Catcalling bukan pujian, melainkan bentuk kekerasan verbal yang dilakukan laki-laki tak dikenal terhadap wanita yang dilihatnya di tempat umum. Kenali lebih lanjut seputar pelecehan seksual ini.
2023-03-25 15:49:24
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Ilustrasi catcalling yang dialami seorang wanita
Table of Content
Anda pernah disebut ‘cantik’ atau ‘seksi’ dan sejenisnya ketika tengah melintas di jalan umum? Jika ya, maka Anda telah mengalami pelecehan seksual berbentuk catcalling.
Advertisement
Catcalling adalah komentar bernada seksual yang dilontarkan oleh laki-laki ke wanita di tempat umum, misalnya jalan raya, pusat perbelanjaan, stasiun, dan lain-lain. Bedanya dengan pelecehan seksual pada umumnya adalah laki-laki dan wanita tidak saling kenal sehingga kerap juga disebut pelecehan asing.
Selain kata-kata berbau seksual, cat calling juga bisa berbentuk siulan, lirikan, kedipan, bahkan memegang area tubuh tertentu. Tujuan catcalling bukanlah ingin melakukan pemerkosaan, namun lebih kepada mencari perhatian dari sang wanita.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Stop Street Harassment, hampir 99 persen responden wanita pernah merasakan pelecehan di jalanan, termasuk catcalling. Pelecehan seksual ini bukan hanya ketika wanita dihujani kata-kata bernada seksis seperti “kamu cantik” atau “kamu seksi”, namun juga beberapa bentuk lainnya, seperti:
Tidak sedikit wanita yang marah ketika menjadi korban catcalling. Namun, banyak juga pria pelaku catcalling yang berdalih bahwa tindakan mereka itu lucu, menggemaskan, dan bertujuan untuk memuji penampilan fisik si wanita.
Padahal, catcalling justru merupakan perbuatan tidak terpuji, menjijikan, dan menghina wanita. Catcalling menjadikan wanita sebagai objek seksual dan terlihat tidak lebih dari seonggok daging yang sedang berjalan tanpa memandang kesetaraan gender.
Fenomena catcalling juga sering dihubungkan dengan gaya berpakaian si wanita yang terbilang terbuka sehingga menantang laki-laki untuk mengomentarinya. Padahal, ada jurnal yang menyebut negara-negara dengan wanita berpakaian tertutup (bahkan menggunakan cadar), seperti Mesir dan Lebanon, juga tidak terhindar dari catcalling.
Dengan kata lain, hubungan antara catcalling dengan stereotype cara berpakaian wanita hanya mengada-ada untuk dijadikan pembenaran otak kotor dalam diri pelaku catcalling tersebut. Apa pun bentuknya, catcalling harus dihentikan karena dapat mengakibatkan terganggunya kesehatan mental para wanita yang mengalaminya.
Baca Juga
Sayangnya, meski banyak wanita yang tidak nyaman atau bahkan marah ketika mengalami catcalling, mereka cenderung tidak melawan. Sebaliknya, yang dilakukan oleh wanita hanyalah menghindari kemungkinan berulangnya catcalling, misalnya dengan memakai pakaian yang lebih longgar, mengganti rute menuju kantor, atau hanya pura-pura mengacuhkannya.
Padahal jika catcalling terus dialami oleh wanita tersebut, kesehatan mentalnya bisa terganggu dan mengakibatkan munculnya efek buruk, misalnya:
Efek buruk itu akan semakin terasa ketika Anda merasa tidak nyaman dengan catcalling, namun berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Jika Anda terus menghindar dari masalah, maka efek buruk catcalling akan semakin menghantui sehingga membuat Anda terus-menerus menyalahkan diri sendiri atas kesalahan yang dilakukan oleh orang lain.
Sebaliknya, efek buruk pada psikologis wanita itu bisa diminimalisir ketika wanita mengabaikan catcalling yang dilakukan oleh laki-laki tak dikenal. Lebih bagus lagi jika wanita tersebut mau ‘melawan’ pelaku catcalling agar ia tidak melakukan hal yang sama pada Anda atau wanita lainnya.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Tindakan yang termasuk ke dalam kekerasan berbasis gender dapat berupa pelecehan fisik, seksual, verbal, emosional, dan psikologis, serta melakukan ancaman dan paksaan.
Seks paksa atau sexual coercion adalah kondisi ketika seseorang memanipulasi korbannya untuk melakukan hubungan seks. Ciri-cirinya perlu diwaspadai supaya Anda bisa menghindarinya.
Visum adalah pemeriksaan untuk mengecek kondisi kesehatan korban kekerasan. Prosedur ini sebaiknya dilakukan secepatnya atau tidak lebih dari lima hari setelah kejadian.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Vina Liliana
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved