Dejavu adalah kondisi di mana Anda merasa familiar dengan kondisi sekitar Anda. Anda merasa seolah-olah sudah pernah mengalami hal tersebut dengan keadaan yang persis sama, padahal apa yang sedang Anda alami sekarang mungkin adalah pengalaman pertama Anda.
3.13
(16)
7 Nov 2019
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Dejavu membuat Anda merasa pernah melihat hal yang sedang Anda alami sekarang
Table of Content
Dejavu didefinisikan sebagai perasaan bahwa Anda pernah mengalami situasi yang sama persis dengan situasi yang sedang Anda alami sekarang. Seakan-akan ada ingatan masa lampau mengenai situasi saat ini yang mendadak muncul.
Advertisement
Fenomena dejavu sering dialami banyak orang, tanpa memandang jenis kelamin. Boleh dibilang dua dari tiga orang pernah mengalami dejavu dalam satu waktu di kehidupan mereka.
Dejavu adalah kondisi di mana Anda merasa familiar dengan kondisi sekitar Anda. Anda merasa seolah-olah sudah pernah mengalami hal tersebut dengan keadaan yang persis sama, padahal apa yang sedang Anda alami sekarang mungkin adalah pengalaman pertama Anda.
Kejadian ini dapat berlangsung 10 sampai 30 detik, dan lebih dari satu kali di lokasi yang berbeda. Jika ini terjadi pada Anda, Anda tidak perlu panik, karena menurut beberapa penelitian, dua sampai tiga orang yang pernah mengalami dejavu akan mengalaminya kembali.
Dejavu alias “déjà vu” berasal dari bahasa Prancis yang artinya “sudah pernah melihat”.
Memang masih banyak misteri yang belum terpecahkan mengenai fenomena dejavu. Namun sederet fakta berikut ini sudah diketahui:
Dejavu lebih sering terjadi pada orang yang berusia lebih muda. Fenomena ini akan makin jarang dialami seiring dengan pertambahan usia.
Baik perempuan maupun laki-laki bisa mengalami dejavu dalam frekuensi yang relatif sama. Tidak ada kelompok jenis kelamin yang lebih sering atau lebih jarang mengalaminya.
Berdasarkan beberapa penelitian, dejavu lebih sering dialami oleh orang-orang yang berasal dari kelompok sosial ekonomi lebih tinggi, dan memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Orang yang lebih sering bepergian memiliki kecenderungan lebih besar untuk mengalami dejavu. Lebih sering Anda bepergian, kemungkinan Anda untuk mengalami dejavu akan makin tinggi.
Menurut studi tertentu, dejavu hanya terjadi pada 11% orang yang tak pernah bepergian. Sementara pada orang yang bepergian 1-4 kali per tahun, dejavu terjadi pada 41% dari mereka. Dan pada kelompok yang bepergian lebih dari lima kali per tahun, 44% di antaranya mengalami dejavu.
Beberapa penelitian lain mengungkapkan bahwa dejavu lebih sering terjadi ketika seseorang sedang lelah, stres, atau mengalami keduanya.
Obat-obatan tertentu bisa meningkatkan kemungkinan terjadi fenomena dejavu. Suatu penelitian melaporkan sebuah kasus, di mana seorang seorang laki-laki dewasa yang sehat secara mental berulang kali mengalami dejavu ketika meminum obat amantadine dan phenylpropanolamine secara bersamaan untuk mengatasi flu.
Dejavu merupakan fenomena yang umum dialami banyak orang, Tetapi tidak terlalu banyak penelitian mengenai hal ini.
Sejauh ini, penyebab dejavu pada orang yang bukan penderita psikosis atau epilepsi lobus temporalis bisa dikategorikan menjadi empat:
Penjelasan berdasarkan faktor atensi menduga bahwa dejavu bisa terjadi ketika persepsi awal terjadi saat tingkat perhatian (atensi) seseorang sedang menurun. Kemudian, persepsi ini berlanjut hingga tingkat atensi orang tersebut penuh.
Sebagai contoh, dejavu bisa terjadi saat Anda hendak mengunci pintu rumah, lalu perhatian Anda teralihkan sejenak oleh suara-suara kucing di sekitar rumah. Ketika Anda kembali fokus untuk mengunci pagar, persepsi pertama saat Anda hendak mengunci pintu tadi seolah-olah pernah terjadi.
Pengalihan perhatian yang memisahkan dua persepsi tersebut tidak harus terjadi dalam durasi lama. Beberapa detik saja sudah cukup untuk memberi efek dejavu.
Teori berdasarkan faktor memori berasumsi bahwa pemicu dejavu adalah adanya ingatan mengenai beberapa detail dalam pengalaman yang sedang terjadi. Tetapi sumber ingatan tersebut sudah terlupakan.
Asumsi tersebut muncul karena manusia melihat hal-hal yang tak terhitung banyaknya sepanjang hari selama hidup. Saat mata kita melihat sesuatu, belum tentu otak kita memberikan perhatian penuh dan mendeteksinya.
Di kemudian hari saat Anda melihat suatu hal, informasi mengenai apa yang pernah Anda lihat sebelumnya akan terbersit di otak dan memberikan efek dejavu.
Penjelasan mengenai dejavu akibat pemrosesan ganda menduga bahwa dua proses kognitif yang biasanya berlangsung secara sinkron, sejenak menjadi tidak sinkron.
Contohnya, perasaan familiar dan proses pemanggilan informasi di otak yang tidak sejalan, atau persepsi serta memori yang mendadak tidak sinkron.
Penjelasan mengenai faktor neurologis sebagai penyebab dejavu menduga bahwa fenomena ini terjadi akibat adanya kejang ringan di lobus temporal pada orang yang tidak mengidap epilepsi. Adanya keterlambatan transmisi neuron di antara mata, telinga, dan organ persepsi lain dengan pusat pemrosesan tingkat tinggi di otak juga bisa memicunya.
Faktor pemrosesan ganda dan faktor neurologis belum bisa diteliti lebih lanjut. Pasalnya, para ilmuwan belum menemukan teknologi yang cukup canggih untuk melakukan pengujian.
Baca Juga
Sedangkan faktor atensi dan memori telah didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang sudah ada mengenai kognisi otak. Kedua faktor ini masih memungkinkan untuk diuji secara empiris.
Oleh sebab itu, belum ada penelitian khusus yang benar-benar bisa membuktikan fenomena dejavu. Banyak faktor yang diperkirakan menjadi pemicunya.
Advertisement
Referensi
Terima kasih sudah membaca.
Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)
Artikel Terkait
Nomophobia adalah ketakutan yang muncul saat lupa membawa atau tidak bisa menggunakan ponsel karena faktor-faktor seperti hilangnya sinyal maupun kehabisan baterai. Gejala kondisi ini dapat diatasi dengan terapi perilaku kognitif (CBT), terapi pemaparan, dan terapi obat.
Manfaat stres untuk tubuh adalah meningkatkan kewaspadaan diri. Stres pun membangun mental yang lebih kuat untuk menjalani hidup.
Saat merasa terlalu lelah atau usai berolahraga, wajar jika badan terasa dingin dan pegal. Ketika melakukan olahraga berintensitas tinggi, DOMS (delayed onset muscle soreness) bisa jadi konsekuensinya. Selain itu, badan dingin dan pegal bisa merupakan indikasi kondisi medis lainnya.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Adhi Pasha Dwitama
Dijawab oleh dr. Vina Liliana
Dijawab oleh Tim Dokter Sehatq
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2022. All Rights Reserved