2023-03-29 09:36:15
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Crossdresser gemar menggunakan pakaian lawan jenisnya
Crossdresser adalah sebutan bagi seseorang yang gemar mengenakan pakaian lawan jenisnya. Kebiasaan yang disebut sebagai crossdressing ini biasanya dilakukan oleh laki-laki heteroseksual (bukan transgender) yang senang mengenakan pakaian wanita. Dalam kasus yang langka, ada pula wanita yang gemar menggunakan memakai pakaian laki-laki.
Advertisement
Istila crossdresser juga dikaitkan dengan penderita gangguan transvetisme (gangguan transvestik). Dalam gangguan ini, kebiasaan crossdressing dilandasi dengan gairah seksual yang berulang dan intens. Atas dasar inilah gangguan transvetisme digolongkan sebagai kelainan seksual.
Pada crossdresser yang menderita gangguan transvetik, pelakunya akan mengalami kesulitan besar atau tidak dapat berfungsi layaknya kebanyakan orang karena hasrat untuk melakukan crossdressing. Untuk memahami lebih jauh, berikut adalah penyebab dan gejala transvetisme.
Tidak ada penyebab yang spesifik untuk gangguan transvestik. Dilansir dari Psychology Today, berdasarkan pengamatan pada masa kanak-kanak, perilaku crosdressing akan memberikan kegembiraan bagi pelakunya. Setelah pubertas, perilaku ini dapat berubah menjadi gairah seksual.
Seiring bertambahnya usia, perilaku ini terus diulangi dan diperkuat sehingga dorongan untuk crossdressing menjadi semakin kuat, bahkan ketika kepuasan seksual yang dirasakan pelaku crossdresser mulai berkurang.
Walaupun merupakan gejala utama dari gangguan transvestik, pelaku crossdresser tidak serta-merta didiagnosis menderita transvestisme. Selain gemar mengenakan pakaian lawan jenis, ada beberapa gejala gangguan transvestik yang bisa Anda amati.
Tidak hanya itu, transvetisme juga dapat didiagnosis bersama dengan berbagai kelainan seksual lainnya, seperti:
Baca Juga
Menjadi crossdresser tidak dianggap sebagai suatu kelainan sehingga boasanya tidak diperlukan pengobatan. Namun, beberapa crossdresser mungkin perlu melakukan terapi atas dorongan orang lain (orangtua, pasangan, dan keluarga) atau karena keinginan sendiri.
Biasanya crossdresser mencari terapi karena beberapa alasan, seperti:
Demikian juga pada penderita transvestisme. Kondisi ini dapat dianggap gangguan mental dan membutuhkan terapi hanya jika menyebabkan pelakunya merasa tertekan atau mengalami masalah dalam menjalani fungsi kehidupan sehari-hari, termasuk jika perilaku tersebut mengarah pada hal yang dapat menyebabkan cedera, kehilangan pekerjaan, atau melawan hukum.
Saat ini belum ada jenis obat-obatan yang dapat digunakan untuk mengobati perilaku crossdressing. Namun, ada beberapa metode perawatan yang dapat diberikan bagi para crossdresser, antara lain:
Kelompok ini beranggotakan orang-orang yang sedang atau telah melalui pengalaman serupa. Setiap anggota dapat berbagi pengalaman, perasaan pribadi, serta strategi mengatasi gangguan kesehatan dan informasi langsung tentang gangguan atau perawatan.
Terapi ini dapat diberikan bila diperlukan. Psikoterapi difokuskan untuk membantu seseorang agar dapat menerima diri mereka sendiri dan mengontrol perilaku yang sekiranya dapat menimbulkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Seseorang dengan riwayat gangguan transvetisme dapat dianggap dalam remisi, saat:
Jika Anda termasuk seorang crossdresser yang ingin menghentikan kebiasaan tersebut, tapi kesulitan untuk melakukannya, Anda dapat berkonsultasi dengan psikolog.
Apabila Anda punya pertanyaan seputar gangguan seksual, Anda bisa bertanya langsung dengan dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ secara gratis. Unduh aplikasi SehatQ sekarang di App Store atau Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Hipokondria adalah kecemasan berlebihan yang dialami seseorang dengan menganggap dirinya sedang mengidap penyakit serius.
Tidak hanya umur, penyebab libido pria rendah dapat disebabkan oleh beberapa kondisi seperti, adanya gangguan kesehatan, penyakit, atau penggunaan obat-obatan tertentu.
Terapi tertentu seperti terapi seni (art therapy) atau terapi bermain (play therapy) adalah salah satu jenis pengobatan gangguan mental pada anak. Gejala gangguan mental anak salah satunya suasana hati mudah berubah.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved