Konsumsi alkohol berlebihan, paparan polusi udara, dan cedera kepala baru-baru ini dinobatkan sebagai tiga faktor risiko penyakit demensia terbaru. Ketiga faktor ini adalah tambahan dari sembilan faktor risiko lainnya yang dikaitkan dengan demensia. Faktor risiko lain dari demensia adalah sebagai berikut.
5
(2)
9 Sep 2020
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Konsumsi alkohol berlebihan digolongkan sebagai faktor risiko baru penyakit demensia
Table of Content
Apakah Anda sering mengonsumsi minuman beralkohol dalam jumlah banyak? Atau, apakah Anda sering terpapar polusi udara? Jika Anda menjawab ‘ya’ pada kedua pertanyaan tersebut, maka Anda termasuk ke dalam golongan yang lebih rentan terhadap penyakit demensia.
Advertisement
Sebuah jurnal yang diterbitkan The Lancet pada Juli lalu menyatakan bahwa konsumsi alkohol berlebihan dan paparan polusi udara merupakan dua dari tiga faktor risiko baru demensia. Sedangkan satu faktor risiko sisanya adalah cedera kepala.
Dalam jurnal yang berjudul Dementia prevention, intervention, and care: 2020 report of the Lancet Commission ini, ketiga faktor risiko demensia di atas disebut sebagai modifiable, yang berarti dapat diubah atau dimodifikasi apabila kita mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat.
Ketiga faktor risiko baru ini melengkapi sembilan faktor risiko penyakit demensia lainnya yang telah disebutkan tiga tahun lalu oleh peneliti jurnal yang sama, tepatnya dalam Lancet Commission on dementia prevention, intervention, and care life-course model of nine factors (2017).
Demensia adalah istilah umum yang digunakan untuk kehilangan ingatan, bahasa, kemampuan menyelesaikan masalah, dan berbagai kemampuan berpikir lainnya yang dapat mengganggu kehidupan sehari-hari.
Dengan tambahan tiga faktor risiko baru, kini ada 12 faktor risiko demensia yang membuat seseorang menjadi lebih rentan terhadap penyakit ini. Faktor-faktor tersebut meliputi:
Sebuah penelitian menjelaskan bahwa pendidikan dapat membantu otak mengembangkan lebih sinapsis (synapses), yang merupakan penghubung antara sel-sel otak yang membawa informasi.
Alasan lainnya adalah orang dengan tingkat pendidikan yang tinggi cenderung memiliki gaya hidup yang lebih sehat ketimbang orang-orang dengan tingkat pendidikan rendah.
Sejumlah penelitian jangka panjang menunjukkan bahwa hipertensi atau tekanan darah tinggi di usia paruh baya adalah faktor kunci yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengembangkan demensia di kemudian hari, khususnya jenis demensia vaskuler.
Para ahli menyebutkan bahwa ada hubungan kuat antara gangguan pendengaran dengan penyakit demensia. Gangguan pendengaran ringan dianggap meningkatkan risiko berkembangnya demensia menjadi dua kali lebih tinggi.
Di sisi lain, gangguan pendengaran sedang dan parah masing-masing meningkatkan risiko berkembangnya demensia menjadi tiga dan lima kali lebih tinggi.
Kebiasaan merokok dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit kardiovaskuler, seperti stroke atau pendarahan yang lebih kecil dalam otak, yang juga merupakan faktor risiko dari demensia.
Selain itu, berbagai racun dalam asap rokok juga berkontribusi dalam meningkatkan stres oksidatif dan peradangan, yang keduanya dihubungkan dengan berkembangnya penyakit Alzheimer.
Obesitas kerap dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit demensia. Berdasarkan sebuah studi dalam International Journal of Epidemiology, orang-orang yang mengalami obesitas di usia paruh baya memiliki peningkatkan risiko demensia sebesar 30 persen, ketimbang orang-orang yang indeks massa tubuhnya dalam kategori normal. Risiko ini dapat lebih tinggi pada wanita.
Sebuah studi yang dipublikasikan pada jurnal Neurology menjelaskan orang-orang yang memiliki gejala depresi cenderung mengalami penurunan signifikan dalam kemampuan mengingat dan berpikir.
Baca Juga
Dalam sebuah studi yang dipulikasikan dalam The BMJ, kebiasaan jarang bergerak atau olahraga memiliki kaitan dengan peningkatan risiko berkembangnya demensia pada orang dewasa yang tidak aktif dan memiliki penyakit kardiometabolik.
Meski demikian, kebiasan jarang bergerak ini tidak serta-merta menjadi penyebab demensia atau penyakit Alzheimer.
Diabetes dapat menyebabkan sejumlah komplikasi, salah satunya adalah kerusakan pada pembuluh darah. Oleh karena itu, penyakit ini dianggap sebagai faktor risiko dari demensia vaskuler. Tipe demensia ini terjadi akibat kerusakan otak yang disebabkan oleh tertutup atau terhalanginya peredaran darah ke otak.
Orang-orang yang jarang bersosialisasi atau melakukan kontak sosial cenderung lebih kesepian. Berdasarkan sebuah studi dalam Archives of General Psychiatry, orang yang kesepian memiliki risiko dua kali lebih tinggi dalam mengembangkan tipe demensia yang berkaitan dengan penyakit Alzheimer.
Mengonsumsi alkohol secara berlebihan dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan otak dan meningkatkan risiko berkembangnya penyakit demensia pada seseorang.
Polusi udara telah dijadikan fokus beberapa studi yang membahas gangguan kognitif dan risiko demensia.
Dari berbagai studi tersebut, ditemukan bukti bahwa partikel-partikel kecil polusi udara dapat masuk ke dalam otak, tetapi belum bisa dijelaskan sepenuhnya peran partikel tersebut terhadap perkembangan demensia pada manusia.
Beberapa tipe cedera kepala dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengembangkan penyakit Alzheimer atau tipe demensia lainnya di kemudian hari. Faktor-faktor yang meningkatkan risiko ini meliputi usia saat cedera kepala terjadi dan keparahan cedera kepala yang dialami.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, 12 faktor risiko penyakit demensia ini adalah modifiable, yakni dapat diubah dan dihindari dengan gaya hidup yang lebih sehat, seperti rajin berolahraga, mengonsumsi makanan sehat, menjauhi rokok, hingga menghindari paparan polusi udara dan risiko cedera kepala.
Dengan menghindari faktor-faktor risiko di atas, niscaya kemampuan kognitif dan berpikir kita dapat terjaga meski sudah memasuki usia senja.
Advertisement
Referensi
Terima kasih sudah membaca.
Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)
Artikel Terkait
Penyakit demensia dapat menyebabkan lansia menjadi pikun dan mengalami penurunan fungsi mental lainnya. Penyakit ini memiliki beberapa tipe, misalnya alzheimer dan parkinson. Proses perawatan demensia dapat dilakukan dengan uji neurologis.
Penyakit alzheimer menjadi salah satu penyebab kepikunan pada lansia. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan obat dan terapi yang tepat.
Penurunan fungsi otak lebih cenderung dialami oleh pria. Namun, para pria tidak perlu khawatir karena terdapat berbagai makanan dan menu harian sehat yang dapat membantu meningkatkan fungsi otak.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Vina Liliana
Dijawab oleh dr. Vina Liliana
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
Kumpulan Artikel dan Forum
© SehatQ, 2022. All Rights Reserved