Alergi antibiotik bisa diatasi dengan obat antihistamin, kortikosteroid, maupun epinephrine. Alergi ini umumnya tidak akan hilang sepenuhnya, tapi frekuensi kekambuhannya bisa dikurangi.
2023-03-28 05:13:22
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Alergi antibiotik tidak bisa ditebak durasinya, karena bergantung pada kekuatan imun
Table of Content
Alergi antibiotik mungkin jarang terdengar, tapi kondisi ini sebenarnya bisa dibilang cukup sering terjadi. Bahkan 1 di antara 15 orang diduga punya alergi terhadap obat antibiotik. Jadi, Anda perlu waspada dan mengetahui lebih jauh soal gejala hingga cara mengobatinya.
Advertisement
Semua jenis golongan antibiotik bisa saja menyebabkan alergi. Namun, golongan penicillin dan cephalosporin lah yang paling sering memicu kondisi ini.
Contoh obat antibiotik golongan penicillin adalah amoxicillin, ampicillin dan oxacillin. Sementara itu, yang termasuk obat antibiotik golongan cephalosporin adalah cefaclor, cefdinir, dan ceftazidime.
Penyebab alergi secara keseluruhan adalah kelainan pada sistem imun yang mengira suatu zat yang tidak berbahaya, sebagai ‘musuh’, sehingga harus dibasmi dari tubuh. Saat sistem imun berperang melawan zat tersebut itulah, reaksi alergi seperti bengkak dan gatal bisa muncul.
Pada kondisi alergi obat antibiotik, hal yang sama juga terjadi. Ketika Anda mengonsumsi antibiotik tertentu, sistem imun di tubuh mengiranya sebagai musuh yang perlu dibasmi dengan antibodi.
Pembentukan antibodi ini akan meningkatkan respons peradangan di tubuh, sehingga gejala seperti sesak napas, demam, dan kemerahan di kulit bisa muncul.
Reaksi alergi ini bisa saja hanya muncul saat Anda pertama kali mengonsumsi obat antibiotik jenis tertentu. Namun tidak menutup kemungkinan, alergi tersebut akan terus muncul setiap Anda terpapar antibiotik yang sama.
Gejala alergi antibiotik bisa dibagi menjadi tiga, sesuai tingkat keparahannya, yaitu ringan, berat, dan anafilaksis.
Gejala alergi antibiotik yang ringan, serupa dengan gejala alergi lain yang sering muncul, yaitu berupa:
Sementara itu, gejala alergi antibiotik yang berat, cirinya hampir sama dengan gejala ringan, hanya saja intensitasnya jauh meningkat, seperti:
Anafilaksis adalah reaksi alergi yang paling parah dan bisa mengancam nyawa. Maka dari itu, orang yang mengalami gejala anafilaksis harus langsung segera dibawa ke UGD terdekat untuk mendapatkan perawatan medis.
Gejala alergi anafilaksis antara lain:
Alergi sebenarnya bukanlah penyakit yang bisa disembuhkan secara tuntas. Pengobatan yang dilakukan, hanya bisa meredakan gejalanya saja. Namun, kondisi ini bisa saja kambuh saat Anda kembali terpapar bahan pemicu alergi.
Berikut ini beberapa langkah yang biasa digunakan untuk mengobati alergi antibiotik.
Histamin adalah zat yang dibuat oleh tubuh ketika sistem imun mengira ada benda asing berbahaya, masuk ke dalam tubuh. Adanya histamin ini lah yang memicu reaksi alergi seperti gatal, bengkak, dan iritasi.
Obat antihistamin akan menghambat produksi zat ini, sehingga reaksi alergi yang Anda rasakan akan berkurang. Obat ini tersedia dalam bentuk obat minum, salep, hingga semprot.
Saat seseorang mengalami alergi, terjadi reaksi peradangan di tubuhnya. Reaksi tersebut bisa memicu pembengkakan di saluran napas, dan membuat penderitanya kesulitan bernapas.
Obat golongan steroid atau kortikosteroid ini, bisa meredakan peradangan tersebut dengan cepat. Selain diminum seperti biasa, kortikosteroid juga bisa diberikan lewat suntikan atau inhaler.
Epinephrine biasanya digunakan untuk mengatasi reaksi alergi anafilaksis, dan mencegah penderitanya mengalami syok anafilaksis yang membahayakan nyawa. Umumnya, epinephrine diberikan dalam bentuk suntikan.
Langkah ini dilakukan setelah gejala berhasil diredakan dan Anda masih membutuhkan perawatan antibiotik untuk mengobati penyakit lainnya.
Sesuai namanya, desensitisasi, dokter akan melakukan serangkaian cara agar tubuh Anda tidak lagi punya sensitivitas berlebihan terhadap antibiotik yang dimaksud.
Proses desensitisasi dilakukan dengan memberikan obat antibiotik yang dapat menimbulkan reaksi alergi di tubuh Anda dalam dosis kecil secara berulang-ulang. Lama-kelamaan, dosis akan ditingkatkan hingga mencapai level maksimal.
Selama desensitisasi dilakukan, dokter akan terus mengobati reaksi alergi yang muncul. Lantas, saat dosis maksimal berhasil tercapai, maka sensitivitas Anda terhadap antibiotik tertentu akan berkurang.
Baca Juga
Setelah perawatan dilakukan, reaksi alergi antibiotik akan berangsur hilang dalam beberapa jam. Namun, reaksi itu bisa kembali apabila Anda kembali terpapar antibiotik yang sama.
Kondisi alergi sendiri tidak bisa sembuh sepenuhnya dan memang hanya bisa mereda. Seiring berjalannya waktu, perubahan yang ada pada sistem imun akan membuat alergi yang Anda alami semakin lemah, atau justru semakin parah jika kambuh.
Oleh karena itu, sebaiknya tetaplah menghindari sumber alergi meski Anda sudah merasa membaik. Selalu ikuti instruksi dokter yang berkaitan dengan kondisi alergi Anda untuk menghindari keparahan reaksi.
Untuk berdiskusi lebih lanjut seputar alergi antibiotik dan penyembuhannya, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Sering bersin di pagi hari mungkin sering dianggap alergi biasa. Kondisi ini tidak bisa diremehkan karena mungkin saja Anda terserang rhinitis alergi.
Ada beberapa jenis antibiotik untuk tipes, penentuan tipe mana yang cocok harus dilakukan oleh dokter. Antibiotik untuk tipes, termasuk ciprofloxacin, azithromycin, ceftriaxone, dan lainnya.
Alergi kulit karena makanan penting untuk Anda ketahui ciri-cirinya. Mulai dari gejalanya ringan, hingga menyebabkan kematian bisa terjadi karena alergi terhadap sesuatu.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved