Orangtua bertengkar terus-menerus di hadapan anak bisa berdampak buruk terhadap fisik dan mentalnya, bahkan terus bertahan hingga usia dewasa. Akibatnya, anak-anak dapat berperilaku agresif dan memiliki harga diri yang rendah.
25 Mar 2021
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Orangtua bertengkar di hadapan anak dapat membawa dampak buruk
Table of Content
Pertengkaran orangtua kadang tidak bisa dihindari. Meski demikian, hal ini tidak boleh dilakukan di depan anak, apalagi jika anak masih berusia dini. Tahukah Anda kalau dampak orangtua bertengkar di depan anak tidak main-main?
Advertisement
Jika hal ini sering terjadi, bahaya pertengkaran orangtua dapat berdampak pada fisik dan mental anak, bahkan terus bertahan hingga dewasa. Kenali berbagai dampak dan cara mengatasinya dengan tepat.
Sejumlah dampak buruk dari orangtua bertengkar di depan anak yang perlu Anda waspadai, di antaranya:
Dampak pertengkaran orangtua terhadap psikologi anak salah satunya memicu anak berperilaku agresif. Anak bisa mempercayai bahwa cara menyelesaikan masalah harus dilakukan dengan bertengkar.
Oleh karena itu, tidak mengherankan jika anak di kemudian hari akan mencoba menyelesaikan masalahnya dengan orang lain menggunakan cara yang sama. Dampak buruk pertengkaran keluarga atau orangtua ini tentu bisa berbahaya.
Orangtua bertengkar depan anak, khususnya yang melibatkan pertengkaran fisik atau kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), dapat menyebabkan tekanan emosional yang sangat besar pada anak. Kondisi ini dapat memicu masalah kecemasan dini dan gangguan kesehatan mental anak lainnya.
Orangtua yang sering bertengkar cenderung sibuk dengan masalah pribadi mereka sehingga kebutuhan anak dapat terabaikan.
Selain itu, orangtua mungkin kesulitan mengungkapkan kehangatan dan rasa sayang pada anak, saat berada dalam kondisi tertekan karena masalah dengan pasangannya.
Dampak orangtua bertengkar juga bisa menciptakan lingkungan yang membuat anak tertekan. Kondisi ini dapat membuat pikiran anak terpaku dalam ketakutan dan ketidakpastian.
Pada akhirnya, melihat orangtuanya bertengkar bisa membuat anak sulit berkonsentrasi pada berbagai hal, misalnya belajar.
Melihat orangtua berantem terus-menerus akan membuat anak tumbuh dengan mempelajari hal yang sama.
Ketika beranjak dewasa, anak yang sering melihat orangtua atau keluarga bertengkar dapat mengalami gangguan dalam hubungannya. Bisa jadi, ia juga akan merasa takut memulai hubungan sehingga sulit berteman.
Dampak pertengkaran orangtua terhadap psikologi anak dapat menyebabkan ia merasa cemas, depresi, gangguan perilaku, dan tidak berdaya.
Kondisi ini bisa membuat anak mencoba mencari pelarian untuk memperoleh kenyamanan. Misalnya, mencari kenyamanan dengan makan berlebihan atau malah tidak mau makan.
Selain itu, anak dapat terjerumus ke dalam penggunaan obat-obatan terlarang dan merokok, yang dapat berdampak pada kesehatan
Sering melihat kedua orangtua bertengkar juga dapat memicu anak menderita sakit kepala, sakit perut, insomnia, fobia, dan gangguan kesehatan lainnya.
Anak yang sering menjadi saksi pertengkaran orangtuanya dapat memiliki perasaan malu, bersalah, tidak berharga, dan tidak berdaya. Akibatnya, ia mulai memiliki harga diri yang rendah.
Kondisi ini mungkin akan membuatnya kesulitan menghadapi kehidupan di masa depan. Sebab, ia tidak dapat mempertahankan citra diri yang baik secara pribadi atau di bidang profesional.
Baca Juga
Pertengkaran yang disertai oleh kekerasan fisik atau verbal, seperti memukul, melempar barang, berbicara kasar, atau memanggil dengan sebutan yang tak pantas, bisa membuat anak mengalami trauma.
