Ibu yang baru saja melahirkan berpotensi mengalami sindrom baby blues, depresi pascapersalinan, dan psikosis pascapersalinan. Dukungan keluarga sangat mempengaruhi kondisi mental ibu melahirkan.
2023-03-30 10:09:20
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Depresi yang timbul setelah melahirkan anak bisa disebabkan karena kurangnya dukungan dari keluarga
Table of Content
Sebagian besar wanita setelah melahirkan mungkin dapat mengalami depresi. Terjadinya depresi pascamelahirkan atau depresi postpartum dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk psikologis dari orang terdekat.
Advertisement
Jika tidak segera ditangani, kondisi ini dapat bertambah buruk dan bisa membahayakan ibu dan bayinya. Lantas apa itu depresi postpartum?
Depresi postpartum adalah gangguan emosi atau suasana hati yang dialami ibu hamil setelah melahirkan. Kondisi ini dapat terjadi segera setelah melahirkan atau berlangsung lebih lama hingga 12 bulan.
Wanita yang mengalami depresi postpartum umumnya akan merasakan rasa sedih, marah, lelah serta cemas yang berlebihan. Depresi pascamelahirkan ini membutuhkan perawatan medis agar tidak membahayakan ibu dan bayinya.
Depresi postpartum pada dasarnya adalah gangguan emosi yang lebih parah dari sindrom baby blues.
Ada tiga kondisi mental yang bisa terjadi pada ibu yang baru melahirkan anak, yaitu sindrom baby blues, depresi pascapersalinan (depresi postpartum) dan psikosis pascapersalinan.
Sindrom baby blues yang muncul beberapa hari setelah proses persalinan, adalah kondisi normal. Ibu baru akan mengalami mood swings, sehingga akan dapat dengan mudah merasa senang dan berganti menjadi sedih, hanya dalam waktu singkat.
Ibu yang mengalami baby blues juga bisa menangis tanpa alasan, mudah marah, tidak tenang, panik, dan merasa kesepian. Sindrom ini akan bertahan selama beberapa jam setelah persalinan, atau hingga satu atau dua minggu kemudian.
Depresi pascapersalinan, bisa muncul beberapa hari hingga beberapa bulan setelah proses persalinan. Ibu akan merasakan hal yang sama dengan sindrom baby blues, hanya saja perasaan-perasaan tersebut akan dirasa lebih kuat dan terjadi lebih lama.
Depresi juga membuat ibu tidak bisa melakukan kegiatan sehari-harinya dengan baik. Bahkan, gangguan ini juga memengaruhi kondisi fisik.
Psikosis adalah kondisi kejiwaan paling parah yang bisa dialami oleh ibu yang baru melahirkan anak. Kondisi ini bisa muncul dengan sangat cepat, seperti pada bulan pertama hingga ketiga setelah persalinan.
Ibu yang mengalami kondisi ini dapat mengalami halusinasi, seperti merasa mendengar dan melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Ibu juga bisa mengalami delusi, yaitu mempercayai sesuatu yang sudah jelas tidak rasional.
Psikosis juga bisa membuat penderitanya mengalami insomnia, mudah marah, dan melakukan perilaku-perilaku yang tidak biasa. Psikosis merupakan kondisi gawat darurat medis yang perlu segera ditangani.
Pasalnya, penderita psikosis memiliki kecenderungan untuk melukai diri sendiri, serta orang di sekitarnya, termasuk anak.
Baca Juga
Penyebab depresi setelah melahirkan belum diketahui secara pasti. Namun, seorang ibu bisa terkena depresi pascapersalinan bisa di antaranya karena faktor perubahan biologis di tubuh dan faktor psikologis.
Faktor biologis berkaitan dengan perubahan hormon. Sementara penyebab stres setelah melahirkan dari faktor psikologis dapat berkaitan dengan kurangnya dukungan yang diterima, merasa kesepian dan hidup sendiri, hingga konflik perkawinan.
Depresi setelah melahirkan bisa disebabkan oleh kadar hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh yang turun drastis. Penurunan kedua hormon tersebut memicu perubahan kimia di orak yang memicu terjadinya perubahan suasana hati.
Beberapa minggu setelah melahirkan, ibu juga tidak mendapatkan cukup waktu untuk beristirahat karena harus mengasuh bayi. Kurangnya istirahat dapat menimbulkan kelelahan, yang secara fisik maupun emosi dapat memicu depresi pascamelahirkan.
Faktor psikologis yang bisa menyebabkan depresi biasanya datang dari diri sendiri maupun orang-orang terdekat. Tekanan yang datang dari teman, keluarga, atau bahkan pasangan dalam mengurus bayi, hingga komentar seputar penampilan fisik ibu setelah melahirkan, bisa memicu stres yang kemudian dapat berkembang menjadi depresi pascapersalinan.
Sebab, komentar-komentar tersebut, yang umumnya cenderung mempertanyakan kemampuan ibu baru, dapat meningkatkan risiko depresi setelah melahirkan.
Maka dari itu, alih-alih mengomentari cara ibu dalam mengurus anaknya, berikanlah dukungan yang dibutuhkannya. Jika dukungan tidak kunjung diberikan, maka munculnya depresi, akan sulit untuk dicegah.
Anda perlu mengenali gejala postpartum depression, sehingga ketika gejala tersebut mulai muncul, Anda dapat segera mencari bantuan untuk mengatasi kondisi tersebut.
Berikut ini adalah gejala yang dialami wanita dengan depresi pascapersalinan yang perlu dikenali:
Perasaan-perasaan seperti di atas tentu menyakitkan bagi seorang ibu. Wanita yang mengalami kondisi stres ini umumnya ragu untuk menyampaikan kondisinya kepada orang lain, bahkan ke orang terdekat. Padahal, depresi postpartum adalah kondisi medis yang perlu diperhatikan dan membutuhkan perawatan medis.
Baca Juga
Mengatasi depresi postpartum tidak bisa dilakukan hanya oleh orang yang mengalaminya saja, namun membutuhkan dukungan dari orang terdekat lainnya.
Untuk mengatasi stres setelah melahirkan, sejumlah cara yang bisa dilakukan adalah:
Dikutip National Child & Material Health, penanganan depresi postpartum juga membutuhkan bantuan dari orang terdekat. Sejumlah hal yang bisa dilakukan orang terdekat.
Apabila istri, teman, keluarga, atau anak Anda baru saja melahirkan, dan menunjukkan tanda dan gejala yang mengarah pada depresi pascamelahirkan, maka Anda perlu memberikan dukungan yang tepat.
Berikut ini langkah yang bisa Anda lakukan untuk mendukung ibu menangani stres setelah melahirkan:
Pasangan dan keluarga, sebagai orang-orang terdekat dari ibu, biasanya menjadi yang pertama menyadari munculnya gejala depresi pascapersalinan. Dengan memahami berbagai gejalanya, Anda bisa segera memberikan pertolongan kepada ibu, agar kondisinya tidak bertambah parah.
Jadilah pendengar yang baik, saat ibu menceritakan kesulitannya menghadapi masa-masa setelah persalinan. Tunjukkan kepada ibu, bahwa Anda peduli dengan kondisi kesehatannya, dan bahwa kesehatan ibu tidak kalah penting dari kesehatan bayi.
Dengarkan keluh kesahnya, dan jangan meremehkan kesulitan yang sedang ia rasakan. Buat ibu merasa aman dan nyaman untuk bercerita dengan Anda, agar bisa mengurangi beban pikirannya.
Beritahu ibu, bahwa ia tidak sendiri dalam menjalani masa-masa ini. Tawarkan bantuan, agar ia bisa beristirahat sejenak dari rutinitas mengurus Si Kecil.
Biarkan ia meluangkan sedikit waktu untuk bertemu dengan teman. Selain itu, tawarkan juga bantuan untuk menggantikannya melakukan pekerjaan rumah seperti berbelanja keperluan, memasak, atau membersihkan rumah.
Ibu yang menunjukkan tanda-tanda depresi, mungkin akan enggan untuk mencari bantuan profesional yang bisa membantu meringankan kondisinya. Karena itu, Anda bisa menawarkan bantuan untuk mencari psikolog atau psikiater.
Hindari mengonsumsi obat-obatan untuk mengatasi depresi tanpa pengawasan dokter.
Jika Anda ingin berkonsultasi secara langsung pada dokter, Anda bisa chat dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ.
Download aplikasinya sekarang di Google Play dan Apple Store.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Cara mengejan yang benar saat melahirkan tidak boleh dilakukan sembarangan dan harus sesuai dengan aba-aba dokter atau bidan. Cara ngeden saat lahiran harus memperhatikan waktu hingga posisi.
Menghindari konflik dapat berdampak buruk terhadap kesehatan. Kebiasaan ini berpotensi mengakibatkan depresi serta meningkatkan risiko kematian dini.
Bagi orang perfeksionis, mereka ingin segala hal berlangsung dengan sempurna. Sekilas, menjadi seorang perfectionist bisa saja dianggap ideal, utamanya di dunia kerja. Sayangnya, kondisi ini juga membuat mereka rentan mengalami gangguan mental.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved