Selama masa menyusui, bentuk payudara ibu bisa berubah serta rentan mengalami masalah seperti infeksi. Waspadai jika payudara terasa nyeri, membengkak, dan memerah.
2023-03-28 16:14:16
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Bentuk payudara ibu menyusui bermacam-macam. Namun, waspada jika tampak bengkak dan kerap terasa nyeri.
Table of Content
Adanya perubahan pada payudara ibu menyusui terkadang memang menjadi dilema tersendiri. Selama masa menyusui, bentuk payudara ibu bisa berubah serta juga rentan mengalami masalah seperti infeksi.
Advertisement
Lantas bagaimana cara menjaga kesehatan payudara ibu menyusui selama memberikan ASI eksklusif? Berikut ulasan dan fakta selengkapnya seputar payudara saat menyusui.
Payudara yang membengkak bukanlah kondisi normal pada ibu menyusui. Jika payudara sering dikosongkan, pembengkakan tidak akan terjadi. Pembengkakan pada payudara bisa menyebabkan mastitis.
Jika Anda tidak dapat dengan segera mengosongkan payudara Anda, maka gunakanlah pompa untuk memerah ASI. Selain itu, susui bayi lebih sering kurang lebih setiap 2 sampai 3 jam sekali.
Dengan mengosongkan payudara, Anda dapat membantu mengatasi rasa tidak nyaman dan mencegah adanya pembengkakan.
Baca Juga
Puting secara alami muncul dengan berbagai bentuk yang umumnya tidak akan menimbulkan masalah saat menyusui bayi.
Namun, beberapa bentuk puting seperti puting susu yang datar, besar atau panjang akan memberikan masalah perlekatan pada bayi. Puting yang besar atau panjang akan sulit untuk masuk ke dalam mulut bayi sehingga ia mengalami perlekatan yang buruk.
Jika Anda memiliki payudara dengan bentuk puting seperti itu, cobalah menyiasatinya dengan menerapkan posisi menyusui yang lebih sesuai. Contohnya, posisi menyusui sambil berbaring yang bisa mencondongkan payudara ke arah bayi.
Anda juga harus sering melakukan metode skin to skin saat menyusui agar si Kecil dapat mencoba menemukan caranya sendiri untuk menyusu.
Jika bayi mengalami perlekatan yang benar, payudara ibu menyusui mungkin terasa sakit hanya dalam 30 sampai 60 detik saja, yakni ketika areola dan puting masuk ke mulut bayi.
Namun jika pelekatan bayi buruk, puting ibu bisa merasakan nyeri bahkan menjadi pecah-pecah. Hal ini mungkin terjadi karena bayi menarik-narik puting Anda saat menyusu atau akibat tekanan yang kuat pada puting susu karena posisi yang salah.
Jika Anda terus merasakan sakit, periksa apakah posisi menyusui dan perlekatan mulut bayi sudah benar. Jika perlekatan sudah benar namun payudara masih terasa sakit saat menyusui, mungkin Anda mengalami luka atau infeksi.
Selain masalah perlekatan, ada banyak yang bisa menjadi faktor dari rasa nyeri pada payudara ibu menyusui. Beberapa di antaranya seperti mastitis, infeksi jamur, payudara bengkak, hingga penyumbatan ASI. Berikut penjelasan selengkapnya.
Dikutip dari National Center for Biotechnology Information (NCBI), ibu yang mengalami mastitis akan menunjukkan gejala:
Nyeri payudara umumnya sering terjadi dalam 2-3 minggu pertama setelah melahirkan. Namun, mastitis bisa menginfeksi ibu menyusui kapan saja.
Kondisi yang dapat menyebabkan mastitis di antaranya perlekatan yang buruk saat menyusui, penyumbatan ASI pada payudara, tekanan atau trauma pada payudara hingga puting yang infeksi.
Namun, kondisi paling umum yang menyebabkan mastitis pada ibu menyusui adalah adanya penyumbatan ASI. ASI yang tidak keluar dengan baik dapat menyebabkan peradangan dalam jaringan susu.
Untuk mengatasi kondisi ini, ibu disarankan untuk banyak istirahat, menerapkan posisi menyusui dengan perlekatan yang benar dan menyusui bayi lebih sering. Untuk mengatasi rasa nyeri, Anda dapat mengonsumsi analgesik yang diresepkan dokter.
Selain payudara bengkak dan ASI tersumbat yang bisa menyebabkan mastitis, ibu menyusui mungkin juga bisa mengalami infeksi jamur. Gejala dari kondisi ini adalah:
Sementara gejalanya pada bayi dapat meliputi bayi sariawan, mulut pecah-pecah, ada bercak keputihan di bibir, lidah atau di dalam pipi. Untuk mengatasi kondisi ini, Anda perlu segera berkonsultasi ke dokter.
Lantas apakah ibu menyusui tetap bisa menyusui bayinya meski mengalami infeksi payudara? Jawabannya adalah ya, tetap bisa. Anda dapat terus menyusui bayi sambil merawat infeksi payudara Anda.
Faktanya dengan terus menyusui bayi, infeksi pada payudara justru akan semakin cepat sembuh.
Kondisi ini biasanya disebabkan oleh mastitis yang belum ditangani sampai sembuh. Gejala dari abses payudara adalah adanya pembengkakan pada payudara yang terasa seperti cairan. Pembengkakan tersebut menimbulkan rasa sakit dan menyebabkan perubahan warna pada kulit.
Jika mengalami kondisi ini, Anda perlu segera berkonsultasi pada dokter. Cairan abses perlu dikeluarkan dan diobati dengan antibiotik. Jika memungkinkan, dokter akan membuat sayatan kecil di sekitar payudara untuk mengeluarkan cairannya.
Ibu menyusui yang mengalami abses disarankan untuk menyusui bayinya dengan payudara yang lain atau jika terlalu menyakitkan, Anda bisa memerah ASI untuk selanjutnya diberikan pada si Kecil menggunakan botol susu.
Sebenarnya tidak ada cara khusus untuk merawat payudara ibu menyusui. Terkadang, mungkin Anda bisa mengalami payudara bengkak saat terisi ASI, kesemutan dan nyeri, namun itu adalah hal umum yang biasa terjadi pada ibu menyusui.
Untuk merawat payudara agar tetap sehat saat menyusui, berikut tips yang bisa Anda ikuti.
Pastikan untuk mencuci tangan sebelum memegang payudara Anda. Cuci payudara dan puting setiap hari saat mandi dengan air hangat.
Hindari penggunaan sabun pada payudara karena dapat menyebabkan kulit kering, pecah-pecah dan iritasi.
Penggunaan sabun secara berlebihan juga dapat mengurangi minyak alami yang dihasilkan kelenjar Montgomery yang terletak di sekitar areola. Minyak ini berfungsi membantu menjaga puting dan areola agar tetap bersih dan lembab.
Pilih bra menyusui yang ukurannya pas dan tidak terlalu ketat. Pilihlah bahan bra yang halus dan nyaman di kulit seperti katun.
Jangan pakai bra dengan bahan yang tidak menyerap keringat karena bisa menyebabkan bakteri bertumbuh dengan baik di payudara Anda.
Setiap kali menyusui bayi, pastikan Anda menyusui dalam posisi dan perlekatan yang benar. Selain itu, pastikan Anda sering menyusui bayi setidaknya setiap 2 sampai 3 jam sekali.
Sering menyusui dapat membantu mencegah timbulnya masalah pada payudara seperti pembengkakan, puting sakit, saluran susu tersumbat hingga mastitis.
Jika Anda menggunakan kapas atau bantalan di payudara untuk mencegah ASI bocor, maka pastikan Anda menggantinya setiap saat sudah basah. Bantalan menyusui yang bersih dan kering dapat mencegah terjadinya nyeri pada puting hingga mastitis.
Anda bisa melembabkan puting Anda dengan ASI. Setelah menyusui, gosokkan bagian ASI yang tersisa pada puting dan areola lalu diamkan dan biarkan mengering.
Saat payudara bengkak, nyeri atau keras, Anda dapat menggunakan kompres dingin atau kompres daun kubis untuk mengurangi peradangan dan menghilangkan rasa sakit.
Kemudian ketika payudara Anda terasa bengkak karena penuh dengan ASI, Anda bisa mengurasnya dengan memijat payudara, menyusui, atau memompa ASI.
Jika payudara ibu menyusui mengalami gejala infeksi maupun sakit yang tidak berkesudahan, maka Anda perlu segera memeriksakan diri ke dokter. Anda juga dapat bertanya langsung pada dokter dengan chat dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ.
Download aplikasinya sekarang di Google Play dan Apple Store.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Pre-menstrual syndrome (PMS) adalah penyebab umum payudara terasa nyeri. Namun, payudara sakit juga bisa jadi tanda kondisi kesehatan tertentu.
Alat kontrasepsi untuk ibu menyusui harus mempertimbangkan efek terhadap produksi ASI. beberapa pilihan KB yang dapat Anda gunakan, salah satunya adalah pil mini dengan progestin.
Ciri-ciri kanker payudara antara lain munculnya benjolan di payudara atau ketiak, perubahan pada puting, dan keluarnya nanah dari payudara. Untuk memeriksanya secara mandiri di rumah, lakukan langkah SADARI (periksa payudara sendiri).
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved