Chatting sudah menjadi cara berkomunikasi yang sangat lazim. Namun hati-hati, ketika berada dalam sebuah hubungan, cara chat terkadang tanpa disadari bisa melampaui batas.
9 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Hindari chatting yang berlebihan dan di luar batas
Table of Content
Dalam sehari, berapa kali Anda bertukar pesan atau chat dengan orang lain? Ini sudah menjadi cara berkomunikasi yang sangat lazim. Namun hati-hati, ketika berada dalam sebuah hubungan, cara chat terkadang tanpa disadari bisa melampaui batas.
Advertisement
Definisi melampaui batas di sini tentu beragam. Mulai dari terlalu kasar, sensual, permisif, manipulatif, dan sebagainya. Meski sekilas dianggap sebagai sekadar salah satu media berkomunikasi, tapi penting mengetahui bagaimana etika bertukar pesan yang sehat dengan pasangan.
Bertukar pesan telah dilakukan pasangan jauh sebelum mereka memutuskan memulai sebuah komitmen. Ketika mulai berkenalan, tentu chat yang menjadi pintu masuk pertama.
Berikut ini beberapa strategi agar chat dengan pasangan tetap berada dalam koridor sehat:
Ketika sedang ada masalah dalam hubungan, chat bukan solusi. Jangan pernah menyelesaikannya lewat pesan teks karena ini bukan metode resolusi konflik. Sebaiknya, atur waktu untuk bertemu langsung dan berbicara dengan kepala dingin.
Dengan demikian, percakapan akan lebih jelas. Tentu semakin bisa diketahui apa yang ada di pikiran masing-masing pihak sehingga solusinya lebih jelas. Apalagi, kata-kata dalam pesan teks tidak punya intonasi sehingga rentan salah interpretasi.
Terlalu banyak melontarkan pertanyaan lewat chat bisa membuat pasangan merasa seperti sedang diinterogasi. Akibatnya, secara alami akan muncul sikap defensif dari orang yang menerima rentetan pertanyaan. Jadi, batasi pertanyaan hanya 1 atau 2 saja. Ketika sudah semakin mengenal pasangan, akan banyak waktu untuk bertanya banyak hal.
Idealnya, kalimat chat tidak perlu terlalu panjang. Buat sesederhana dan sesingkat mungkin. Orang yang menerima teks terlalu panjang akan merasa terganggu terutama jika sedang sibuk bekerja atau melakukan hal penting lainnya.
Ini juga membuat Anda dan pasangan tidak membiasakan diri mengandalkan pesan teks sebagai media berkomunikasi. Ada banyak cara lain seperti telepon, video call, atau bertemu langsung jika ingin berbicara banyak hal.
Ketika merasa emosi dan mengalami konflik dengan pasangan, sebaiknya segera letakkan ponsel. Jangan sampai justru melakukan sebaliknya, yaitu mengirimkan rangkaian chat tanpa dipikir terlebih dahulu. Bukan hanya rentan menyebabkan penyesalan, namun juga bisa menimbulkan masalah lebih besar lagi.
Salah satu cara chat yang sopan sekaligus beretika adalah dengan tahu waktu. Hormati jadwal dan waktu orang lain. Contohnya dengan tidak mengirimkan pesan teks pagi buta atau tengah malam. Ini juga berlaku ketika pasangan sedang sibuk, sebaiknya tidak mengirim pesan dan meminta direspons saat itu juga
Apabila terpaksa mengirimkan pesan di waktu-waktu yang tidak wajar, jangan lupa mengucapkan maaf terlebih dahulu. Ini adalah etika dasar yang sebaiknya tak hanya diterapkan pada pasangan, tapi juga orang lain.
Selain tahu kapan waktu yang tepat untuk mengirimkan pesan, perhatikan pula frekuensi dan durasinya. Tak perlu mengirimkan chat terus menerus karena bisa jadi indikasi pasangan terlalu bergantung dan merasa insecure.
Tak hanya berbahaya bagi yang mengirim pesan berlebihan. Pihak yang menerima pun bisa merasa risih. Jangan sampai, ini justru mengancam hubungan yang telah dibangun.
Keputusan bertukar chat yang seksi atau sensual tentu sepenuhnya berada di tangan Anda. Ketika hubungan sudah semakin dekat dan melibatkan berkirim pesan atau foto seksi di dalamnya, pastikan tetap dalam batas wajar.
Menariknya, menurut studi tim peneliti dari Spanyol pada pertengahan tahun 2019 lalu, sexting atau mengirim pesan dan menerima pesan seksual justru meningkatkan risiko terjadinya konflik.
Selain itu, tidak ada jaminan apakah foto, teks, atau video yang Anda kirimkan tidak tersebar. Jadi, pastikan mengirimkan atas persetujuan kedua belah pihak. Tapi, frekuensinya jangan berlebihan. Membangun keintiman saat adalah opsi yang jauh lebih baik.
Menerima chat berisi hal positif tentu menyenangkan. bahkan, ini bisa membangun kedekatan dengan pasangan. Kepuasan terhadap hubungan pun akan meningkat pula. Tak perlu heboh, cukup mengirim pesan singkat sesekali untuk tahu bahwa Anda memikirkan mereka.
Baca Juga
Kenali pula tanda-tanda menjalin hubungan dengan orang yang mendominasi bahkan bersifat manipulatif. Contohnya mengirim chat setiap saat untuk tahu di mana Anda berada, sedang apa, dan bersama siapa saja. Bahkan, bisa saja disertai dengan kecurigaan yang tidak perlu.
Hubungan semacam ini tentu tidak sehat. Bisa saja kendali berlebihan ini menunjukkan perilaku pasangan yang posesif. Tentukan batas toleransi ketika menghadapi pasangan semacam ini.
Tak kalah penting, selalu ingat bahwa pesan teks bukanlah media komunikasi satu-satunya, bukan pula cara membereskan konflik. Ketika ada yang mengganjal seputar cara berkomunikasi, bicarakan secara langsung sehingga jelas duduk perkaranya.
Untuk berdiskusi lebih lanjut seputar bahaya mengirim foto seksi dengan kemungkinan cyberstalking, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Nihilisme adalah pandangan hidup yang menganggap tidak ada nilai, makna, atau keteraturan yang melekat pada kehidupan. Ini bisa dipandang sebagai sesuatu yang positif dan negatif bagi kesehatan mental.
Banyak orang mengaku dirinya perfeksionis. Apakah Anda juga termasuk? Orang perfeksionis memasang standar yang begitu tinggi dalam melakukan sesuatu dan terobsesi untuk menjadi sempurna.
Sejak dulu pertanyaan mana yang lebih penting antara IQ vs EQ kerap menjadi perdebatan. Di satu sisi, kecerdasan intelektual dianggap sebagai aspek penting seseorang bisa berdaya guna dalam kehidupan. Di sisi lain, aspek emosional tak kalah penting utamanya mengingat manusia adalah makhluk sosial.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Veranita
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved