipaksa untuk memihak

Dampak disorganisasi keluarga salah satunya anak bisa dipaksa untuk memihak pada ayah atau ibu saat terjadi konflik di antara orang tuanya

  • Mengalami reality shifting

Reality shifting adalah kondisi ketika apa yang dikatakan atau dipercaya bertentangan dengan kenyataan. Misalnya saat orang tua yang menyangkal kasus kekerasan dalam keluarga yang disaksikan oleh anak dengan menyatakan keluarganya baik-baik saja.

  • Pengabaian anak

Orang tua yang bersikap tidak peduli dan tidak mau tahu urusan anaknya akan membuat ia merasa diabaikan, tidak dianggap, dan selalu dikritik. Orang tua juga tidak mempertimbangkan perasaan serta pemikiran mereka.

  • Sikap terlalu protektif yang mengganggu

Orang tua bisa saja terlalu protektif atau memiliki ikut campur yang berlebihan sampai mengganggu keleluasaan anak. Misalnya, hanya bisa memerintah tanpa memberikan alasan atau bimbingan yang memadai.

  • Pilih kasih

Pada orang tua yang gemar membanding-bandingkan anak dengan saudara-saudara kandungnya sendiri, anak akan merasa seolah-olah ditolak atau mengalami pilih kasih. Pola asuh seperti ini bisa membuat anak saling bersaing seumur hidup tanpa penyelesaian.

  • Kekerasan fisik

Anak bisa mengalami kekerasan fisik oleh orang tua, seperti ditampar, dipukuli, atau diusir dari rumah. Kondisi ini bisa membuat sang anak balas dendam dengan mempraktikkannya di luar rumah, misalnya melakukan bullying di sekolah.

Pengabaian dan kekerasan yang dialami oleh anak-anak akan menghalangi tumbuhnya kepercayaan diri dan perasaan berharga. Anak juga cenderung sulit mempercayai orang lain dan tidak memiliki keyakinan pada dunianya.

Ketika dewasa nanti, anak-anak tersebut berpotensi memiliki masalah sikap dan perilaku, tidak mampu membuat keputusan yang baik, dan merasa tidak berharga. Masalah ini tentu akan menghambat pencapaian akademis, pekerjaan, dan relasinya dengan orang lain.

  • Gemar mengkritik diri sendiri

Dampak disorganisasi keluarga pada anak yang bisa terbawa hingga dewasa adalah gemar mengkritik diri sendiri.

Anak yang dibesarkan di dalam keluarga yang mengalami disorganisasi dapat bersikap keras terhadap dirinya sendiri. Ia bisa mengkritik dirinya terus-menerus. Jika ada sebuah kesalahan, anak dapat merasa bahwa itu adalah kesalahan dirinya.

Cara mengatasi disorganisasi keluarga

Sebelum mengatasi disorganisasi keluarga, Anda sebagai orang tua harus menyadari masalahnya terlebih dulu. Secara umum, berikut adalah cara mengatasi disorganisasi keluarga yang bisa Anda lakukan.

  • Mulailah dengan berhenti mengomeli dan mengkritik anggota keluarga lain.
  • Orangtua perlu memberikan respons dengan sikap hormat tanpa melangkahi batasan pribadi anak, terutama pada remaja. Dengan ini, anak akan cenderung berkembang menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab.
  • Orang tua mesti berusaha untuk mengurangi sikap overfocusing pada anak-anaknya. Fokus pada anak memang tak bisa ditinggalkan. Namun, orang tua perlu membagi perhatiannya pada relasi antara suami-istri supaya keintiman dan keharmonisan tetap terjaga.
  • Hindari sikap menghakimi dan menyalahkan. Begitu juga dengan kebiasaan selalu ingin menyelamatkan, mengorbankan diri, maupun rela disalahkan.
  • Tetapkan batasan Anda dalam relasi antara anggota keluarga.
  • Hormati batasan dari anggota keluarga lainnya supaya Anda tidak terlalu ikut campur dalam urusan mereka.

Menjaga keharmonisan keluarga mungkin memang sulit. Menerapkan perubahan-perubahan tertentu perlu waktu dan komitmen yang besar. Anda perlu percaya bahwa dampak positif akan terjadi secara perlahan-lahan, tapi pasti.

Apabila disorganisasi keluarga terasa sudah tidak terbendung dan Anda maupun pasangan kewalahan dalam mengatasinya, mintalah bantuan dari tenaga profesional lewat psikolog.

Jika Anda memiliki pertanyaan seputar kesehatan keluarga, jangan ragu untuk bertanya dengan dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ secara gratis. Unduh di App Store atau Google Play sekarang juga.

Advertisement

tips parentingrumah tangga

Referensi

Bagikan

Artikel Terkait

Diskusi Terkait di Forum

Advertisement

logo-sehatq

Langganan Newsletter

Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.

Metode Pembayaran

Bank BCABank MandiriBank BNIBank Permata
Credit Card VisaCredit Card Master CardCredit Card American ExpressCredit Card JCBGopay

Fitur

  • Toko
  • Produk Toko
  • Kategori Toko
  • Toko Merchant
  • Booking
  • Promo
  • Artikel
  • Chat Dokter
  • Penyakit
  • Forum
  • Review
  • Tes Kesehatan

Perusahaan

Follow us on

  • FacebookFacebook
  • TwitterTwitter
  • InstagramInstagram
  • YoutubeYoutube
  • LinkedinLinkedin

Download SehatQ App

Temukan di APP StoreTemukan di Play Store

Butuh Bantuan?

Jam operasional: 07.00 - 20.00

Hubungi Kami+6221-27899827

© SehatQ, 2023. All Rights Reserved