Cibophobia adalah rasa takut berlebihan pada makanan. Bisa juga ketakutan terhadap banyak makanan membuat penderitanya mengalami malnutrisi.
19 Mar 2021
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Pemilik cibophobia rentan mengalami kekurangan gizi
Table of Content
Ada orang yang memiliki fobia makanan tertentu atau takut makanan yang begitu intens, disebut dengan cibophobia. Jenis ketakutan ini bisa hanya spesifik ke satu jenis saja, bisa juga terhadap banyak makanan.
Advertisement
Rasa takut terhadap makanan dan minuman tertentu ini berkaitan erat dengan gangguan makan secara psikologis. Apabila sudah sangat parah, hidup seseorang bisa terdampak cukup signifikan.
Ketika harus berhadapan atau bahkan sekadar memikirkan makanan saja, orang yang memiliki gejala takut makan bisa mengalami hal-hal di bawah ini:
Lebih jauh lagi, eating disorder ini bisa berbeda-beda. Beberapa jenis makanan yang bisa memicu fobia makanan adalah:
Jenis makanan mudah basi atau rusak seperti susu, mayones, buah, sayur, dan juga daging bisa memicu ketakutan tersendiri. Ada anggapan bahwa mereka akan jatuh sakit setelah mengonsumsi makanan itu karena sudah tidak bagus kualitasnya.
Makanan yang tidak matang sempurna juga bisa memicu fobia karena berpotensi menyebabkan penyakit. Bahkan saking takutnya, orang yang mengalami cibophobia bisa mengolahnya hingga gosong atau terlalu kering.
Orang dengan cibophobia bisa merasa takut bahwa apa yang dikonsumsinya sudah dekat atau melewati masa kedaluwarsa. Tak hanya itu, mereka yakin bahwa makanan akan lebih cepat basi atau kedaluwarsa apabila kemasannya sudah dibuka.
Beberapa individu dengan cibophobia juga enggan mengonsumsi makanan sisa karena menganggapnya bisa menyebabkan penyakit
Ketika harus mengonsumsi makanan atau minuman yang disiapkan orang lain, ada kemungkinan muncul rasa takut. Mereka merasa tidak memegang kendali atas apa yang akan dikonsumsi.
Itulah sebabnya orang yang takut makanan bisa saja menghindari makan di restoran, rumah teman, atau di manapun yang proses memasaknya tidak bisa dilihat langsung.
Baca juga: Pembagian Jam Makan untuk Diet dari Sarapan hingga Makan Malam
Sayangnya, fobia makanan yang tidak diatasi sangat mungkin menyebabkan komplikasi. Kondisi ini dapat berpengaruh pada kehidupan akademis, pekerjaan, relasi personal, dan juga kehidupan sosial. Sama seperti jenis phobia lain yang sampai menghambat aktivitas sehari-hari.
Ketika rasa takut makan ini sudah menjadi sangat problematik, beberapa komplikasi yang mungkin muncul adalah:
Semua yang berlebihan itu tidak baik, sayangnya ini bisa terjadi sebagai konsekuensi fobia makanan. Mengingat ada banyak hal yang memicu kekhawatiran, mereka akan melakukan ritual berlebihan sebelum makan, minum, atau proses yang berkaitan dengan makanan.
Contohnya mulai dari cara membersihkan dapur, menyimpan makanan, mencuci tangan, dan seterusnya. Meski demikian, ritual ini sayangnya tidak juga mengurangi reaksi fisik dan mental saat kontak dengan makanan.
Sangat mungkin orang dengan cibophobia mengalami kekurangan nutrisi. Ketika terus menerus menghindari makanan, tentu kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi. Dalam jangka panjang, ini akan memicu malnutrisi dan penyakit lainnya.
Masalah lain juga bisa muncul karena takut makanan bukanlah hal yang bisa dengan mudah dihindari seperti halnya ketakutan terhadap topeng badut atau ketinggian. Setiap hari, pasti ada momen bersinggungan dengan makanan dan minuman.
Artinya, sulit menyembunyikannya dari teman, keluarga, atau rekan kerja. Ketika diketahui orang lain, ini bisa memicu situasi kurang nyaman. Bukan tidak mungkin, orang dengan cibophobia akan menghindari aktivitas sosial dan menutup diri.
Selain cibophobia, ada pula ketakutan akan makanan baru yaitu neophobia. Melihat makanan baru saja bisa menyebabkan rasa cemas dan panik yang intens. Anak-anak rentan mengalaminya.
Baca juga: Kombinasi Makanan yang Tidak Boleh Dimakan Bersamaan
Fobia makanan bisa diatasi dengan efektif lewat beberapa penanganan, seperti:
Dalam terapi ini, Anda akan berdiskusi bersama ahli kesehatan mental tentang emosi dan pengalaman yang berkaitan dengan makanan. Kemudian, akan dicari cara untuk mengurangi pemikiran negatif dan rasa takut.
Terapi ini akan memberikan kontak dengan makanan yang memicu rasa takut. Paparan dilakukan secara bertahap agar bisa mengelola emosi sekaligus reaksi yang muncul.
Orang yang mengalami cibophobia juga bisa mengonsumsi obat seperti antidepresan untuk mengendalikan rasa cemas. Meski demikian, perlu dipertimbangkan pula risiko mengalami kecanduan. Selain itu, beta-blockers juga bisa digunakan untuk penanganan jangka pendek.
Pasien akan dibawa dalam suasana rileks agar otak siap berlatih kembali. Seorang hipnoterapis akan memberikan sugesti dan penawaran verbal sehingga reaksi negatif terhadap makanan bisa dikelola dengan baik.
Baca juga: Jenis Makanan yang Dapat Mengatasi Nafsu Makan Berlebih
Menghadapi fobia makanan bisa jadi lebih menantang karena setiap harinya orang tentu berinteraksi dengan makanan serta minuman. Bukan tidak mungkin, kondisi ini menghambat aktivitas sehari-hari hingga relasi dengan orang sekitar.
Bukan hanya secara mental, sayangnya cibophobia ini juga bisa menyebabkan seseorang mengalami malnutrisi. Dalam jangka panjang, kondisi fisik juga dipertaruhkan.
Untuk berdiskusi lebih lanjut seputar fobia terhadap makanan, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Cara meminta maaf yang baik setelah berbuat salah tak sulit untuk dilakukan. Tahapan paling penting dari meminta maaf yang baik adalah mengakui kesalahan sendiri dengan lapang dada.
Manfaat sari kurma mulai dari menambah trombosit dan menjaga kesehatan tulang. Minuman ini juga baik untuk meningkatkan produksi ASI untuk ibu yang sedang menyusui.
Gangguan bipolar merupakan kondisi kesehatan mental terkait perubahan mood yang ekstrem dalam jangka waktu tertentu. Perawatan bipolar dapat menggunakan obat-bobatan, psikoterapi, CBT, dan rawat inap.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Veranita
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved