Virus corona di makanan beku, seperti daging, ikan, atau makanan laut, disebut-sebut dapat menjadi sumber penyebaran baru Covid-19. Tapi, benarkah faktanya demikian?
Ditinjau secara medis oleh dr. Anandika Pawitri
26 Agt 2020
Studi menyebutkan virus corona di makanan beku bisa bertahan 3 minggu
Table of Content
Virus corona telah menjadi wabah yang menyebar ke seluruh penjuru dunia. Bermula dari Wuhan di Tiongkok, SARS-Cov-2 kini sudah menyebar ke berbagai negara, tak terkecuali di Indonesia.
Advertisement
Tidak hanya dapat menular antara satu orang ke orang lainnya, virus corona di makanan beku disebut-sebut menjadi sumber penyebaran baru Covid-19. Lantas, benarkah demikian?
Sejak akhir Desember 2019 hingga saat ini, para peneliti masih berusaha mengembangkan penelitian seputar virus yang menyebabkan Covid-19, yakni SARS-Cov-2.
Mulai dari karakteristik virus corona, gejala coronavirus, penularan dan penyebarannya, hingga apa saja kelemahan dari virus ini.
Lebih dari satu juta kasus infeksi tersebar di hampir setiap negara di dunia dan ratusan ribu orang meninggal dunia akibat Covid-19.
Jumlah kasus yang terus meningkat tersebut tentu membuat masyarakat semakin waspada dan terus melakukan upaya mencegah risiko penularan virus corona.
Kini, sebuah studi baru yang dipublikasikan dalam jurnal BioRxiv menemukan bahwa SARS-Cov-2, virus penyebab Covid-19, dapat bertahan hidup di makanan beku, seperti daging, ikan, serta makanan laut lainnya, selama 3 minggu.
Penelitian ini dilakukan mengingat adanya sumber cluster baru dari penularan virus corona di negara-negara yang telah berhasil melewati pandemi Covid-19, seperti Vietnam, Selandia Baru, dan sebagian Tiongkok di mana tidak ada kasus Covid-19 baru selama beberapa bulan terakhir.
Studi tersebut mencatat adanya virus yang hidup, bukan hanya materi genetik, pada daging yang sebelumnya didinginkan dan dibekukan hingga 3 minggu.
Riset ini mengikuti laporan terbaru dari Shenzhen, Tiongkok, yang menemukan materi genetik SARS-Cov-2, bukan virus hidup yang mampu bereplikasi, pada permukaan sayap ayam yang beku.
Dalam studi tersebut, para peneliti menginokulasi 500 kotak kecil berisi irisan salmon, ayam, dan daging babi dari supermarket dan diberi tambahan sampel virus corona dengan dosis besar ke dalamnya.
Daging-daging ini kemudian disimpan pada 3 jenis temperatur berbeda, yakni 40 derajat Celsius, -200 derajat Celsius, dan -800 derajat Celsius.
Setelah daging dicairkan pada berbagai titik waktu (1, 2, 5, 7, 14, dan 21 hari setelah inokulasi), para peneliti menemukan bahwa jumlah virus yang berkembang tetap sama walaupun berada di temperatur yang berbeda selama 3 minggu.
Seorang pakar kimia dan biomedis di University of Maine mengemukakan bahwa peluang virus corona di makanan beku menjadi sumber penyebaran Covid-19 baru sebenarnya tergolong sangat rendah.
Meski mungkin saja dapat terjadi, tetapi keberadaan virus corona di luar tubuh manusia, termasuk di makanan beku, tidak terlalu stabil.
Para ilmuwan pun berpendapat bahwa penularan virus corona di makanan beku yang terkontaminasi sebenarnya bukan menjadi rute infeksi yang utama.
Namun, perpindahan barang yang terkontaminasi ke wilayah tanpa infeksi yang berisiko meningkatkan wabah virus corona.
Peneliti juga menyebutkan hipotesis bahwa pekerja di pabrik pengolahan daging berpotensi menjadi vektor penyebaran virus, setelah terpapar pada daging yang terinfeksi yang sebelumnya dibekukan di negara lain.
Selain itu, kurang higienisnya proses pengemasan daging yang dilakukan oleh para pekerja juga menjadi faktor lain penyebaran virus corona di makanan beku.
Misalnya, para pekerja yang berkerumun, tidak menggunakan alat pelindung diri yang lengkap, kontak langsung antara satu pekerja dengan pekerja lainnya, hingga kondisi ventilasi yang buruk.
Seorang ahli epidemiologi di University of North Carolina juga mengatakan bahwa virus corona kemungkinan tidak dapat bertahan selama waktu pengiriman paket dari satu tempat ke tempat lainnya.
Sekalipun makanan beku, pada permukaan semacam itu, Anda akan melihat virusnya mengering, yang membuatnya benar-benar tidak dapat menular. Proses pencairan pun juga disebut-sebut dapat membunuhnya.
Ahli epidemiologi tersebut juga mengatakan bahwa kemungkinan, apa yang ditemukan di Tiongkok adalah RNA pada kemasan. Jadi, secara virologi, hal ini tidak dapat menyebarkan penularan virus corona di makanan beku.
Beberapa studi memang menyatakan virus SARS-CoV-2 bisa bertahan di permukaan suatu benda. Namun, kecil kemungkinannya untuk membuat seseorang terjangkit jika ia tidak menyentuh mulut, hidung, atau mata, usai memegang permukaan, termasuk makanan beku, yang terkontaminasi.
Bahkan, hingga saat ini, Centers for Disease Control and Prevention masih menegaskan bahwa belum ada bukti ilmiah yang dapat menunjukkan penyebaran virus corona melalui makanan, termasuk makanan beku atau yang sudah diolah dengan matang.
Begitu pula dengan World Health Organization yang menyatakan bahwa sangat kecil kemungkinan seseorang dapat tertular Covid-19 melalui makanan yang dikonsumsi ataupun kemasan makanan.
Covid-19 dapat menyebar dari satu orang ke orang lainnya melalui percikan cairan (droplet) yang keluar dari hidung atau mulut orang yang terinfeksi saat bersin, batuk, menguap, mengeluarkan napas, atau berbicara. Ketika Anda menghirupnya, tentu saja Anda bisa terjangkit.
Percikan cairan tersebut juga dapat jatuh pada permukaan benda di sekitar Anda, termasuk kemasan makanan atau makanan yang akan dikonsumsi.
Nah, saat Anda memegang kemasan makanan atau makanan yang akan dikonsumsi, kemudian menyentuh mata, hidung, atau mulut tanpa mencuci tangan terlebih dahulu, maka virus dapat masuk ke dalam tubuh.
Jadi, dapat dikatakan bahwa Anda mungkin saja terjangkit berbagai virus, termasuk SARS-Cov-2, akibat menyentuh permukaan atau objek yang memiliki virus di atasnya, termasuk makanan beku.
Memang cara ini bukan menjadi cara penyebaran virus corona yang utama, tetapi tetap dapat berpeluang menularkan Covid-19.
Risiko penularan virus corona melalui produk makanan atau kemasan makanan memang tergolong sangat rendah atau kecil kemungkinannya terjadi.
Akan tetapi, sangat penting untuk tetap mengikuti protokol kesehatan dalam menyimpan makanan beku atau makanan lainnya agar terhindar dari penularan Covid-19.
Berikut adalah cara menyimpan makanan beku dan makanan lainnya dengan aman agar Anda terhindar dari penularan Covid-19:
Virus corona di makanan beku sejatinya belum terbukti ilmiah menjadi sumber penyebaran Covid-19 yang utama. Akan tetapi, Anda tetap perlu waspada dan senantiasa mencegah diri dengan melakukan protokol kesehatan di atas saat menyimpan dan mengolah makanan beku.
Advertisement
Ditulis oleh Annisa Amalia Ikhsania
Referensi
Artikel Terkait
Menjaga kesehatan dengan menerapkan pola makan sehat bisa dilakukan dengan diet vegetarian atau diet vegan. Sumber protein pengganti daging adalah salah satu kendala yang dihadapi. Namun, Anda tidak perlu bingung, karena sumber protein pengganti daging tidak hanya tahu dan tempe saja.
5 Sep 2019
Manfaat ear candle adalah untuk membersihkan kotoran telinga. Namun, perlu diketahui terapi tersebut memiliki risiko yang cukup berbahaya bagi telinga Anda.
19 Apr 2020
Kembalinya liga Inggris di era new normal membutuhkan beberapa penyesuaian, baik sebelum pertandingan, di dalam lapangan, hingga setelah pertandingan. Berikut peraturan baru yang diberlakukan di era new normal liga Inggris.
17 Jun 2020
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved