Kekerasan pada anak adalah setiap perbuatan yang dilakukan pada anak hingga menyebabkan anak sengsara atau menderita secara fisik, psikis, seksual, dan/atau terlantar.
2023-03-18 06:01:48
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Kekerasan fisik merupakan bentuk kekerasan pada anak yang sering terjadi
Table of Content
Di media massa atau di sekeliling kita, kekerasan pada anak kerap kali terjadi. Pelakunya beragam, mulai dari oleh orangtua sendiri, kerabat, hingga pihak-pihak tidak bertanggungjawab lainnya.
Advertisement
Sebagian korban kekerasan terhadap anak bahkan sampai kehilangan nyawanya. Beberapa kasus kekerasan pada anak di Indonesia sempat mendapat perhatian khusus, seperti kasus Arie Hanggara dan Angeline.
Tahukah Anda bahwa kekerasan terhadap anak tidak hanya sebatas kekerasan fisik saja, namun ada beragam jenis kekerasan pada anak yang mungkin tidak pernah Anda sadari sebelumnya.
Kekerasan pada anak adalah setiap perbuatan yang dilakukan pada anak hingga menyebabkan anak sengsara atau menderita secara fisik, psikis, seksual, dan/atau terlantar.
Kekerasan terhadap anak tidak hanya terjadi di keluarga yang miskin atau lingkungan yang buruk. Fenomena ini dapat terjadi pada semua kelompok ras, ekonomi, dan budaya. Bahkan pada keluarga yang terlihat harmonis pun bisa saja terjadi KDRT pada anak.
Penyebab kekerasan pada anak dapat dipicu oleh beberapa faktor, seperti pernah menjadi korban kekerasan, menderita penyakit fisik atau mental (depresi atau gangguan stres pascatrauma), mengalami krisis keluarga, pemahaman yang buruk mengenai pengasuhan anak, kemiskinan, atau penyalahgunaan zat.
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan, sebagian besar pelaku kekerasan pada anak merupakan anggota keluarga atau orang lain yang dekat dengan keluarga.
Oleh sebab itu, Anda harus lebih berhati-hati dalam melindungi anak. Meski tidak menutup kemungkinan bahwa orang asing juga bisa melakukannya.
Selain itu, kekerasan terhadap anak juga bisa terjadi secara tidak sengaja. Dengan kata lain, tidak ada niatan awal untuk menyakiti anak atau memang memiliki masalah kejiwaan sehingga pelaku bertindak di luar kesadaran.
Sebagian orang mungkin menganggap bahwa kekerasan terhadap anak hanyalah seputar kekerasan fisik. Namun, itu hanyalah salah satu bentuk kekerasan pada anak. Terdapat beberapa jenis kekerasan pada anak yang perlu Anda ketahui, di antaranya:
Kekerasan fisik pada anak merupakan kekerasan yang terjadi ketika seseorang menyakiti tubuh anak atau membuat fisiknya dalam keadaan yang berbahaya.
Anak yang mendapat kekerasan fisik dapat mengalami luka yang ringan, berat, hingga meninggal. Contoh bentuk kekerasan fisik, yaitu memukul, melempar, mencekik, menyundut rokok pada anak, dan semacamnya.
Kekerasan fisik pada anak dapat ditandai dengan cedera, lebam, atau bekas luka di tubuh. Anak pun bisa terlihat meringis kesakitan.
Ada banyak cara lain yang lebih efektif untuk mendisiplinkan anak tanpa harus membuatnya trauma atau meninggalkan luka pada tubuhnya. Anda bisa melakukan pendekatan secara personal dengan anak untuk dapat memecahkan masalah tanpa harus melakukan kekerasan fisik.
Tak hanya fisik yang dapat tersakiti, mental anak juga bisa terganggu ketika mendapat kekerasan emosional. Kekerasan emosional merupakan kekerasan yang terjadi ketika seseorang menyakiti mental anak hingga membahayakan perkembangan emosinya.
Contoh tindak kekerasan emosional, yaitu membentak, meremehkan, menggertak, mempermalukan, meneriaki, memandang sinis, mengancam, mengisolasi, dan tidak menunjukkan kasih sayang.
Tindakan tersebut dapat ditunjukkan melalui kekerasan psikis atau kekerasan verbal pada anak. Apabila Anda melihat tanda-tanda berikut, bisa jadi anak Anda sedang mengalami efek dari kekerasan emosional:
Kekerasan seksual merupakan segala jenis aktivitas seksual dengan anak. Tidak hanya kontak fisik, kekerasan seksual juga bisa melalui verbal ataupun materi lain yang dapat melecehkan anak.
Contoh kekerasan pada anak dalam konteks seksual, yakni melakukan kontak seksual dengan anak (mulai dari berciuman ataupun melakukan hubungan seks), memaksa anak mengambil foto atau video porno, melakukan call sex, menunjukkan alat vital pada anak, mempertontonkan film porno, dan lainnya.
Ciri-ciri anak yang mengalami kekerasan seksual dapat ditandai dengan menarik diri dari pergaulan, sulit tidur, tidak bisa jauh dari orangtua, menghindari orang tertentu (pelaku kekerasan), berbicara mengenai seks secara eksplisit, mengeluhkan rasa sakit di area kemaluan, sulit berkonsentrasi dalam belajar, hingga nilai menurun.
Anak-anak yang menjadi korban kekerasan seksual sering kali disuap atau diancam oleh pelaku agar tidak menceritakan perbuatannya pada orang lain.
Penelantaran merupakan salah satu bentuk kekerasan terhadap anak. Ini terjadi ketika orangtua, pengasuh, atau orang dewasa lainnya tidak merawat atau melindungi anak sehingga anak menjadi terlantar.
Tidak menyediakan kebutuhan dasar anak, seperti makanan, pakaian, dan kesehatan, juga merupakan bentuk penelantaran anak. Selain itu, meninggalkan anak sendirian untuk waktu yang lama, atau dalam keadaan yang berbahaya juga termasuk dalam penelantaran anak.
Tanda-tanda penelantaran anak adalah memiliki berat atau tinggi badan yang buruk, tubuh atau pakaian tampak kumal, tidak memiliki pakaian atau perlengkapan kebutuhan yang memadai, mengambil makanan atau uang tanpa izin, jarang masuk sekolah, dan kurangnya perhatian untuk perawatan medis.
Dalam kebanyakan kasus, anak-anak yang mendapat kekerasan lebih menderita secara mental. Kekerasan pada anak tentu akan memberi efek pada diri mereka yang dapat berdampak buruk. Beberapa dampak kekerasan pada anak, yaitu:
Anak yang pernah menjadi korban kekerasan akan lebih sulit percaya pada orang, termasuk pada orangtuanya sendiri. Hal ini juga dapat menyebabkan anak kesulitan dalam menjalin hubungan, atau bahkan menciptakan hubungan yang tidak sehat di masa depan.
Anak yang mendapat kekerasan juga akan memiliki perasaan bahwa dirinya tidak berharga. Hal ini dapat membuat anak mengabaikan pendidikannya dan hidupnya menjadi rusak dengan rasa depresi, terutama pada korban kekerasan seksual.
Kekerasan pada anak juga dapat membuat mereka kesulitan mengatur emosinya. Anak akan kesulitan mengekspresikan emosi dengan baik hingga membuat emosinya tertahan dan keluar secara tak terduga.
Bahkan saat dewasa, anak dapat mengalihkan depresi, kecemasan, atau kemarahannya dengan mabuk-mabukan atau mengonsumsi narkoba.
Dampak kekerasan pada anak dapat mengganggu perkembangan otak dan merusak sistem saraf. Akibatnya, hal ini berpengaruh terhadap kemampuan kognitif anak sehingga prestasinya dalam bidang akademik dan kejuruan rendah.
Anak yang mendapat kekerasan lebih mungkin melakukan tindakan negatif, seperti merokok, konsumsi alkohol berlebihan, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, putus sekolah, dan terlibat hubungan seksual berisiko tinggi. Selain itu, ia juga memiliki tingkat kecemasan dan depresi yang lebih tinggi.
Kekerasan fisik pada anak dapat menyebabkan luka atau cedera. Karena terlalu emosi, orangtua mungkin tidak menyadari bahwa penyerangan fisik yang dilakukannya bisa melukai anak.
Dampak kekerasan pada anak lainnya yang mungkin terjadi adalah kematian. Apabila orangtua melakukan kekerasan pada anak yang masih belum bisa membela diri, bisa saja orangtua terlalu keras memukul atau menyakiti anak, hingga anak kehilangan nyawa.
Tak hanya itu, meskipun anak sudah memasuki usia remaja, dampak kekerasan pada anak yang satu ini pun masih tetap masih bisa terjadi. Apalagi jika orangtua tidak dapat mengontrol amarahnya yang mungkin bisa berakibat fatal bagi anak.
Baca Juga
Jika Anda merasa bahwa anak mengalami kekerasan, sebaiknya segera cari bantuan ke psikolog atau psikiater anak. Si kecil perlu mendapat pendampingan yang tepat sehingga kondisinya mental tidak terganggu.
Cara mengatasi kekerasan pada anak dapat dilakukan dengan psikoterapi. Psikoterapi membantu anak untuk berperilaku dan menjalin hubungan dengan normal kembali. Selain itu, apabila anak mengalami cedera atau keluhan fisik lainnya, ia mungkin memerlukan perawatan medis.
Pastikan anak merasa aman dan terlindungi. Tunjukkan kasih sayang dan perhatian Anda sepenuhnya sebagai solusi kekerasan pada anak. Laporkan tindakan kekerasan yang dialami anak pada pihak berwajib agar pelaku mendapat efek jera.
Sementara itu, jika Anda merasa telah melakukan tindakan yang melukai si kecil, maka segera stop kekerasan pada anak. Lakukanlah konseling dengan psikolog atau psikiater untuk membantu Anda menghentikan hal tersebut sehingga tidak lagi terjadi.
Terdapat beberapa langkah penting yang dapat Anda lakukan untuk mencegah terjadinya kekerasan terhadap anak. Adapun cara mencegah kekerasan pada anak yang harus orangtua terapkan, yaitu:
Sementara itu, jika Anda ingin bertanya seputar kesehatan anak, Anda juga bisa chat dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ.
Download aplikasinya sekarang di Google Play dan Apple Store.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Fakta anak ketiga ternyata memiliki karakter dan sifat yang unik. Mulai dari cenderung lebih tenang, menyenangkan, berjiwa bebas, hingga sedikit egois.
Anak disleksia mengalami kesulitan dalam memproses huruf ataupun kata sehingga membuatnya sulit membaca dan menulis. Namun, terdapat beberapa cara membaca untuk anak disleksia dari menulis di pasir hingga menggunakan huruf balok.
Cara mendidik anak usia 4 tahun dapat dilakukan dengan menunjukkan konsistensi, mengajarkan hal-hal positif, hingga terlibat secara aktif dalam kegiatan bermain anak. Anda juga bisa mulai mengajarkan anak untuk belajar di rumah, misalnya lewat membaca buku bersama hingga menyanyikan lagu.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved