1000 hari pertama kehidupan adalah masa yang dimulai sejak anak berada dalam kandungan sampai berusia dua tahun. Pada peridoe emas ini, perhatikan capaian tumbuh kembang si kecil.
Ditinjau secara medis oleh dr. Karlina Lestari
20 Apr 2023
1000 hari pertama dalam kehidupan adalah periode yang sangat penting bagi anak
Table of Content
Perjalanan tumbuh kembang anak sejak dari dalam kandungan akan memberikan pengaruh dalam jangka panjang, hingga ia dewasa. Khususnya pada masa 1000 hari pertama kehidupan (HPK) si Buah Hati.
Advertisement
1000 hari pertama kehidupan adalah masa yang dimulai sejak anak berada dalam kandungan (270 hari) sampai berusia 2 tahun (730 hari). Agar tumbuh kembang anak yang maksimal bisa tercapai, maka Bunda perlu mulai memberikan stimulasi yang baik, sejak anak masih di dalam kandungan.
Periode 1000 HPK adalah disebut sebagai masa keemasan tumbuh kembang anak. Pada masa inilah Si Buah Hati akan membangun fondasi kehidupannya dari segi kesehatan, pertumbuhan, hingga perkembangan saraf.
Sekitar 24 jam setelah pembuahan, sel telur akan berkembang menjadi banyak sel. Selanjutnya, membentuk embrio dalam waktu tiga minggu. Pada saat itu, sel-sel saraf pertama mulai terbentuk.
Embrio berubah menjadi janin dan berbagai perkembangan pun terjadi dalam kandungan. Pada trimester pertama, janin seukuran kacang merah dan terus berkembang hingga seukuran labu kecil.
Berbagai organ tubuhnya, seperti jantung, otak, sumsum tulang belakang, mata, dan lainnya terbentuk serta dapat berfungsi dengan baik.
Agar tumbuh kembang anak pada 1000 hari pertama kehidupan bisa maksimal, Anda perlu memberikan stimulasi yang tepat, sejak bayi masih berada di dalam kandungan. Dengan stimulasi yang tepat, maka perkembangan fisik dan kognitif pada anak dapat berlangsung dengan baik.
Stimulasi yang dilakukan pada janin, akan membuat koneksi saraf ke otak lebih optimal. Sehingga, fungsi sensoris atau panca inderanya pun bisa berkembang dengan baik. Berikut ini tahapan stimulasi tumbuh kembang anak yang dapat ibu hamil lakukan sesuai usia janin:
Pada trimester ini, Anda dapat memberikan stimulasi gizi dengan menjalani pola makan sehat. Pastikan kebutuhan gizi terpenuhi dengan mengonsumsi makanan tinggi vitamin dan mineral, seperti folat, zat besi, dan lainnya.
Selain itu, gerakan refleks pada janin juga mulai berkembang. Jadi, selain memenuhi asupan gizi, Anda disarankan untuk mulai rutin menyentuh perut. Hal ini juga akan membantu mengembangkan ikatan emosional antara ibu dan janin.
Trimester kedua adalah saatnya fungsi pendengaran mulai berkembang. Sehingga, orangtua dapat mulai memberikan stimulasi dengan sering mengajak berkomunikasi, mendongeng atau melantunkan musik. Hal tersebut juga baik dilakukan untuk mengenalkan janin terhadap suara-suara di lingkungannya.
Pemberian stimulasi pada area sentuhan, pendengaran, cahaya dapat dilakukan secara teratur. Namun, Anda juga perlu ingat untuk tidak melakukannya secara berlebihan.
Selain itu, Anda juga perlu menjaga kondisi emosi. Tetaplah merasa nyaman dan tenang karena hal ini sangat berpengaruh pada kondisi emosi janin kelak.
Selain melanjutkan stimulasi panca indera, pada trimester ini, Anda juga dapat mulai mencicipi rasa dan tekstur makanan yang beragam. Selain itu, janin juga sudah dapat merespon dengan gerakan-gerakan yang dapat dirasakan ketika perut ibu disentuh.
Melibatkan angota keluarga dan menciptakan suasana lingkungan yang nyaman dan menyenangkan turut mengembangkan emosi positif pada janin.
Pemberian stimulasi sejak dalam kandungan, akan berdampak baik dalam milestones anak. Milestones adalah tonggak perkembangan anak berdasarkan usia.
Pada periode 1000 hari pertama kehidupan, ada beberapa hal yang akan terjadi pada tumbuh kembang anak, yaitu aspek fisik-motorik, kognitif, bahasa, dan sosio-emosional.
Setelah bayi dilahirkan, tahap selanjutnya dari 1000 hari pertama kehidupannya akan dimulai. Berikut ini tahapan tumbuh kembang anak dari aspek fisik-motorik, yang bisa Anda jadikan acuan:
Pada usia ini, bayi akan belajar untuk mengangkat kepala saat tengkurap, refleks menggenggam tangan dengan kuat, mampu mengikuti obyek yang dilihatnya, mengekspresikan senyum dan emosi yang dirasakannya, hingga belajar proses berguling dan telentang. Untuk menunjang tumbuh kembang si kecil, pastikan ibu memberinya ASI eksklusif.
Memasuki usia 5 bulan ke atas, kepala bayi sudah lebih kuat untuk ditegakkan saat tengkurap bahkan saat duduk. Bayi juga sudah dapat menggenggam suatu obyek ringan sendiri, memindahkan obyek dari tangan satu ke tangan lain, menggoyangkan badan ketika mendengarkan musik, mulai merangkak. Pada masa ini, selain pemberian ASI, ibu juga bisa memberi si kecil makanan pendamping ASI (MPASI) untuk pemenuhan gizinya.
Tumbuh kembang anak sudah semakin pesat pada usia ini. Bayi mulai senang merambat lemari dan tangga sebagai tahapan sebelum berjalan. Ia juga sudah dapat mengambil sesuatu, duduk tanpa bantuan, melambaikan tangan, hingga bermain sembunyi obyek dengan senang.
Memasuki usia satu hingga dua tahun, anak sudah lebih banyak mengembangkan kemampuan fisik motoriknya, seperti berjalan tanpa bantuan, mendorong mainan sendiri, meremas kertas, hingga mulai belajar memainkan suatu obyek seperti sepeda. Berat badan anak juga sudah semakin meningkat.
Perkembangan aspek kognitif pada bayi usia 0-2 tahun dikenal sebagai tahap sensori-motorik. Pada 1000 HPK ini, bayi akan belajar mengenai:
Misalnya, bayi mulai suka mengisap jempol sebagai bentuk transisi dari mengisap puting ibunya. Bayi juga belajar untuk meniru apa yang dilihatnya, seperti meniru ekspresi wajah orang dewasa yang mengajaknya mengobrol.
Lima kemampuan bayi yang akan berkembang pada tahap sensori-motorik adalah imitasi, obyek permanen, perkembangan simbolik, kategorisasi, dan angka.
Tumbuh kembang anak dari segi kemampuan berbahasa adalah salah satu aspek yang paling terlihat pengaruhnya apabila dioptimalkan saat 1000 hari pertama kehidupan si Kecil.
Berikut ini tahapan perkembangan berbahasa anak sesuai usianya:
Pada aspek bahasa, ketika bayi lahir hingga usia 4 bulan, ia mengandalkan tangisan sebagai bentuk komunikasi dengan orang di sekitarnya, seperti kondisi lapar, tidak nyaman karena popok penuh, dan sakit.
Ketika memasuki usia 4 minggu, bayi mulai belajar untuk membedakan suara ayah dan ibunya. Sehingga, ia pun mulai mengoceh (cooing) dengan gerakan bibir ketika usia 2 bulan.
Pada usia ini, ocehan bayi sudah semakin sering terdengar. Selanjutnya tahapan bagi orangtua untuk mendengar suara yang seperti berasal dari bagian belakang lidah, seperti suara “g” dan “k”. Atau suara bibir seperti “m”, “w”, “p”, dan “b”.
Ketika berusia 6 bulan, Si Kecil mulai bisa menggabungkan huruf konsonan dan huruf vokal, seperti mengucapkan “Da”, “Ma”, “Pa”, dan “Na” (babbling). Bayi juga akan mulai dapat memahami bahwa nama yang sering disebut ditujukan untuknya.
Ocehan bayi akan mulai terdengar seperti kata (misalnya “gaga”). Dan ia akan sering mengulangi kata-kata tersebut berulang kali.
Lalu pada usia 9-10 bulan, bayi mulai mengerti arti gerak tubuh, mampu menunjuk atau menggerutu untuk menunjukkan apa yang ia inginkan.
Ia juga mulai mampu mengendalikan dan mengkombinasikan suara, seperti kata-kata sapaan (seperti “hai” atau “dadah”), orang (“ma, ma” atau “da, da”), binatang peliharaan (“guk, guk” untuk anjing atau “pus” untuk kucing), dan makanan (seperti “mam, mam” untuk makan, dan “cu, cu” untuk susu).
Selain itu, bayi juga mulai mengenali intonasi, dan tahu bahwa intonasi tinggi seringkali berarti “tidak” atau “jangan” sehingga ia pun mulai belajar kata “nda, nda” untuk jangan atau tidak.
Memasuki usia satu tahun, bayi akan mampu mengeluarkan kata pertamanya. Awalnya perbendaharaan katanya bertambah sangat pelan, hanya beberapa kata setiap bulannya.
Kemudian setelah berbulan-bulan, tiba-tiba ia akan mulai belajar banyak kata dengan sangat cepat, bahkan hingga sembilan kata per hari.
Pada usia ini ini terjadi “ledakan bahasa” yang terkadang diikuti dengan menggabungkan kata, seperti bertanya “apa itu” menjadi “pa-tu” yang kadang bisa jadi sangat mirip dengan saat ia mengucapkan “sepatu”.
Bayi mulai lebih banyak berbicara pada tahap ini, sehingga bersabarlah saat menghadapinya karena menanggapi pertanyaan atau permintaannya bisa sangat melelahkan.
Secara emosi, bayi dapat menjadi mudah kesal/mengambek karena orang di sekitarnya tidak tahu apa yang sebenarnya ia inginkan.
Perkembangan sosio-emosional pertama pada bayi dikenal dengan tahapan trust vs mistrust (0-18 bulan). Komponen awal yang sangat penting untuk tumbuh kembang anak adalah trust (rasa percaya).
Pada bulan-bulan awal kehidupannya, bayi akan mengembangkan rasa percaya terhadap orang dan objek. Bayi membutuhkan rasa aman dan rasa percaya pada lingkungannya, serta perlu mengembangkan keseimbangan antara trust (membentuk hubungan intim) dan mistrust (melindungi diri mereka sendiri).
Jika didominasi oleh trust, anak akan mengembangkan hope (harapan). Anak akan percaya bahwa mereka dapat memenuhi kebutuhan dan memperoleh keinginan mereka. Sedangkan jika didominasi oleh mistrust, maka anak akan memandang dunia tidak bersahabat, tidak dapat diprediksi, dan sulit untuk dijalani.
Aspek sosio-emosional anak juga akan dipengaruhi oleh peran ibu. Ibu adalah perantara yang tepat antara bayi dengan lingkungan.
Hubungan ibu dan anak yang harmonis, yaitu melalui pemenuhan kebutuhan fisik, psikologis, dan sosial, merupakan pengalaman dasar rasa percaya bagi anak. Apabila pada 1000 hari pertama kehidupan rasa percaya anak tidak tercapai, maka dapat timbul berbagai masalah.
Mistrust timbul bila pengalaman untuk meningkatkan trust kurang. Mistrust juga bisa terjadi apabila kebutuhan dasar tidak terpenuhi secara adekuat, yaitu kurangnya pemenuhan kebutuhan fisik, psikologis, dan sosial yang kurang.
Sebagai contoh, bayi tidak mendapat minuman atau air susu ketika ia lapar, atau bayi yang tidak mendapat respons ketika ia menggigit dot botol dan sebagainya.
Stimulasi anak pada 1000 HPK sangatlah penting untuk perkembangan otaknya, hingga menjaga kesehatan fisiknya. Pemberian stimulasi yang kurang optimal atau berlebihan, tentu akan berdampak pada kehidupannya secara permanen.
Penulis:
Finda Diftrianita, M.Psi.
Psikolog Anak RS AZRA Bogor
Advertisement
Ditulis oleh Finda Diftrianita, M.Psi
Referensi
Artikel Terkait
Lingkar lengan atas atau LiLA dapat digunakan untuk mengukur status gizi bayi. Ini dilakukan ketika berat dan tinggi badan tidak bisa dinilai secara akurat untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi.
18 Sep 2023
Anak terlambat bicara biasanya terdeteksi pada usia 18-30 bulan. Salah satu penanda anak terlambat bicara adalah kosakata tidak sebanyak teman-teman sebayanya. Hal ini berbeda dengan anak yang menderita autisme.
14 Jun 2019
Diskalkulia adalah kesulitan dalam memahami konsep matematika, misalnya berhitung. Anak dengan kondisi ini akan menunjukkan tanda-tanda khusus yang harus diperhatikan orangtua.
28 Apr 2021
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved