Kekhawatiran akan kasus COVID-19 juga dirasakan oleh ibu hamil. Tak sedikit yang berpikir bahwa COVID-19 mungkin dapat menyerang janin di kandungannya.
5 Mar 2020
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Tak sedikit ibu hamil yang berpikir bahwa virus corona mungkin saja dapat menyerang janin dalam kandungan
Table of Content
Virus corona memang masih membuat sebagian besar masyarakat menjadi resah. Terlebih, sejak Presiden Joko Widodo mengumumkan adanya dua orang warga Indonesia yang dinyatakan positif terinfeksi COVID-19 pada Senin, 3 Maret 2020 lalu.
Advertisement
Kekhawatiran akan kasus COVID-19 juga tentunya dirasakan oleh ibu hamil. Tak sedikit ibu hamil yang berpikir bahwa covid menular ke bayi yang ada di dalam kandungannya. Lantas, benarkah demikian?
Virus corona yang ditemukan pertama kali di Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok telah menyebar sangat cepat dan menginfeksi lebih dari 60 ribu orang di sekitar 60 negara berbeda di dunia, tak terkecuali di Indonesia.
Lantaran sudah ada kasus positif terinfeksi COVID-19 di Indonesia, tak sedikit masyarakat yang menjadi semakin resah, termasuk ibu hamil. Tak ayal bila para ibu hamil memiliki kekhawatiran bila virus corona dapat menyerang janin yang tengah dikandungnya.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, belum ada laporan ilmiah yang dapat membuktikan kerentanan perempuan hamil terhadap virus corona.
Perempuan hamil mengalami perubahan imunologis dan fisiologis yang mungkin membuatnya lebih rentan terhadap infeksi pernapasan virus, termasuk virus corona. COVID-19 dapat menyebar melalui tetesan cairan tubuh penderita, seperti air liur saat batuk dan bersin.
Namun, dalam serangkaian kasus baru pada bayi lahir dari ibu yang terinfeksi COVID-19, tidak terdapat bayi yang terbukti positif terkena virus tersebut.
Sebuah studi pun juga dilakukan guna meneliti kerentanan ibu hamil terhadap penyakit pernapasan. Studi tersebut berawal ketika ada bayi baru lahir yang ibunya terinfeksi COVID-19 pada kurun waktu 36 jam setelah melahirkan.
Berita tersebut kemudian mendorong para ilmuwan untuk mencari tahu apakah COVID-19 dapat ditularkan ke janin di dalam rahim atau tidak. Studi yang dilakukan melibatkan 9 orang wanita hamil pada trimester ketiga berusia 26-40 tahun yang didiagnosis mengidap pneumonia yang disebabkan oleh COVID-19.
Hasil studi mengungkapkan bahwa virus tidak dapat ditularkan dari ibu ke janin di dalam rahim. Kesembilan wanita tersebut sukses melahirkan bayi mereka melalui persalinan Caesar.
Wei Zhang, seorang profesor sekaligus peneliti studi dari Universitas Northwestern Feinberg School of Medicine mengungkapkan bahwa virus corona tampaknya tidak dapat menular melalui penularan secara vertikal, seperti cairan ketuban, darah tali pusat, atau air susu ibu (ASI).
Sampel cairan ketuban, darah tali pusat, ASI, dan usap tenggorokan neonatal kesembilan partisipan studi yang telah diuji untuk sindrom pernapasan akut coronavirus 2 (SARS-Cov-2), ternyata didapatkan hasil semuanya negatif.
Akan tetapi, masih terlalu dini untuk mengetahui dampak pada bayi yang ibunya terinfeksi COVID-19.
Pasalnya penelitian hanya dilakukan pada wanita hamil trimester ketiga sehingga tidak dapat diketahui efeknya terhadap wanita hamil dengan usia kehamilan trimester pertama pertama dan kedua.
Selain itu, partisipan studi yang diteliti seluruhnya melalui persalinan Caesar. Jadi, belum dapat diketahui efeknya pada wanita yang melahirkan secara normal.
Cara virus corona menular ke janin pun masih belum dapat diketahui. Dr. Jennifer Wu, seorang obgyn di Lenox Hill Hospital, menyatakan bahwa bila virus menyebar melalui tetesan cairan pernapasan, maka risiko penularan seharusnya akan sama antara persalinan normal dan persalinan Caesar.
Namun, jika infeksi virus menyebar melalui darah atau cairan tubuh, seperti HIV, maka risiko penularan virus dapat dikurangi melalui operasi Caesar.
Sampai saat ini belum ditemukan laporan ilmiah yang mengungkapkan dampak negatif pada bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi COVID-19.
Akan tetapi, kondisi bayi lahir prematur, bayi cacat lahir, berat badan lahir rendah, merupakan beberapa dampak negatif yang terjadi pada kasus infeksi virus corona lainnya, seperti SARS-CoV dan MERS-CoV, selama masa kehamilan.
Hingga saat ini belum ada penelitian yang menyatakan bahwa infeksi COVID-19 dapat menular lewat ASI. Oleh sebab itu, ibu menyusui yang terinfeksi virus Corona masih diperbolehkan untuk menyusui bayinya.
Namun, penularan dari ibu menyusui ke bayinya tetap ada, yaitu melalui kontak langsung seperti menyentuh dengan tangan yang belum dicuci, atau ketika batuk dan bersin dekat bayinya.
Untuk mencegah penularan virus saat menyusui bayi, Anda bisa menerapkan sejumlah langkah berikut:
Jika tidak ingin terjadinya risiko penularan, maka Anda bisa memberikan susu formula untuk pengganti ASI sementara.
COVID-19 adalah penyakit baru sehingga pencegahan dan pengobatan penularannya pun masih terus dikembangkan, termasuk pada ibu hamil. Untuk sementara waktu, Anda dapat melindungi diri dari infeksi virus corona dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
Baca Juga
Virus corona jenis baru dikenal sebagai virus mutasi ganda yang bisa lebih memengaruhi anak-anak daripada orang dewasa. Selain itu, virus ini diketahui lebih cepat menular daripada virus corona sebelumnya.
Untuk itu, Anda perlu menerapkan langkah pencegahan lebih ketat pada bayi agar tidak turut tertular virus corona jenis baru ini. Sejumlah langkah pencegahan yang bisa dilakukan adalah:
Hingga saat ini diketahui bahwa anak-anak termasuk bayi belum bisa mendapatkan vaksin COVID-19. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya seperti sistem kekebalan tubuh bayi dan anak-anak berbeda dengan orang dewasa, sehingga dosis vaksin yang dibutuhkan juga tidak sama.
Selain itu, sampai saat ini, peneliti masih ingin memastikan bahwa vaksin virus Corona yang diberikan pada orang dewasa memang juga efektif dan aman untuk anak-anak.
Oleh sebab itu, hingga saat ini, pemberian vaksin belum dilakukan pada bayi dan anak-anak dan masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan keamanan dan efektivitas pemberian vaksin tersebut.
Hasil penelitian terbaru mengungkapkan bahwa jenis virus corona baru tidak dapat menular dari ibu hamil ke janin yang tengah dikandungnya. Pada penelitian tersebut, seluruh partisipan ibu hamil yang diteliti berhasil melahirkan melalui proses persalinan Caesar.
Akan tetapi, masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kerentanan ibu hamil terhadap penularan penyakit pernapasan. Yang terpenting, pastikan Anda selalu menjaga kesehatan dan kebersihan guna meminimalkan terjadinya risiko penularan virus corona pada ibu hamil.
Jika Anda merasa telah terpapar virus corona dan sedang dalam kondisi hamil, segera hubungi dokter kandungan mengenai kondisi Anda saat ini. Dokter mungkin akan memberitahu beberapa gejala yang perlu diperhatikan atau diawasi.
Kemungkinan, dokter akan memberikan Anda acetaminophen jika terjadi demam sebagai bentuk gejala dari COVID-19. Obat tersebut berguna untuk menurunkan suhu tubuh. Anda juga perlu banyak beristirahat dan minum banyak air putih.
Jika gejala memburuk, sebaiknya segeralah menuju rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Terutama ketika gejala sulit bernapas mulai dirasakan dan memburuk.
Jika ingin berkonsultasi langsung pada dokter, Anda bisa chat dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ.
Download aplikasinya sekarang di Google Play dan Apple Store.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Cacar monyet yang kebanyakan hanya terjadi di Afrika tersebut kini telah masuk Singapura. Lalu, apakah virus tersebut berisiko menyebar hingga ke Indonesia? Pasalnya, tidak hanya dari hewan ke manusia, penyakit ini juga bisa menular antarmanusia.
Persiapan tahun ajaran baru di masa pandemi harus lebih ekstra ketimbang masa biasa. Khususnya, dalam membekali anak pengetahuan soal protokol kesehatan.
Perbedaan flek hamil dan haid perlu Anda ketahui agar dapat ditangani dengan tepat. Perbedaan flek ini dapat Anda lihat dari warna dan jumlah pendarahannya.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved