logo-sehatq
logo-kementerian-kesehatan
SehatQ for Corporate
TokoObatArtikelTindakan MedisDokterRumah SakitPenyakitChat DokterPromo
Kesehatan Mental

Mengenal Contoh Kekerasan Verbal yang Harus Anda Waspadai

open-summary

Bentuk kekerasan verbal harus cepat disadari sebelum efeknya semakin parah. Contoh kekerasan verbal yang umum terjadi adalah menolak berbicara dan mengarang.


close-summary

27 Apr 2020

| Asni Harismi

Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari

Contoh kekerasan verbal dalam hubungan

Ilustrasi seorang wanita tengah mengalami kekerasan verbal

Table of Content

  • Apa saja contoh kekerasan verbal?
  • Tanda-tanda Anda mengalami kekerasan verbal
  • Efek buruk kekerasan verbal

Kekerasan bukan hanya ketika Anda melakukan atau mengalami penyiksaan secara jasmani. Ada bentuk lain yang lebih berbahaya dibanding kekerasan fisik, yakni kekerasan verbal.

Advertisement

Kekerasan verbal adalah bentuk penyiksaan pada seseorang melalui kata-kata. Tujuannya adalah merusak mental korbannya sehingga si korban akan merasa tidak percaya diri, mulai mempertanyakan intelejensi, hingga merasa tidak memiliki harga diri.

Kekerasan verbal bisa terjadi pada hubungan apa pun dan intensitasnya biasanya meningkat bila tidak segera diakhiri. Jika sudah parah, kekerasan ini juga bisa berujung pada kekerasan fisik dan meninggalkan efek yang buruk bagi korbannya.

Apa saja contoh kekerasan verbal?

Banyak orang berpikir kekerasan verbal hanya terjadi ketika seseorang membentak orang lain. Padahal, kekerasan verbal juga bisa terjadi ketika seseorang berbicara dengan nada halus hingga berbisik, namun dilakukan setiap hari dan bertujuan melakukan pembunuhan karakter.

Jika Anda menemukan atau merasakan satu atau lebih dari hal-hal berikut, bisa jadi itu adalah bentuk kekerasan verbal.

1. Name-calling

Name-calling merupakan nama panggilan yang bernada hinaan atau mengata-ngatai seseorang dengan mengganti namanya menjadi sebutan yang lain. Contohnya, “kamu tidak akan mengerti ini karena kamu bodoh.”

2. Degradasi

Kata-kata ini dikeluarkan agar seseorang merasa bersalah terjadap dirinya sendiri dan menganggap dirinya tidak berguna. Contohnya, “kamu tidak akan bisa jadi apa-apa kalau bukan karena bantuan saya.”

3. Manipulasi

Kekerasan verbal ini dilakukan dengan tujuan memerintah Anda, tapi tidak dengan kalimat imperatif. Misalnya, “kalau kamu memang sayang keluarga, kamu tidak akan melakukan itu.”

4. Menyalahkan

Berbuat salah adalah hal yang manusiawi. Namun, orang yang melakukan kekerasan akan menjadikan kesalahan Anda sebagai pembenaran atas tindakan mereka, misalnya dengan berkata “saya harus memarahi kamu karena perilakumu sangat tidak bisa ditolerir.”

5. Merendahkan

Kata-kata ini akan keluar ketika si pelaku kekerasan verbal berniat mengerdilkan Anda dan di saat yang bersamaan membuat dirinya lebih superior. Contoh kalimat merendahkan adalah “saya yakin suara kamu bagus, tapi lebih bagus lagi kalau kamu diam saja.”

6. Kritik berkelanjutan

Menerima kritik adalah bagian dari proses pendewasaan diri. Namun dalam kekerasan verbal, kritik dilakukan dengan sangat kasar dan terus-menerus sehingga korbannya akan merasa tidak punya harga diri. Contohnya, “kamu suka marah-marah makanya tidak ada orang yang suka dengan kamu.”

7. Menuduh

Menuduh juga bisa menjadi kekerasan verbal ketika hal itu dilakukan untuk menjatuhkan mental Anda. Tidak perlu dengan kata-kata kasar, bentuk kekerasan verbal ini dapat berupa “saya harus berteriak karena kamu keras kepala.”

8. Menolak berbicara

Bahkan tidak berkata apa pun bisa jadi bentuk kekerasan verbal, terutama bila dilakukan untuk membuat korbannya merasa tidak enak. Misalnya, ketika Anda bertengkar dengan pasangan, ia memilih diam dan pergi ketika Anda menuntut penjelasan darinya.

9. Mengarang

Pasangan kerap mengatakan bahwa Anda suka mengarang suatu kejadian agar Anda merasa bersalah? Bisa jadi itu adalah bentuk kekerasan verbal agar Anda segera minta maaf dan kian tergantung pada mereka.

Contoh konkretnya seperti Anda menagih janji pasangan untuk membantu pekerjaan rumah, tapi dia berkata “kita tidak pernah ada perjanjian soal itu”. Bahkan, ia bisa menegaskannya dengan “jangan suka mengarang, itu cuma halusinasi kamu” sehingga Anda akan meminta maaf.

10. Perdebatan yang tidak berujung

Berdebat adalah bagian dari hubungan yang sehat, namun perdebatan yang tak berujung dan dilakukan berulang kali bisa jadi bentuk kekerasan verbal. Misalnya, jika Anda merupakan wanita yang bekerja, kondisi rumah mungkin tidak selalu rapi.

Ketika ini terjadi berkali-kali, pasangan Anda selalu menyalahkan Anda yang akhirnya mengakibatkan debat tak berujung.

11. Ancaman

Kekerasan verbal bisa jadi awal mula terjadinya kekerasan fisik, salah satunya dimulai ketika pelaku kekerasan ini mengeluarkan nada ancaman. Ancaman ini sangat mudah dikenali karena sudah pasti memberi efek takut pada korban dan menuntut korban untuk patuh pada kata-kata pelaku kekerasan ini.

Contohnya, “kalau kamu tidak menuruti saya, jangan salahkan saya jika terjadi sesuatu yang mengerikan pada kamu.”

12. Melawan

Melawan adalah kecenderungan untuk menjadi argumentatif, tidak hanya dalam konteks politik, filosofis, atau ilmiah tetapi juga dalam konteks umum.

Korban kekerasan tersebut dapat membagikan perasaan positifnya tentang kegiatan yang baru saja dilakukannya, dan pelaku kemudian mencoba menyangkal bahwa perasaannya salah. Melawan, mengabaikan perasaan, pikiran, dan pengalaman korban secara teratur merupakan salah satu jenis kekerasan verbal.

Baca Juga

  • Lesti Kejora alami KDRT? Ini Dampak Kekerasan dalam Rumah Tangga terhadap Kesehatan Fisik dan Mental
  • Masalah Kesehatan Mental yang Rentan Dialami Kelompok Dewasa Muda
  • GHB Adalah Obat yang Digunakan Reynhard Sinaga untuk Pemerkosaan

Tanda-tanda Anda mengalami kekerasan verbal

1. Anda selalu merasa kalah

Tidak peduli seberapa hati-hati atau baiknya Anda mencoba menyelesaikan masalah, pasangan Anda mengatakan hal-hal yang membuat Anda merasa bahwa Anda salah.

2. Anda merasa harga diri dan kepercayaan diri Anda menjadi rendah

Pasangan Anda bukan penggemar terbesar Anda, melainkan kritikus terbesar Anda. Pasangan Anda sering memberi tahu Anda bahwa komentarnya adalah "untuk kebaikan Anda sendiri."

3. Anda merasa tertekan saat diskusi

Ketika Anda mengatakan pasangan Anda telah melukai perasaan Anda, pasangan Anda, justru memberi tahu Anda bahwa Anda terlalu sensitif. Ketika Anda menunjukkan bahwa dia telah mengatakan sesuatu yang tidak pantas atau menyakitkan, pasangan Anda justru menuduh Anda berusaha membuatnya terlihat buruk.
 
Pasangan Anda juga kerap lari dari tanggung jawab saat ada masalah. Entah bagaimana, pasangan Anda berhasil meyakinkan dirinya sendiri dan bahkan Anda bahwa apa pun yang salah adalah kesalahan Anda.

4. Anda sering menjadi beban lelucon yang membuat Anda merasa buruk

Pria yang menyenangkan dan suka bersenang-senang di luar keluarga mengeluarkan humor yang lebih sensitif di dalam. Orang lain tidak percaya Anda bahwa pria yang mereka kenal sangat berbeda dari yang Anda alami. 

5. Anda mudah merasa takut dan malu

Rumah Anda bukan tempat perlindungan yang aman bagi Anda dan anak-anak Anda. Ini adalah tempat di mana Anda paling takut dan malu. Anda dan anak-anak selalu ingin menjauh, sejauh yang Anda bisa.
 
Ketika Anda berada di sana bersama pasangan Anda, Anda akan melakukan semua yang bisa Anda lakukan untuk memastikan tidak akan ada hal buruk yang terjadi, yang dapat membuatnya pergi.

6. Pelecehan verbal meningkat menjadi pertengkaran fisik

Anda sangat berhati-hati, karena Anda tahu akan ada kemungkinan kata-kata yang berakhir dengan agresi fisik.

Efek buruk kekerasan verbal

Kekerasan verbal dapat terjadi kapan pun, termasuk ketika seseorang masih kanak-kanak, misalnya kekerasan verbal yang dilakukan orangtua, teman, atau orang-orang di lingkungannya. Anak-anak sendiri merupakan kelompok yang sangat rentan menderita efek buruk dari kekerasan ini.

Penelitian menunjukkan anak yang kerap mendapat kekerasan verbal dapat berkembang menjadi pribadi dengan kepercayaan diri rendah. Cara pandang terhadap diri, lingkungan, dan dunia juga akan menjadi buruk.

Anak juga bisa memperlihatkan sikan antisosial dan menjauhi orangtua. Dalam kasus yang ekstrem, anak bisa melakukan perilaku menyimpang, seperti menggunakan obat-obatan terlarang, minum alkohol, dan merokok untuk mengurangi rasa sakit secara emosional di dalam dirinya.

Pada orang dewasa, efek kekerasan verbal yang ditimbulkan pun tidak jauh berbeda. Selain itu, mereka juga mungkin mengalami penurunan prestasi akademis dan menjalin hubungan yang tidak sehat. Jika mental sudah terluka parah, mereka bisa mengalami depresi hingga post traumatic stress disorder (PTSD) yang akan menghancurkan kualitas kehidupan secara keseluruhan.

Advertisement

kekerasan

Referensi

Bagikan

Artikel Terkait

Diskusi Terkait di Forum

Advertisement

logo-sehatq

Langganan Newsletter

Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.

Metode Pembayaran

Bank BCABank MandiriBank BNIBank Permata
Credit Card VisaCredit Card Master CardCredit Card American ExpressCredit Card JCBGopay

Fitur

  • Toko
  • Produk Toko
  • Kategori Toko
  • Toko Merchant
  • Booking
  • Promo
  • Artikel
  • Chat Dokter
  • Penyakit
  • Forum
  • Review
  • Tes Kesehatan

Perusahaan

Follow us on

  • FacebookFacebook
  • TwitterTwitter
  • InstagramInstagram
  • YoutubeYoutube
  • LinkedinLinkedin

Download SehatQ App

Temukan di APP StoreTemukan di Play Store

Butuh Bantuan?

Jam operasional: 24 Jam

Hubungi Kami+6221-27899827

© SehatQ, 2023. All Rights Reserved