logo-sehatq
logo-kementerian-kesehatan
SehatQ for Corporate
TokoObatArtikelTindakan MedisDokterRumah SakitPenyakitChat DokterPromo
Parenting

Cara Menjaga Mental Anak yang Gagal Lolos Sekolah saat PPDB

open-summary

Banyak anak yang tak lolos PPDB jadi kecewa dan munculnya perasaan gagal ini bisa memengaruhi kesehatan mentalnya. Sehingga, orangtua perlu menyikapinya secara bijak.


close-summary

3 Jul 2020

| Nina Hertiwi Putri

Ditinjau oleh dr. Reni Utari

PPDB tidak lulus, anak jadi mudah down, ini cara menghadapinya

Tak lolos PPDB bisa buat mental anak down, orangtua harus sigap menghadapinya

Table of Content

  • Anak gagal dalam PPDB, ini yang bisa orangtua lakukan
  • Catatan dari SehatQ

Akhir-akhir ini, Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di DKI Jakarta menimbulkan banyak polemik. Sebab, banyak siswa yang berusia lebih muda dari rata-rata teman sekelasnya, kesulitan untuk masuk ke sekolah negeri pilihan lantaran penerimaan dilakukan sesuai urutan usia.

Advertisement

Hal ini membuat beberapa siswa memilih untuk menunda sekolah selama satu tahun apabila tahun ini tidak bisa diterima di sekolah negeri. Sementara itu beberapa orangtua juga bersaksi anaknya ada yang jadi kerap menangis, murung, mengurung diri di kamar, dan pendiam lantaran tidak bisa bersekolah di sekolah negeri pilihannya akibat faktor usia.

Kesulitan mencari sekolah ini bisa menimbulkan perasaan gagal pada anak dan di saat inilah peran orangtua begitu penting agar mental anak tidak jatuh.

Anak gagal dalam PPDB, ini yang bisa orangtua lakukan

Solusi teknis seperti mendaftarkan anak ke sekolah swasta sebagai cadangan, ataupun memilih jalur penerimaan lain selain zonasi tentu sudah ada di benak orangtua. Namun yang tidak kalah penting, orangtua juga perlu membantu anak menghadapi kegagalan yang telah diterimanya.

Saat anak bisa memproses kegagalan secara sehat, maka kesehatan mentalnya pun akan terjaga dan risiko anak mengalami depresi, stres, maupun gangguan mental lainnya bisa berkurang.

Berikut ini langkah-langkah yang bisa dilakukan orangtua untuk membantu anak menghadapi kegagalan.

1. Menjadi contoh yang baik

Gagal dalam PPDB pasti tidak hanya membuat anak kecewa, tapi juga orangtua, dan anak mengerti akan hal tersebut. Sehingga Anda perlu menjadi contoh yang baik pada anak dalam hal menghadapi sebuah kekecewaan.

Jika Anda bisa menghadapinya dengan tenang, maka anak akan melihat hal tersebut dan mempelajarinya sebagai contoh. Sementara jika sebaliknya, ada kecenderungan anak akan meniru hal yang sama.

2. Membantu anak menjaga ekspektasi

Salah satu hal yang memperburuk perasaan kecewa dan gagal adalah ekspektasi yang terlalu tinggi. Tentu, semua orang pasti akan berkekspektasi yang terbaik saat melakukan sesuatu. Namun, ekspektasi tersebut perlu dijaga jangan sampai terlalu tinggi.

3. Membantu anak mengenali kelebihan dan kemampuannya

Mengalami kegagalan bisa membuat rasa percaya diri anak jatuh. Sehingga, Anda perlu bicara dengannya soal kelebihan dan kemampuannya, dengan begitu rasa percaya dirinya lama kelamaan akan kembali terbangun.

4. Menunjukkan pada anak bahwa Anda selalu menyayanginya

Saat anak merasa kecewa dan gagal, pelukan hangat dari orangtua bisa membantu beban di pikirannya terangkat. Tunjukkan bahwa apapun yang terjadi Anda akan selalu menyayanginya.

5. Bicara dari hari ke hati

Sediakan waktu untuk bicara dari hati ke hati dengan anak. Jadilah pendengar yang baik saat anak mengungkapkan perasaannya soal kegagalan yang ia rasakan.

Jangan menyela dan sebaiknya jangan menyebutkan kata-kata seperti, “Ini bukan masalah besar,” atau “Ini bukan apa-apa”. Sebab ukuran kekecewaan setiap orang berbeda-beda dan jangan merendahkan perasaan anak.

6. Membantu anak menghadapi tekanan dari media sosial

Saat anak sedang merasakan suatu kekecawaan atau kegagalan, media sosial bisa membuat perasaan tersebut menjadi lebih buruk. Terutama, jika ia kemudian membandingkan dirinya dengan pencapaian temannya yang lain.

Sehingga, orangtua harus mulai membicarakan topik ini pada anak. Jangan sampai anak meluapkan kemarahannya di media sosial tanpa kontrol, dan membuat hubungannya dengan teman-temannya menjadi renggang.

Jika memungkinkan, jadikan informasi yang ia dapat di media sosial sebagai sarana anak untuk belajar bahwa dalam hidup, kita terkadang akan merasa sedikit tertinggal atau ada kalanya harus menjauh dari orang-orang yang tadinya dekat.

Anak bisa belajar untuk menghadapi kejadian ini dengan hati tenang agar tidak membuat situasi semakin buruk.

Baca Juga

  • Memahami Pengertian Remaja dan Tahap Perkembangannya
  • Anak Memiliki Tulisan Jelek, Perlukah Dikhawatirkan?
  • Fungsi dan Peran Keluarga dalam Proses Sosialisasi serta Pendidikan Anak

Catatan dari SehatQ

Menghadapi kegagalan bukanlah hal yang mudah untuk siapapun, termasuk anak. Dengan adanya polemik PPDB atau penerimaan siswa baru yang membuat anak berusia lebih muda dari rata-rata teman satu kelasnya kesulitan mencari sekolah, maka risiko anak merasa kecewa dan gagal pun meningkat. Orangtua perlu menghadapi situasi ini dengan baik, agar mental anak tetap terjaga.

Advertisement

ibu dan anakanak praremajasekolahanak sekolahcara mendidik anak

Referensi

Bagikan

Artikel Terkait

Diskusi Terkait di Forum

Advertisement

logo-sehatq

Langganan Newsletter

Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.

Metode Pembayaran

Bank BCABank MandiriBank BNIBank Permata
Credit Card VisaCredit Card Master CardCredit Card American ExpressCredit Card JCBGopay

Fitur

  • Toko
  • Produk Toko
  • Kategori Toko
  • Toko Merchant
  • Booking
  • Promo
  • Artikel
  • Chat Dokter
  • Penyakit
  • Forum
  • Review
  • Tes Kesehatan

Perusahaan

Follow us on

  • FacebookFacebook
  • TwitterTwitter
  • InstagramInstagram
  • YoutubeYoutube
  • LinkedinLinkedin

Download SehatQ App

Temukan di APP StoreTemukan di Play Store

Butuh Bantuan?

Jam operasional: 24 Jam

Hubungi Kami+6221-27899827

© SehatQ, 2023. All Rights Reserved