Saat berpuasa, Anda mungkin saja mengalami kekurangan cairan. Jangan sampai dehidrasi saat puasa berujung pada penyakit serius.
3 Mei 2019
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Cuaca panas dapat menimbulkan dehidrasi saat puasa yang membahayakan kesehatan.
Table of Content
Menahan lapar dan haus di bulan Ramadan memang berpotensi menyebabkan dehidrasi saat puasa. Bila tidak ditangani dengan baik, dehidrasi dapat berujung pada penyakit serius.
Advertisement
Penelitian pada tahun 2003 mendapati bahwa dehidrasi saat puasa dapat menyebabkan sakit kepala, kurang tidur, mudah kesal, dan lesu. Selain itu, dehidrasi saat puasa dapat mengakibatkan sembelit, pusing, dan kulit kering.
Dampak dari dehidrasi saat puasa yang lebih serius adalah sengatan panas (heatstroke), masalah pada ginjal dan saluran buang air kecil, syok hipovolemik (jantung tidak mampu mengalirkan darah ke tubuh dengan jumlah yang cukup), dan kejang.
Rasa haus sering menjadi indikasi bahwa Anda sedang dehidrasi. Akan tetapi kaum lansia dapat merasa tidak haus sampai akhirnya mengalami dehidrasi. Tanda-tanda dehidrasi dapat berbeda tergantung dari usia.
Gejala orang dewasa yang mengalami dehidrasi adalah ia merasa pusing, kebingungan, kelelahan, rasa haus yang ekstrem, urine yang berwarna gelap, dan penurunan frekuensi buang air kecil.
Selain itu Anda juga dapat mengalami penurunan konsentrasi, tidur terlalu lama dan sering, kulit yang berkerut dan kering, mulut yang mengering secara ekstrem, sembelit, detak jantung tidak teratur (aritmia), dan merasa lelah.
Anda perlu segera berkonsultasi ke dokter jika mengalami diare lebih dari 24 jam, merasa kesal, bingung, lebih mengantuk dari biasanya, dan tidak seaktif biasanya.
Perhatikan juga bagaimana warna feses Anda saat buang air besar. Temui dokter jika feses Anda berwarna hitam atau mengandung darah.
Mengatasi dehidrasi saat puasa sangat penting untuk dilakukan. Oleh sebab itu, terdapat beberapa tips di bawah ini yang dapat Anda lakukan untuk mencegah dehidrasi saat puasa.
Mengonsumsi garam dan bumbu-bumbu berlebih dapat meningkatkan rasa haus dan risiko dehidrasi saat puasa. Oleh karenanya, hindari penggunaan bumbu-bumbu dan garam dalam jumlah yang banyak saat memasak untuk buka puasa maupun sahur.
Paparan sinar matahari membuat tubuh cepat berkeringat dan kehilangan cairan tubuh. Hindari beraktivitas di bawah paparan sinar matahari atau gunakan payung/topi.
Jika Anda ingin berolahraga, waktu yang tepat adalah setelah berbuka puasa agar tubuh telah mendapatkan asupan cairan yang hilang.
Meminum air hangat sebanyak delapan sampai 12 cangkir di antara saat berbuaka puasa dan sahur sangat disarankan untuk menghindari risiko dehidrasi saat puasa.
Anda dapat mengonsumsi makanan berkuah, buah-buahan maupun sayur-sayuran yang mengandung banyak air, atau jus dan smoothies. Minumlah sedikit demi sedikit tetapi sering.
Hindari minuman manis dengan kadar gula tinggi karena menyebabkan rasa kembung, sakit perut, dan peningkatan berat badan. Pilih air hangat untuk mencegah pembuluh darah berkontraksi dan menyebabkan gangguan pencernaan.
Hindari mengonsumsi minuman berkafein, seperti teh atau kopi saat buka puasa maupun sahur. Hal ini karena kafein bersifat diuretik dan dapat meningkatkan hilangnya cairan tubuh dan rasa haus. Sementara itu, nikotin pada rokok dapat membuat mulut menjadi kering dan meningkatkan rasa haus.
Konsumsi makanan yang manis dapat meningkatkan risiko dehidrasi saat puasa karena membuat Anda lebih cepat haus. Sebaiknya konsumsi buah-buahan yang dapat meningkatkan cairan tubuh dan menghilangkan rasa haus.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Penyebab bayi susah BAB atau sembelit dapat terjadi karena berbagai faktor, mulai dari jenis asupan makanan, dehidrasi, hingga kondisi medis tertentu yang harus diperhatikan.
Acara buka bersama memang jadi momen yang tepat untuk menjalin silaturahmi. Sayangnya, buka puasa bersama justru berpotensi mengganggu kesehatan mental Anda, mulai dari serangan kritik dari kerabat sampai mengingat kembali masa lalu yang menyakitkan.
Penderita diabetes boleh menjalankan ibadah puasa, asalkan kadar gula darahnya terkendali dengan baik dan tidak memiliki komplikasi penyakit serius lainnya.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved