logo-sehatq
logo-kementerian-kesehatan
SehatQ for Corporate
TokoObatArtikelTindakan MedisDokterRumah SakitPenyakitChat DokterPromo
Parenting

Cara Mengawasi Pergaulan Remaja Anda di Instagram agar Tetap Aman

open-summary

Syarat utama apabila orangtua ingin tahu bagaimana pergaulan remaja yang sehat di dunia maya, jangan setengah-setengah. Ikutlah masuk ke dalamnya. Pahami apa itu Instagram dengan berbagai fiturnya.


close-summary

13 Feb 2021

| Azelia Trifiana

Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri

Orangtua juga perlu mengawasi pergaulan remaja di media sosial mereka

Orangtua juga perlu mengawasi pergaulan remaja di media sosial mereka

Table of Content

  • Jangan setengah-setengah
  • Hal yang perlu diperhatikan orangtua
  • Catatan dari SehatQ

Orangtua dan anak-anak terlahir di zaman yang begitu berbeda. Masa kini, membagi informasi apapun – hingga yang paling pribadi sekalipun – bisa dianggap sebagai salah satu tuntutan. Rasanya hari tak lengkap tanpa mengunggah konten di Instagram. Jika orangtua kurang awas, pergaulan remaja di era internet of things bisa menjadi terlalu bebas.

Advertisement

Sudah pernah mendengar istilah finsta? Itu adalah singkatan dari fake Instagram, yaitu ketika anak memiliki lebih dari satu akun Instagram. Satu yang diketahui orangtua mereka dengan konten “wajar”, satu lagi yang lebih “bebas”.

Jangan setengah-setengah

Syarat utama apabila orangtua ingin tahu bagaimana pergaulan remaja yang sehat di dunia maya, jangan setengah-setengah. Ikutlah masuk ke dalamnya. Pahami apa itu Instagram dengan berbagai fiturnya.

Sederhananya, Instagram adalah aplikasi untuk berbagi foto dan video yang bisa diakses di ponsel. Penggunanya bisa saling mengikuti, memberikan likes, komentar, menambahkan hashtag agar mudah dicari, dan seterusnya.

Menurut aturannya, pengguna Instagram harus berusia di atas 13 tahun. Meski demikian, ada celah untuk membuat akun bagi anak yang berusia di bawah itu.

Bagi orangtua yang ingin mengawasi pergaulan remaja dengan tepat, mungkin beberapa strategi ini bisa diterapkan:

1. Tidak melarang keras

Tidak ada gunanya melarang keras anak mengakses media sosial ketika lingkungan teman-temannya telah memiliki akun. Justru, ketika orangtua terlalu mengekang, anak akan memilih untuk melakukannya dengan sembunyi-sembunyi.

Oleh sebab itu, bersikaplah terbuka pada anak tentang Instagram, bahkan platform lainnya. Paparkan kepada mereka apa saja risikonya. Sampaikan dengan analogi yang mudah dipahami karena konsep semacam ini tentu abstrak, bukan seperti ancaman yang benar-benar ada di depan mata.

2. Jaga privasi

Ketika anak mengunggah apapun ke Instagram, artinya seluruh dunia bisa melihatnya. Untuk itu, sampaikan kepada mereka bahwa hal-hal yang bersifat pribadi seperti lokasi sekolah, alamat rumah, bahkan nama lengkap juga sebaiknya tidak dipublikasikan.

Anak bisa memilih untuk memiliki akun privat dan mencoba selama beberapa waktu. Apabila mereka sudah paham tentang batasan antara unggahan personal dan tidak, barulah bisa mempertimbangkan untuk memiliki akun publik.

3. Perhatikan pembagian lintas platform

Terkadang, Instagram juga bisa terkoneksi dengan platform media sosial lain seperti Twitter dan Facebook. Apabila Anda ingin mengawasi pergaulan remaja dengan detail, jangan lupakan platform yang lain.

Tak kalah penting, ingatlah bahwa setiap saat, media sosial akan terus berkembang. Sekarang ada TikTok, entah apa lagi yang akan menjadi tren dalam beberapa bulan atau beberapa tahun ke depan. Orangtua harus tetap mengikuti perkembangan teknologi untuk bisa menyelami pergaulan remaja.

4. Ada untuk mereka

Dunia media sosial sebenarnya bisa menjadi begitu ganas. Bahkan, komentar tentang body image saja bisa membuat seseorang terpikir tentang suicidal thought. Ini nyata. Oleh sebab itu, orangtua harus menekankan bahwa mereka ada untuk tempat bercerita. Apapun itu.

Sampaikan bahwa remaja Anda memiliki ranah yang tak berhak dicampuri orangtua. Akan tetapi, ingatkan mereka bahwa Anda akan tetap ada kapanpun anak merasa perlu bercerita tentang hal aneh yang terjadi di akun Instagram mereka.

5. Pahami tekanan sosial

Di Instagram, tekanan sosial tentang bentuk tubuh, warna kulit, hingga status sosial seseorang begitu nyata. Ini yang menjadi pemicu munculnya “kasta” tidak kasat mata. Kenali bahwa anak Anda pun sangat mungkin terseret dalam hal ini.

Mereka bisa terseret dalam arus itu dan perlu waktu berjam-jam hingga merasa percaya diri dengan foto selfie mana yang layak diunggah. Kenali tanda-tanda apabila pengaruh ini sudah bersifat destruktif.

Berikan pemahaman pada anak bahwa menjadi berbeda itu tidak apa-apa. Kesempurnaan seseorang bukan hanya dinilai sedangkal penampilan mereka.

Baca Juga

  • Cara Menyimpan Daging yang Benar agar Tahan Lama
  • Manfaat Kalium Si Zat Mineral yang Kadang Diremehkan
  • 12 Macam Buah Tinggi Serat yang Baik untuk Kesehatan Pencernaan

Hal yang perlu diperhatikan orangtua

Risiko yang ada di Instagram ketika seseorang memutuskan masuk ke dalamnya memang begitu nyata. Mulai dari saling pamer, komentar fisik yang merusak, hingga predator seksual.

Meski risiko itu begitu mengerikan, bukan berarti Anda bisa terus mengurung anak dengan melarikan diri dari paparan media sosial. Hal yang perlu dilakukan adalah memastikan anak tahu bagaimana menyaring informasi sekaligus paham betul mana yang berbahaya dan tidak.

Ajarkan anak tentang batasan privasi dan tidak. Ketika mengunggah sebuah foto, kenali elemen-elemen yang ada di dalamnya. Apakah menunjukkan nama sekolahnya? Alamat rumahnya? Nama adik-adiknya? Hal-hal pribadi semacam itu bisa menjadi bumerang apabila dipaparkan secara berlebihan.

Sampaikan pula etika atau norma tentang berbagi foto kepada anak, contohnya:

  • Tidak memotret bahkan mengunggah foto orang lain tanpa permisi
  • Tidak menandai atau tag teman tanpa seizin mereka
  • Tidak mengunggah foto anak kecil atau bayi tanpa seizin orangtua mereka
  • Tahu batasan pakaian yang layak diunggah ke media sosial dan tidak

Media sosial tidak selalu buruk. Bahkan kelak ketika remaja Anda sudah beranjak dewasa dan masuk ke dunia kerja, jejak digital ini bisa menjadi pertimbangan pihak perusahaan.

Catatan dari SehatQ

Hal ini krusial. Di sinilah peran orangtua untuk memberi pengawalan agar pergaulan remaja tidak masuk ke dalam lubang hitam.

Untuk berdiskusi lebih lanjut seputar pola asuh anak di tengah derasnya arus informasi dan media sosial, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.

Advertisement

tips parentinggaya parentingpola hidup sehat

Referensi

Bagikan

Artikel Terkait

Diskusi Terkait di Forum

Advertisement

logo-sehatq

Langganan Newsletter

Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.

Metode Pembayaran

Bank BCABank MandiriBank BNIBank Permata
Credit Card VisaCredit Card Master CardCredit Card American ExpressCredit Card JCBGopay

Fitur

  • Toko
  • Produk Toko
  • Kategori Toko
  • Toko Merchant
  • Booking
  • Promo
  • Artikel
  • Chat Dokter
  • Penyakit
  • Forum
  • Review
  • Tes Kesehatan

Perusahaan

Follow us on

  • FacebookFacebook
  • TwitterTwitter
  • InstagramInstagram
  • YoutubeYoutube
  • LinkedinLinkedin

Download SehatQ App

Temukan di APP StoreTemukan di Play Store

Butuh Bantuan?

Jam operasional: 24 Jam

Hubungi Kami+6221-27899827

© SehatQ, 2023. All Rights Reserved