Jika anak menjadi trauma akibat melihat orangtua bertengkar, berikut beberapa tanda yang mungkin ia tunjukkan berdasarkan usianya:
Jika anak menunjukkan tanda-tanda tersebut, orangtua harus memberi perhatian ekstra pada anak, dan membawanya ke psikolog untuk mendapat penanganan yang tepat.
Ada kalanya pertengkaran orangtua menjadi besar dan keduanya bisa lepas kendali. Hal ini dapat terjadi di hadapan anak atau terdengar oleh anak yang berada di ruangan lain.
Terkadang, anak tidak tahu apa yang diharus dilakukan jika orangtua bertengkar sehingga hanya bisa menangis.
Walaupun orangtua mungkin menganggapnya tidak berarti, hal tersebut dapat melukai perasaan anak secara mendalam dan menyebabkan dampak jangka panjang seperti trauma.
Jika diabaikan, dampak pertengkaran orangtua terhadap psikologi anak bisa semakin memburuk.
Sebaiknya lakukan hal-hal berikut untuk mengatasi trauma pada anak akibat orangtua bertengkar.
Anda tidak perlu membahas secara spesifik masalah penyebab pertengkaran. Namun, sebaiknya Anda dan pasangan mendiskusikan hal tersebut dengan anak secara baik-baik.
Ungkapkan bahwa ada perbedaan pendapat antara ayah dan ibu, serta tidak seharusnya orangtua bertengkar penuh emosi dan tidak terkendali.
Selanjutnya, Anda perlu meyakinkan anak bahwa pertengkaran tersebut bukan berarti orangtua memiliki masalah yang sangat besar.
Ungkapkan bahwa Anda dan pasangan masih baik-baik saja dan mencintai dirinya. Yakinkan bahwa orangtua tidak akan berpisah (bercerai) karena pertengkaran tersebut.
Terakhir, ungkapkan kepada anak bahwa keluarganya masih baik-baik saja. Katakan padanya bahwa terkadang orang dapat bertengkar dan terbawa emosi, tapi sekarang semuanya sudah baik-baik saja.
Bertengkar bukan berarti semuanya akan berakhir, dan kalian masih saling mencintai walaupun ada hal-hal yang tidak disepakati.
Kedua orangtua juga harus memastikan anak merasa aman. Pola asuh yang baik dapat memperbaiki bagian otak anak yang telah terkena dampak negatif akibat paparan stres karena orangtua bercerai.
Tunjukkan bahwa Anda dan pasangan sangat menyayanginya, serta akan terus melindunginya. Ciptakanlah momen yang menyenangkan, misalnya liburan atau sekadar jalan-jalan bersama.
Jika pertengkaran Anda dan pasangan kerap terjadi, serta dikhawatirkan dapat membahayakan kesehatan mental anak, pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan konselor pernikahan dan keluarga.
Anda dan pasangan dapat mempelajari keterampilan yang bermanfaat untuk mengurangi pertengkaran besar, serta membentuk hubungan yang lebih harmonis.
Apabila Anda meyakini bahwa psikologi anak melihat orangtua bertengkar telah terdampak, sebaiknya segera bawa anak untuk melakukan terapi pemulihan dari trauma dengan psikolog anak.
Jika Anda punya pertanyaan seputar masalah kesehatan anak, Anda bisa bertanya langsung dengan dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ secara gratis. Unduh aplikasi SehatQ sekarang di App Store atau Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Fakta dan mitos tentang anak kesayangan dalam keluarga bisa muncul saat ada anggapan anak yang mendapatkan kasih sayang lebih banyak dibandingkan saudaranya.
Jika Anda memiliki pasangan penderita gangguan identitas disosiatif (GID) atau yang disebut dengan berkepribadian ganda, Anda dapat menjalani rumah tangga dengan bahagia. Salah satunya adalah berbesar hati dan kenali batasan diri Anda.
Kata-kata mutiara untuk anak agar lebih giat belajar harus ditanamkan oleh orangtua. Hal ini akan membantu meningkatkan motivasinya untuk belajar sehingga terhindar dari rasa malas.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved