Cara mengatasi diare pada anak usia 3 tahun ternyata bisa dilakukan tanpa obat. Namun dalam kondisi tertentu, obat-obatan diperlukan.
30 Jul 2020
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Cara mengatasi diare pada anak usia 3 tahun ternyata tidak membutuhkan obat.
Table of Content
Diare tidak hanya bisa menyerang orang dewasa, tapi bahkan bayi dan anak-anak. Kondisi ini tentu saja mengganggu dan menimbulkan rasa tidak nyaman.
Advertisement
Bahkan, tak jarang orangtua panik ketika anak mengalami diare. Apakah Si Kecil berusia 3 tahun dan kerap mengalami diare? Jangan cemas, ini cara mengatasi diare pada anak usia 3 tahun.
Diare pada anak usia balita juga disebut sebagai diare kronis non-spesifik atau toddler’s diarrhea. Kondisi ini bisa menyerang anak berusia 6 bulan-5 tahun. Anak dengan kondisi tersebut mengalami buang air besar dengan konsistensi lunak atau cair, sebanyak 3-10 kali sehari.
Diare kronis non-spesifik ini biasanya muncul pada siang hari, saat Si Kecil terbangun dan kadang setelah ia makan. Selain memiliki konsistensi yang lunak atau berair, feses anak yang mengalami diare semacam ini, mengandung serpihan makanan.
Namun, feses seharusnya tidak mengandung darah. Diare pada anak yang juga disebut sebagai toddler's diarrhea ini sebenarnya tidak dianggap sebagai suatu penyakit.
Diare akan menghilang seiring pertambahan umur Si Kecil memasuki usia sekolah. Meski demikian, ada sejumlah cara mengatasi diare pada anak usia 3 tahun yang bisa Anda lakukan sebagai orangtua.
Pemberian obat-obatan biasanya tidak diperlukan. Setiap penggunaan obat harus melalui persetujuan dokter.
Baca Juga
Jika diare pada anak 3 tahun bukanlah suatu penyakit, lantas apa penyebabnya? Ada sejumlah kondisi medis yang menyebabkan diare kronis pada anak, sebagai berikut:
Infeksi dari bakteri, parasit, maupun virus berbahaya terkadang menyebabkan diare kronis. Anak bisa mengalami infeksi tersebut lewat air, makanan, minuman yang terkontamnasi, maupun kontak dengan penderita lain.
Setelah terinfeksi, tubuh anak jadi kesulitan mencerna karbohidrat seperti laktosa maupun protein yang ada pada susu, produk turunan susu, maupun kedelai. Gangguan ini bisa menimbulkan diare berkepanjangan, bahkan hingga 6 minggu setelah infeksi terjadi.
Selain itu, sejumlah infeksi bakteri maupun parasit penyebab diare tidak bisa dihilangkan dengan cepat tanpa pengobatan.
Penyakit celiac terjadi akibat gangguan saluran pencernaan yang merusak usus halus. Kondisi ini dipicu oleh konsumsi makanan yang mengandung gluten.
Gluten merupakan protein alami yang ditemukan antara lain pada gandum. Biasanya, makanan seperti roti, pasta, biskuit dan kue mengandung gandum. Penyakit celiac ini bisa mengakibatkan diare kronis pada anak berbagai usia.
Gejala yang muncul akibat gangguan fungsi gastrointestinal disebabkan oleh perubahan cara kerja saluran pencernaan. Anak yang mengalami gangguan ini bisa merasakan gejala berulang, meski saluran pencernaannya tidak rusak.
Gangguan fungsi gastrointestinal bukanlah penyakit, melainkan sekumpulan gejala yang muncul bersamaan.
Alergi makanan, intoleransi laktosa, intoleransi fruktosa, serta intoleransi sukrosa merupakan penyebab umum diare kronis.
Alergi susu, produk susu, maupun kacang kedelai paling sering menimbulkan gangguan saluran pencernaan pada anak. Biasanya, alergi ini akan hilang perlahan ketika anak menginjak usia 3 tahun. Alergi sereal, telur, dan seafood juga bisa mengganggu saluran pencernaan anak.
Intoleransi laktosa merupakan kondisi umum yang bisa mengakibatkan diare setelah mengonsumsi makanan maupun minuman yang mengandung susu maupun produk susu. Selain itu, rendahnya kadar enzim laktase (enzim yang membantu tubuh mencerna laktosa), maupun gangguan penyerapan laktosa, bisa mengakibatkan intoleransi laktosa.
Kondisi ini menyebabkan anak mengalami diare setelah mengonsumsi maupun minuman yang mengandung fruktosa, gula yang ada pada buah, jus buah, dah madu. Fruktosa ini digunakan sebagai pemanis tambahan pada makanan maupun minuman ringan.
Gangguan penyerapan fruktosa bisa menyebabkan intoleransi fruktosa. Kadar fruktosa yang bisa diserap setiap anak ternyata berbeda-beda. Kemampuan tubuh dalam menyerapnya akan meningkat seiring bertambahnya usia.
Intoleransi sukrosa merupakan sebuah kondisi yang bisa menyebabkan diare setelah anak mengonsumsi makanan maupun minuman dengan kandungan gula putih. Ketika tubuh tidak bisa mencerna sukrosa, maka intoleransi sukrosa pun bisa muncul.
Anak yang mengalami intoleransi sukrosa, kekurangan enzim untuk membantu tubuh mencerna zat tersebut. Kondisi ini akan mereda ketika anak beranjak dewasa.
Dua jenis utama inflammatory bowel disease adalah penyakit Crohn dan kolitis ulseratif. Gangguan tersebut bisa menyerang anak-anak pada berbagai usia. Namun biasanya, kondisi tersebut dijumlai pada anak usia sekolah atau remaja.
Naiknya jumlah bakteri maupun perubahan jenis bakteri di usus halus, sering dikaitkan dengan kerusakan sistem pencernaan, seperti yang terjadi pada penyakit Crohn.
Baca Juga
Gejala utama dari diare kronis pada anak adalah buang air besar berupa feses yang lunak dan berair, setidaknya tiga kali sehari, selama minimal 4 minggu.
Tergantung dari penyebabnya, diare kronis pada anak bisa menimbulkan lebih dari satu gejala berikut ini:
Diare kronis ini bisa mengakibatkan gangguan penyerapan nutrisi, dan memicu kondisi dehidrasi. Oleh karena itu, Anda harus mewaspadainya sebagai orangtua.
Jika khawatir dengan kondisi anak, bawalah ia ke dokter untuk diperiksa. Dokter mungkin akan meresepkan antibiotik untuk mengatasi infeksi bakteri dan obat-obatan lain untuk infeksi parasit. Namun apabila tubuh Si Kecil memiliki masalah dalam mencerna protein maupun karbohidrat tertentu setelah mengalami infeksi, dokter akan merekomendasikan diet tertentu untuk penggantian menu makanan.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Penyakit yang rentan menular saat musim hujan adalah flu, diare, hingga penyakit kulit. Ini karena saat hujan dan terjadi banjir, ada banyak genangan air hingga lingkungan tidak bersih yang menjadi sarang kuman.
Bakteri Escherichia Coli alias E.Coli bisa memcu berbagai penyakit di tubuh, seperti keracunan makanan, diare, hingga gagal ginjal dan infeksi saluran kemih. Infeksi ini cukup sering terjadi sehingga Anda perlu lebih waspada.
Perut berbunyi pasti membuat malu, apalagi jika terdengar keras di tempat umum. Begitu perut Anda berbunyi, cara mengatasi krucuk-krucuk itu adalah dengan jalan kaki setelah makan.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved