Saat anak tidak naik kelas, jangan sampai ia putus asa. Motivasi dirinya dengan berbagai cara, seperti membuat rutinitas belajar hingga mendaftarkannya les tambahan.
2023-03-20 15:06:53
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Bantulah anak yang tidak naik kelas agar tetap termotivasi untuk mengulang kelasnya kembali.
Saat mengambil rapor, Anda tentunya ingin melihat hasil terbaik dari proses pembelajaran anak di sekolah. Namun, apa jadinya jika anak tidak naik kelas?
Advertisement
Wajar jika Anda merasa sedih, kecewa, dan khawatir pada situasi seperti ini. Meski begitu, ada banyak cara yang bisa dilakukan agar anak tetap termotivasi untuk mengulang kembali kelasnya.
Supaya anak tidak putus asa dan bisa memperbaiki performa akademisnya di sekolah, simaklah berbagai cara untuk membantu anak tidak naik kelas berikut ini.
Terdapat banyak alasan mengapa anak bisa tidak naik kelas. Selain nilai ujian yang buruk, sering bolos sekolah dan tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR) juga berkontribusi dalam kegagalan ini.
Maka dari itu, cobalah berbagai cara di bawah ini agar kejadian serupa tidak terulang lagi.
Langkah pertama yang perlu dilakukan orangtua saat anak tidak naik kelas adalah mengidentifikasi masalah atau penyebabnya.
Anda boleh bertanya pada anak mengenai apa yang membuatnya sampai tidak naik kelas. Jika anak telah mengutarakan penyebabnya, barulah Anda boleh membantu untuk mencari solusinya.
Kemudian, Anda disarankan berkonsultasi dan bertanya pada wali kelas di sekolah. Sebab, mereka memahami setiap karakter dan progres siswa dan siswinya. Bisa jadi wali kelasnya tahu apa penyebab anak Anda tak naik kelas.
Bantuan dari orangtua dan gurunya ini dapat membuat anak merasa didukung sehingga motivasinya untuk mengulang kelas tidaklah pudar.
Motivasi belajar yang rendah dapat menurunkan performa akademis anak di sekolah. Alhasil, mereka berpotensi tidak naik kelas.
Salah satu cara meningkatkan motivasi anak adalah menciptakan rutinitas belajar di rumah. Jadi, anak tidak hanya belajar di sekolah saja, tapi juga di lingkungan rumahnya bersama orangtua.
Misalnya, buatlah rutinitas untuk mengerjakan PR sehabis makan malam bersama-sama. Buatlah suasana belajar yang nyaman bagi anak. Namun orangtua juga perlu tegas dan menghindari berbagai gawai (gadget) yang bisa membuat anak terganggu, mulai dari smartphone hingga konsol game.
Saat anak terbiasa dengan rutinitas belajar ini, ia dapat termotivasi untuk bisa berprestasi di sekolah dan mengulang kelasnya dengan nilai yang lebih baik lagi.
Jika anak tidak naik kelas karena sulit untuk mengikuti pelajarannya di sekolah, Anda boleh mendaftarkannya les tambahan di luar lembaga sekolah.
Bisa saja guru-guru di tempat anak les memiliki metode yang lebih mudah dimengerti dan menyenangkan. Hal ini dipercaya bisa membuat anak lebih giat dalam belajar sehingga mampu mengaplikasikannya di sekolah.
Terkadang, anak juga merasa malu untuk minta didaftarkan ke tempat les. Jadi, jangan ragu-ragu untuk menawarkan hal ini pada anak.
Ada kalanya orangtua perlu lebih kritis dan tidak mudah percaya dengan apa yang anak katakan, terutama tentang hal-hal yang terjadi di sekolah.
Misalnya, anak Anda mengatakan bahwa ia tak memiliki masalah apa pun di sekolah. Untuk memastikannya, cobalah langsung tanyakan pada guru atau wali kelasnya.
Bisa jadi apa yang dikatakan oleh anak tidak senada dengan keterangan dari gurunya. Inilah pentingnya untuk terus berkomunikasi dan meminta anak berkata jujur saat ditanyai tentang masalah di sekolahnya.
Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa anak bisa belajar dengan baik di sekolah sehingga bisa naik kelas.
Dilansir dari Very Well Family, beberapa jenis gangguan mental seperti depresi dan gangguan kecemasan dapat menyebabkan anak tidak naik kelas. Perasaan stres pun bisa membuat anak sulit berkonsentrasi dan tidak menyelesaikan PR-nya.
Tak hanya itu, attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) juga dapat menjadi alasan di balik menurunnya nilai akademis anak.
Berbagai gangguan mental ini diyakini berdampak buruk pada konsentrasi, motivasi, serta daya ingat anak.
Jika ini kasusnya, bawa anak ke dokter atau psikolog untuk mencari solusi terbaiknya.
Jangan salah, rasa gugup yang dirasakan anak saat mengerjakan ujian akhir dapat berdampak pada nilai akademisnya. Jika nilainya buruk, anak berpotensi tidak naik kelas.
Apabila hal ini dialami oleh anak, ajarkan dirinya untuk menarik napas dalam-dalam saat dihadapkan dengan kertas ujian.
Melatih pernapasan dapat membantu anak mengatasi perasaan stres dan kecemasan saat sedang mengerjakan ujiannya.
Saat nilai ujian anak sudah meningkat, maka risiko tidak naik kelas dapat diturunkan.
Baca Juga
Upaya meningkatkan performa akademis anak tidak hanya melibatkan siswanya saja, tapi orangtua dan guru di sekolah. Maka dari itu, bantulah anak agar dirinya menemukan motivasi saat ia tidak naik kelas.
Jika Anda memiliki pertanyaan seputar kesehatan, jangan ragu untuk bertanya dengan dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ secara gratis. Unduh di App Store atau Google Play sekarang juga.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Teori perkembangan psikososial Erik Erikson hampir mirip dengan teori milik Sigmund Freud. Aspek psikososial adalah faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak hingga lanjut usia.
Perkembangan anak usia 10 tahun bisa terlihat dari pertumbuhan fisik, kemampuan bahasa, perkembangan kognitif, hingga menunjukkan ketertarikan pada hobi.
Bayi boleh naik pesawat mulai usia 2 minggu setelah lahir. Namun, membawa bayi berpergian naik pesawat butuh persiapan ekstra agar ia tidak rewel selama terbang di udara.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Anandika Pawitri
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved