Bentuk kekerasan verbal harus cepat disadari sebelum efeknya semakin parah. Contoh kekerasan verbal yang umum terjadi adalah menolak berbicara dan mengarang.
27 Apr 2020
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Ilustrasi seorang wanita tengah mengalami kekerasan verbal
Table of Content
Kekerasan bukan hanya ketika Anda melakukan atau mengalami penyiksaan secara jasmani. Ada bentuk lain yang lebih berbahaya dibanding kekerasan fisik, yakni kekerasan verbal.
Advertisement
Kekerasan verbal adalah bentuk penyiksaan pada seseorang melalui kata-kata. Tujuannya adalah merusak mental korbannya sehingga si korban akan merasa tidak percaya diri, mulai mempertanyakan intelejensi, hingga merasa tidak memiliki harga diri.
Kekerasan verbal bisa terjadi pada hubungan apa pun dan intensitasnya biasanya meningkat bila tidak segera diakhiri. Jika sudah parah, kekerasan ini juga bisa berujung pada kekerasan fisik dan meninggalkan efek yang buruk bagi korbannya.
Banyak orang berpikir kekerasan verbal hanya terjadi ketika seseorang membentak orang lain. Padahal, kekerasan verbal juga bisa terjadi ketika seseorang berbicara dengan nada halus hingga berbisik, namun dilakukan setiap hari dan bertujuan melakukan pembunuhan karakter.
Jika Anda menemukan atau merasakan satu atau lebih dari hal-hal berikut, bisa jadi itu adalah bentuk kekerasan verbal.
Name-calling merupakan nama panggilan yang bernada hinaan atau mengata-ngatai seseorang dengan mengganti namanya menjadi sebutan yang lain. Contohnya, “kamu tidak akan mengerti ini karena kamu bodoh.”
Kata-kata ini dikeluarkan agar seseorang merasa bersalah terjadap dirinya sendiri dan menganggap dirinya tidak berguna. Contohnya, “kamu tidak akan bisa jadi apa-apa kalau bukan karena bantuan saya.”
Kekerasan verbal ini dilakukan dengan tujuan memerintah Anda, tapi tidak dengan kalimat imperatif. Misalnya, “kalau kamu memang sayang keluarga, kamu tidak akan melakukan itu.”
Berbuat salah adalah hal yang manusiawi. Namun, orang yang melakukan kekerasan akan menjadikan kesalahan Anda sebagai pembenaran atas tindakan mereka, misalnya dengan berkata “saya harus memarahi kamu karena perilakumu sangat tidak bisa ditolerir.”
Kata-kata ini akan keluar ketika si pelaku kekerasan verbal berniat mengerdilkan Anda dan di saat yang bersamaan membuat dirinya lebih superior. Contoh kalimat merendahkan adalah “saya yakin suara kamu bagus, tapi lebih bagus lagi kalau kamu diam saja.”
Menerima kritik adalah bagian dari proses pendewasaan diri. Namun dalam kekerasan verbal, kritik dilakukan dengan sangat kasar dan terus-menerus sehingga korbannya akan merasa tidak punya harga diri. Contohnya, “kamu suka marah-marah makanya tidak ada orang yang suka dengan kamu.”
Menuduh juga bisa menjadi kekerasan verbal ketika hal itu dilakukan untuk menjatuhkan mental Anda. Tidak perlu dengan kata-kata kasar, bentuk kekerasan verbal ini dapat berupa “saya harus berteriak karena kamu keras kepala.”
Bahkan tidak berkata apa pun bisa jadi bentuk kekerasan verbal, terutama bila dilakukan untuk membuat korbannya merasa tidak enak. Misalnya, ketika Anda bertengkar dengan pasangan, ia memilih diam dan pergi ketika Anda menuntut penjelasan darinya.
Pasangan kerap mengatakan bahwa Anda suka mengarang suatu kejadian agar Anda merasa bersalah? Bisa jadi itu adalah bentuk kekerasan verbal agar Anda segera minta maaf dan kian tergantung pada mereka.
Contoh konkretnya seperti Anda menagih janji pasangan untuk membantu pekerjaan rumah, tapi dia berkata “kita tidak pernah ada perjanjian soal itu”. Bahkan, ia bisa menegaskannya dengan “jangan suka mengarang, itu cuma halusinasi kamu” sehingga Anda akan meminta maaf.
Berdebat adalah bagian dari hubungan yang sehat, namun perdebatan yang tak berujung dan dilakukan berulang kali bisa jadi bentuk kekerasan verbal. Misalnya, jika Anda merupakan wanita yang bekerja, kondisi rumah mungkin tidak selalu rapi.
Ketika ini terjadi berkali-kali, pasangan Anda selalu menyalahkan Anda yang akhirnya mengakibatkan debat tak berujung.
Kekerasan verbal bisa jadi awal mula terjadinya kekerasan fisik, salah satunya dimulai ketika pelaku kekerasan ini mengeluarkan nada ancaman. Ancaman ini sangat mudah dikenali karena sudah pasti memberi efek takut pada korban dan menuntut korban untuk patuh pada kata-kata pelaku kekerasan ini.
Contohnya, “kalau kamu tidak menuruti saya, jangan salahkan saya jika terjadi sesuatu yang mengerikan pada kamu.”
Melawan adalah kecenderungan untuk menjadi argumentatif, tidak hanya dalam konteks politik, filosofis, atau ilmiah tetapi juga dalam konteks umum.
Korban kekerasan tersebut dapat membagikan perasaan positifnya tentang kegiatan yang baru saja dilakukannya, dan pelaku kemudian mencoba menyangkal bahwa perasaannya salah. Melawan, mengabaikan perasaan, pikiran, dan pengalaman korban secara teratur merupakan salah satu jenis kekerasan verbal.
Baca Juga
Kekerasan verbal dapat terjadi kapan pun, termasuk ketika seseorang masih kanak-kanak, misalnya kekerasan verbal yang dilakukan orangtua, teman, atau orang-orang di lingkungannya. Anak-anak sendiri merupakan kelompok yang sangat rentan menderita efek buruk dari kekerasan ini.
Penelitian menunjukkan anak yang kerap mendapat kekerasan verbal dapat berkembang menjadi pribadi dengan kepercayaan diri rendah. Cara pandang terhadap diri, lingkungan, dan dunia juga akan menjadi buruk.
Anak juga bisa memperlihatkan sikan antisosial dan menjauhi orangtua. Dalam kasus yang ekstrem, anak bisa melakukan perilaku menyimpang, seperti menggunakan obat-obatan terlarang, minum alkohol, dan merokok untuk mengurangi rasa sakit secara emosional di dalam dirinya.
Pada orang dewasa, efek kekerasan verbal yang ditimbulkan pun tidak jauh berbeda. Selain itu, mereka juga mungkin mengalami penurunan prestasi akademis dan menjalin hubungan yang tidak sehat. Jika mental sudah terluka parah, mereka bisa mengalami depresi hingga post traumatic stress disorder (PTSD) yang akan menghancurkan kualitas kehidupan secara keseluruhan.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Jeongin adalah bayi berusia 16 bulan yang meninggal dunia setelah disiksa oleh orang tua angkatnya. Kejadian yang berlangsung di Korea Selatan ini kemudian viral karena kisah memilukan di baliknya.
Emotional blackmail adalah tindakan manipulasi yang dilakukan pasangan agar keinginannya terpenuhi, termasuk dengan memberikan tekanan dan ancaman. Dalam menghadapi situasi ini, Anda harus memutuskan apakah hubungan masih bisa dilanjutkan atau memang harus diakhiri.
Kekerasan seksual pada anak dapat ditandai dengan menunjukkan pengetahuan atau perilaku seks yang tak sesuai dengan usianya, menarik diri dari keluarga maupun teman, hingga sulit berkonsentrasi dalam belajar.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved