Cara agar tidak membenci diri sendiri adalah membiasakan berpikir positif dan hindari sifat perfeksionis yang membuat diri merasa selalu kurang
19 Mar 2021
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Membenci diri sendiri dapat berdampak buruk bagi kesehatan mental
Table of Content
Hanya butuh waktu satu detik untuk membenci diri sendiri. Pemikiran sederhana seperti membandingkan diri dengan orang lain bisa berlangsung kapan saja. Di dunia nyata, juga dunia maya. Sayangnya, meski sederhana konsekuensi dari hal ini bisa cukup signifikan.
Advertisement
Apa yang terpampang di media sosial juga menjadi bahan bakar yang membuat self-hatred semakin menyala. Bagi orang yang sudah memiliki kondisi mental seperti depresi atau gangguan kecemasan sebelumnya, ini juga bisa menjadi pintu masuk terbersitnya suicidal thought.
Wajar jika ada keraguan apakah pikiran yang muncul merupakan bentuk self-hatred atau bukan. Beberapa gejala yang umum dan bisa menjadi indikator terjadinya self-loathing adalah:
Kerap mengancam diri sendiri secara berlebihan bisa jadi tanda self-loathing. Artinya, hidup dianggap sebagai daftar ultimatum yang harus dipenuhi. Apabila tidak terpenuhi, artinya diri sendiri adalah orang yang gagal. Daftar ini bisa menjadi semakin panjang dengan ancaman sangat berlebih.
Beri perhatian apabila Anda terlalu fokus pada hal negatif setiap saat. Seakan tidak ada celah untuk memikirkan hal menyenangkan di sekitar karena pikiran terlalu terserap pada apa yang tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Meski tidak didasari bukti, kerap kali orang yang terjebak membenci diri sendiri terlalu menganggap perasaan sebagai fakta. Jadi, bukannya berpikir, “Saya merasa gagal” tapi pemikiran yang ditanamkan adalah “Saya gagal”.
Tidak jarang, orang yang sibuk dengan pemikiran self-hatred ini memiliki self esteem rendah. Mereka merasa tidak cukup baik untuk berada di sekitar teman atau keluarga. Belum lagi perasaan kurang layak mencari pekerjaan baru atau mendapat promosi, hingga mencoret diri sendiri dari peluang baru di luar sana.
Apabila keempat hal di atas terasa familiar, jangan panik. Wajar jika merasa kewalahan. Namun satu hal yang penting untuk terus diingat: Setiap individu itu berharga dan layak dicintai.
Baca juga: Cara Mengatasi Monday Blues untuk Anda yang Benci Hari Senin
Apabila dibiarkan, pemikiran membenci diri sendiri ini akan membesar. Bergulir tak terkendali layaknya bola salju. Sebelum terlambat, coba lakukan beberapa cara berhenti membenci diri sendiri, seperti:
Tentu ada alasan mengapa seseorang membenci dirinya sendiri. Temukan akar masalah ini. Coba duduk dan mengingat apa yang berpotensi menjadi pemicu paling awal. Menulis jurnal atau buku harian bisa membantu proses ini.
Tak harus menulis. Merekam suara atau video juga bisa dilakukan untuk mencari apa akar masalahnya. Perlahan, akan terlihat bagaimana pola pemikiran negatif ini terjadi dan cara menghindarinya.
Coba bicara dengan diri sendiri untuk menantang pemikiran negatif yang muncul. Sangat wajar merancang monolog dalam pikiran untuk menantang seluruh kritik yang muncul. Kemudian, berlatihlah untuk menantang dan membantah hal itu.
Ketika berada dalam mood terbaik, coba tuliskan apa saja hal yang Anda banggakan tentang diri sendiri. Tidak ada yang terlintas? Tenang. Rasa mencintai diri sendiri adalah emosi yang begitu kuat dan terkadang sulit dikenali saat berada di titik rendah.
Coba kenali lewat hal atau komentar yang pernah disampaikan orang lain. Saat ada pujian, jangan langsung membantahnya. Berterima kasihlah dan anggap itu sebagai kelebihan diri Anda.
Ketika muncul pemikiran self-loathing, lihat daftar ini. Jangan lupa ambil napas dalam untuk menghalau pemikiran negatif dan lakukan positive self-talk.
Apabila sumber kebencian terhadap diri sendiri berasal dari orang-orang di sekitar seperti teman dan rekan kerja, ada baiknya memilih lingkaran yang lebih sehat.
Coba cermati, apakah self-hatred ini berakar dari komentar-komentar pedas yang kerap mereka lontarkan? Jika iya, ada baiknya menghabiskan waktu dengan orang-orang yang menyenangkan.
Pilih interaksi sosial yang positif. Jangan justru menutup diri karena sebagai makhluk sosial, Anda perlu terhubung dengan orang lain. Ciri-ciri dari lingkungan positif ini adalah bisa membuat Anda merasa dihargai dan dipedulikan.
Sedikit berbeda dengan self-love, self-compassion adalah kemampuan menerima seluruh kesalahan, kegagalan, pemikiran negatif, dan memahami semuanya sebagai hal wajar dalam kehidupan seseorang individu. Di saat yang sama, maafkan diri sendiri ketika “menyerang” di saat merasa frustrasi.
Ingatkan diri sendiri bahwa setiap orang pasti melakukan kesalahan. Ini manusiawi. Memang melatih self-compassion ini tidak mudah. Namun sangat bisa dilatih dari waktu ke waktu.
Hidup tak selamanya harus sempurna. Tuntutan perfeksionisme perlu dikendalikan agar lebih mudah menerima ketika situasi berjalan tak sesuai ekspektasi. Tetap terima semua keterbatasan diri hingga kemungkinan melakukan kesalahan.
Jangan ragu berkomunikasi dengan orang yang paling dipercaya ketika pikiran terasa kian tak terkendali. Mereka bisa memberikan pendapat yang paling murni sekaligus mengingatkan kembali bahwa Anda layak dihargai dan dicintai.
Baca juga: Misophonia, Gangguan yang Membuat Anda Benci Terhadap Suara Tertentu
Tak kalah penting, coba berhenti membandingkan pencapaian atau penampilan dengan orang lain. Memang ini wajar, namun tak perlu menjadikannya sebagai indikator penilaian terhadap diri sendiri.
Terima saja bahwa setiap orang memang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tak harus disamakan, tak harus dibandingkan. Dengan cara ini, Anda akan lebih mudah menerima diri sendiri dan tidak terjebak dalam pusaran kebencian.
Untuk berdiskusi lebih lanjut seputar dampak pemikiran negatif terhadap kesehatan mental, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Jarang dibelai adalah istilah yang kerap disematkan bagi seseorang yang kurang mendapat kasih sayang. Menariknya, ternyata itu bukan sekadar istilah. Ada kondisi touch starvation yaitu ketika seseorang membutuhkan kontak fisik atau sentuhan dari sesama.
Sakit jiwa tidak bisa sembuh total tetapi sangat mungkin untuk diredakan gejalanya sehingga pengidap gangguan jiwa bisa menjalani aktivitas sehari-hari tanpa gangguan. Sakit jiwa dikatakan tidak bisa sembuh total karena kemungkinan kambuhnya cukup tinggi.
Berdamai dengan diri sendiri tidak semudah itu dan membutuhkan proses. Anda bisa mencoba memaafkan diri sendiri dengan mengakui kesalahan yang telah diperbuat.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved