Disforia adalah kondisi psikologis yang ditandai dengan rasa tak bahagia, rasa frustasi, dan ketidakpuasan menghadapi masalah hidup. Disforia bukanlah gangguan mental yang berdiri sendiri – namun bisa menjadi gejala gangguan kejiwaan tertentu.
Ditinjau secara medis oleh dr. Reni Utari
18 Okt 2020
Disforia bukanlah gangguan mental yang berdiri sendiri namun bisa menjadi gejala gangguan kejiwaan lain
Table of Content
Suasana hati atau mood memang rentan untuk berada dalam level yang sangat bawah. Apabila rasa senang yang ekstrem disebut dengan euforia, maka rasa sedih yang ekstrem disebut dengan disforia. Ketahui apa saja penyebab disforia.
Advertisement
Disforia adalah kondisi saat mental tidak merasa bahagia, selalu gelisah, tidak puas, atau merasa frustasi. Disforia merupakan lawan dari euforia, sebuah kondisi saat Anda menjadi bahagia pada level ekstrem.
Disforia bukanlah gangguan mental yang berdiri sendiri. Namun, kondisi memprihatinkan ini dapat menjadi tanda dan gejala suatu gangguan psikologis, termasuk depresi.
Disforia juga dapat menjadi mood atau suasana hati seseorang untuk jangka waktu yang sebentar. Beberapa orang berisiko mengalami disforia dalam suatu atau beberapa kali dalam hidupnya.
Jika seseorang mengalami disforia, gejala berikut ini bisa dialami:
Disforia dapat disebabkan oleh beragam faktor. Misalnya, disforia dapat dialami oleh individu yang menderita kondisi psikologis berikut ini:
Selain gangguan mental di atas, disforia juga terjadi karena permasalahan hidup tertentu. Masalah tersebut termasuk kehilangan orang yang disayangi, stres karena pekerjaan, atau masalah keluarga.
Beberapa pasien dengan kondisi medis tertentu berisiko pula mengalami disforia, termasuk individu yang mengalami malnutrisi, masalah pada tiroid, atau keracunan zat tertentu.
Penggunaan istilah disforia digunakan dalam kondisi psikologis lain, misalnya:
Istilah disforia sangat lekat dengan kondisi psikologis yang disebut gender disforia. Gender disforia merujuk pada stres dan frustasi yang dirasakan seseorang saat identitas gendernya tidak sesuai dengan jenis kelamin yang ia bawa sejak lahir.
Beberapa orang dengan gender disforia bisa mengatasi frustasinya saat mulai menerima identitas gendernya – serta saat mulai bertransisi dengan gender yang ia identifikasi. Namun, beberapa individu bisa mengalami disforia berkelanjutan walau telah melakukan transisi.
Disforia juga dikaitkan dengan masalah psikologis pada wanita yang disebut gangguan disforik pramenstruasi (GDP). Gangguan disforik pramenstruasi adalah kondisi psikologis yang mirip dengan sindrom pramenstruasi atau PMS. Namun, pada kasus gangguan disforik pramenstruasi, gejala psikologis yang dialami sifatnya lebih parah.
Gejala yang dialami wanita dengan gangguan disforik pramenstruasi termasuk mood yang buruk, mudah marah, sedih berlebihan, dan citra tubuh yang memburuk. Kondisi ini bisa ditangani melalui kombinasi obat-obatan dan perubahan gaya hidup.
Disforia yang berlangsung lebih dari dua minggu harus mendapatkan penanganan dari ahli kejiwaan. Ahli kejiwaan seperti psikolog dan psikiater dapat membantu Anda mengidentifikasi penyebabnya dan menganalisis gejala yang dialami.
Penanganan disforia sama seperti penanganan kondisi psikologis lain, termasuk terapi atau obat yang khusus diresepkan oleh psikiater. Dokter juga akan meminta Anda untuk melakukan perubahan gaya hidup yang bisa memperbaiki mood atau suasana hati.
Baca Juga
Disforia adalah kondisi psikologis yang ditandai dengan rasa tak bahagia, merasa tak puas, atau rasa frustasi. Disforia bukanlah gangguan mental yang berdiri sendiri namun bisa menjadi gejala gangguan kejiwaan lain.
Untuk mendapatkan informasi lain terkait psikologi dan masalah kejiwaan, Anda bisa menanyakan ke dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ.
Aplikasi SehatQ bisa diunduh di App Store dan Play Store yang setia memberikan informasi kesehatan kejiwaan terpercaya.
Advertisement
Ditulis oleh Arif Putra
Referensi
Artikel Terkait
Ombrophobia merupakan kondisi yang terjadi saat seseorang mengalami ketakutan atau kecemasan ekstrem terhadap hujan. Kondisi ini bisa diatasi dengan terapi perilaku kognitif, terapi pemaparan, hingga konsumsi obat-obatan seperti antidepresan atau anti-kecemasan.
2 Jun 2021
Cara mengatasi ketakutan bisa dengan menenangkan diri, mengidentifikasi penyebabnya, mengganti pola pikir, selalu bersyukur, dan berbicara dengan orang sekitar.
7 Jun 2019
Body dysmorphic disorder adalah gangguan mental yang ditandai dengan ketidakpuasan diri terhadap fisik dan bentuk tubuh. Bisa berbahaya, ketahui gejala yang sering ditunjukkan penderitanya.
27 Apr 2020
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved