Sawan pada bayi adalah kondisi perubahan perilaku bayi yang tidak seperti biasanya atau mendadak sakit tanpa alasan yang jelas. Bayi yang terkena sawan dapat menangis secara berlebihan, terutama di sore atau malam hari.
2023-03-18 07:41:10
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Sawan pada bayi mengakibatkan si Kecil menangis tanpa henti lebih dari tiga jam
Table of Content
Sawan adalah penyakit pada bayi yang kerap dikaitkan dengan mitos tertentu. Contohnya, ada ungkapan seperti, “Jangan membawa bayi melayat, nanti bisa kena sawan.”
Advertisement
Sebagian masyarakat percaya bahwa kondisi ini terjadi akibat diganggu makhluk halus atau karena Si Ibu melanggar mitos yang berlaku.
Sawan pada bayi dapat menyebabkan mereka sangat rewel, menangis tanpa henti, bahkan tidak mau diberi susu. Kondisi ini tentu saja bisa membuat orangtua merasa khawatir dan kebingungan untuk menenangkannya.
Meski kerap dikaitkan dengan mitos, faktanya kondisi ini punya penjelasan medis. Sawan adalah suatu kondisi saat bayi mengalami perubahan perilaku yang tidak seperti biasanya atau mendadak sakit tanpa alasan yang jelas.
Bayi yang terkena sawan dapat ditandai dengan:
Baca Juga
Menurut Standford's Childern Health, kondisi ini bisa juga diartikan sebagai kejang epilepsi.
Kejang terjadi ketika satu atau lebih bagian otak mengalami ledakan sinyal listrik abnormal yang mengganggu sinyal normal otak. Apa pun yang mengganggu koneksi normal antara sel saraf di otak dapat menyebabkan kejang.
Sawan pada bayi dapat terjadi pada bulan-bulan awal kelahirannya. Namun, secara signifikan akan menghilang sendiri seiring bertambahnya usia.
Meskipun begitu, sebagian bayi mungkin membutuhkan waktu yang lebih lama.
Menurut mitos, fenomena ini terjadi karena ibu mengonsumsi kambing saat menyusui atau bayi dibawa menghadiri acara pernikahan maupun pemakaman sehingga “ketempelan” makhluk halus.
Padahal, menurut penelitian yang terbit pada jurnal Korean Journal of Pediatrics, masalah ini bisa terjadi akibat faktor genetik dan lingkungan.
Sementara itu, faktor yang meningkatkan risiko sawan adalah riwayat gangguan yang diturunkan dan keterlambatan perkembangan bayi.
Baca Juga
Jika sawan kambuh lagi, hal ini terjadi akibat adanya faktor risiko berupa riwayat genetik dari keluarga, pernah demam dan kejang saat berusia di bawah 18 bulan, atau demam hingga suhu tubuhnya mencapai 38-38,9 derajat Celcius.
Selain itu, berbagai kondisi berikut juga dapat menjadi penyebabnya.
Kolik adalah kondisi saat bayi tidak henti-henti menangis lebih dari tiga jam selama tiga hari berturut-turut meski mereka sehat dan kenyang.
Saat kolik, bayi akan menangis berteriak atau tampak kesakitan. Mereka juga menangis tanpa alasan yang jelas, tidak seperti menangis untuk mengekspresikan rasa lapar atau ingin ganti popok.
Selain itu, tubuh si kecil tegang sehingga mereka melengkungkan punggung dan mengepalkan tangan. