Anak tantrum adalah anak yang mengeluarkan emosi meledak-ledak, yang ditandai dengan menangis kencang, berguling di lantai, atau berteriak-teriak. Cara mengatasinya dapat dilakukan dengan memberi pengertian dan mengalihkan perhatian mereka.
Ditinjau secara medis oleh dr. Karlina Lestari
4 Agt 2022
Anak tantrum mengeluarkan emosi yang meledak-ledak
Table of Content
Anak tantrum adalah salah satu masalah yang bisa membuat orangtua frustrasi. Menangis kencang, berguling-guling di lantai, mengamuk, dan menjerit-jerit sering kali terjadi dalam fase tantrum pada anak.
Advertisement
Kondisi ini bisa membuat orangtua kerap menahan malu dan merasa sedang diuji kesabarannya, apalagi jika anak mengamuk di depan umum. Lantas, apa penyebab tantrum pada anak? Lalu, adakah cara mengatasi anak tantrum?
Pengertian tantrum adalah ledakan emosi pada anak yang ditandai dengan berteriak, menghentak-hentakan tubuh, menendang, hingga berguling-guling.
Kondisi ini umumnya terjadi pada anak-anak, terutama balita. Berikut adalah lima fase tantrum yang perlu orangtua ketahui.
Umumnya, tantrum dimulai dari sebuah penolakan. Misalnya, menolak perintah orangtua atau merasa permintaannya diacuhkan.
Dalam fase ini, anak tidak akan mendengarkan perkataan Anda dan memilih untuk pergi ke tempat lain.
Fase penolakan biasanya berakhir setelah orangtua mengoreksi perilaku anak.
Misalnya, dengan menasihati anak untuk tidak membeli mainan baru. Pada saat inilah, anak tantrum mulai meluapkan kemarahannya.
Bentuk kemarahan tersebut bisa berupa teriakan, tangisan, adegan berguling-guling di lantai, hingga memukuli diri sendiri.
Selanjutnya, fase anak tantrum adalah tawar-menawar. Fase yang satu ini bisa dibilang sangat menarik. Sebab, mereka mulai memberikan penawaran dengan cara kreatif.
Misalnya dengan mengatakan, "Aku akan mengerjakan PR dengan rajin jika dibelikan mainan baru." Apabila Anda memberikan jawaban yang tidak memuaskan, mereka akan memberikan penawaran lain.
Fase keempat ini menjadi yang paling menantang. Dalam fase tersebut, anak tantrum bisa memperlihatkan tangisan palsu.
Sebagai orangtua, Anda pun akhirnya bisa merasa sangat bersalah. Padahal kenyataannya mereka hanya berpura-pura.
Akhir fase tantrum adalah pasrah. Namun, perilaku ini sebenarnya memperlihatkan sikap dendam anak.
Anak akan berhenti menangis dan seolah-olah menyerah. Padahal, mereka sedang memikirkan cara lain untuk mencapai keinginannya.
Selain memahami arti tantrum, Anda juga harus mengetahui jenis-jenisnya. Berikut adalah beberapa jenis tantrum pada anak yang perlu Anda ketahui.
Tantrum menuntut terjadi ketika anak menginginkan orangtuanya melakukan sesuatu untuk mereka.
Misalnya, mereka ingin Anda bermain dengannya saat ada tamu di rumah, atau ingin Anda membelikan mainan sekarang juga.
Tantrum frustrasi atau lelah umumnya terjadi ketika anak merasa lapar, lelah, atau gagal melakukan sesuatu.
Kemarahan yang menumpuk akhirnya tumpah menjadi tangisan atau bahkan amukan. Tantrum pada bayi atau anak ini bisa berlangsung selama beberapa waktu.
Tantrum kekacauan dapat terjadi di tempat umum, seperti restoran atau pertokoan.
Dalam kondisi ini, mereka biasanya menjerit, memukul, duduk, hingga berguling-guling di lantai agar keinginannya bisa dituruti.
Tantrum penolakan terjadi ketika anak menolak atau enggan melakukan suatu hal. Misalnya, saat diminta untuk makan, mereka menolaknya dan justru malah menangis atau mengamuk.
Tantrum mengamuk terjadi ketika anak kehilangan kendali secara fisik dan emosional.
Akibatnya, mereka berteriak, menendang, atau memukul. Kondisi ini bisa berbahaya bagi dirinya sendiri ataupun orang lain.
Bagi sebagian anak, tantrum artinya cara melampiaskan frustrasi karena keinginan yang tidak dipenuhi orangtua.
Selain itu, anak ingin menguji sejauh mana batas kesabaran ayah dan ibu jika mereka berteriak sekencang-kencangnya di tempat umum.
Bagi anak balita, berteriak atau menangis adalah salah satu cara bernegosiasi dengan orangtua yang tidak memenuhi keinginannya.
Akan tetapi, jika selalu dituruti keinginannya dengan alasan agar berhenti menangis, maka mereka akan melakukan hal yang sama berulang-ulang.
Di sisi lain, penyebab anak tantrum dapat dipicu oleh lapar, kelelahan, dan ketidaknyamanan yang dirasakan anak. Jadi, tantrum adalah kondisi yang perlu orangtua perhatikan.
Mengenai kapan anak mulai tantrum, kondisi ini umumnya terjadi pada usia 12-18 bulan, dan mencapai puncaknya saat anak berusia 2 tahun.
Berikut adalah ciri-ciri anak tantrum yang bisa Anda identifikasi.
Ketika anak mengamuk, orangtua mungkin berpikir itu kesalahannya.
Namun, tantrum adalah bagian normal dari perkembangan anak. Perilaku ini umumnya mulai berkurang seiring bertambahnya usia anak, dan biasanya hilang pada usia 4 tahun.
Tantrum pada anak tidak boleh dibiarkan begitu saja karena bisa menjadi kebiasaan buruk.
Bahaya tantrum juga harus Anda waspadai saat mereka menyakiti dirinya sendiri atau orang lain.
Berikut adalah cara mengatasi anak tantrum yang dapa Anda lakukan.
Cara menghadapi anak tantrum yang pertama adalah dengan meredakan amarah dan menjaga emosi diri Anda.
Tenangkan diri terlebih dahulu dengan menarik napas dalam-dalam, kendalikan emosi, kemudian disiplinkan anak.
Beri mereka pengertian bahwa perilaku tantrum tidak baik dan jika Anda mengabaikan tangisannya, mereka akan sadar bahwa tangisan tersebut tidak berhasil.
Tantrum dapat ditangani secara berbeda bergantung pada penyebabnya. Misalnya, jika anak menangis dan mengamuk karena kelelahan, saatnya membawa mereka untuk beristirahat dengan nyaman.
Sementara itu, jika tantrum terjadi karena lapar, segera berikan camilan atau makanan untuknya.
Apabila anak semakin marah atau di luar kendali, pegang mereka dengan kuat untuk menenangkannya.
Jika tantrum terjadi setelah Anda menolak permintaannya, katakan dengan lembut bahwa Anda mencintainya, tetapi tidak bisa memberikan apa yang diinginkannya.
Cara mengatasi tantrum pada anak juga dapat dilakukan dengan mengalihkan perhatiannya.
Misalnya, saat anak mengamuk, berilah mainan atau buku agar perhatiannya bisa teralihkan dan tantrum-nya berhenti.
Jika cara menangani anak tantrum sebelumnya tidak berhasil, berikan mereka time-out atau menyetrap selama 1-2 menit agar anak bisa menenangkan dirinya.
Beri tahu anak bahwa semakin cepat mereka tenang, semakin cepat pula time-out akan berhenti. Hal ini dapat membantunya menjadi lebih bersabar dan tidak lagi mengamuk.
Ketika anak tantrum, jangan gunakan kekerasan seperti memukul karena justru dapat memperburuk keadaan.
Jika memungkinkan, cobalah untuk mengabaikannya. Apabila mereka berada di tempat yang aman, berpura-puralah meninggalkannya.
Namun, ketika anak menendang atau memukul orang lain, jangan mengabaikan hal tersebut karena bisa berbahaya. Berikan peringatan tegas bahwa mereka tidak sepatutnya berperilaku seperti itu.
Jika anak sering menangis dan mengamuk, cobalah melakukan terapi interaksi orangtua dan anak.
Terapi anak tantrum ini dapat meningkatkan kepatuhan, mengurangi amukan dan agresi, serta meningkatkan hubungan orangtua dan anak.
Menurut Kids Health, ketika anak selesai tantrum, sebaiknya Anda memuji mereka karena telah mendapatkan kendali atas situasi tersebut. Misalnya dengan mengatakan, “Anak pintar udah berhenti nangisnya.”
Pasalnya, anak-anak akan berada pada titik rentan setelah mengalami tantrum karena mereka menyadari hal tersebut tidak baik.
Anda juga dapat mencoba memeluk dan mengatakan rasa sayang kepadanya apa pun yang terjadi.
Selain itu, pastikan anak cukup tidur. Sebab, kurang tidur dapat membuat anak berperilaku ekstrem, tidak menyenangkan, dan menjadi lebih hiperaktif.
Tidur yang cukup pada anak diketahui dapat mengurangi tantrum. Jadi, sesuaikan waktu tidur anak dengan usianya.
Baca Juga
Sebelum anak tantrum, orangtua bisa mengantisipasi dengan langkah-langkah berikut ini.
Temper tantrum adalah perilaku yang dapat berhenti dengan sendirinya.
Akan tetapi, sebaiknya segera berkonsultasi ke psikolog jika Anda atau anak mengalami beberapa hal ini.
Untuk berdiskusi lebih lanjut seputar anak tantrum, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Ditulis oleh Dina Rahmawati
Referensi
Artikel Terkait
Gejala tongue tie pada bayi dapat dilihat dari perilakunya saat menyusu, seperti mulut bayi yang tidak mengunci dengan baik, rewel saat menyusu, mengeluarkan suara berdecak saat menyusu, hingga cenderung menyunyah daripada mengisap.
14 Jun 2023
Obat batuk bayi mesti diberikan sangat berhati-hati. Pasalnya, bayi sangat rentan terkena efek samping obat, mulai dari demam, mual dan muntah, hingga kematian
9 Okt 2019
Manfaat pijat bayi sangat beragam, mulai dari melancarkan pencernaan bayi, membuat bayi tidur lebih nyenyak, hingga mendekatkan bonding antara orangtua dan anak.
15 Sep 2020
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Dijawab oleh dr. Veranita
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved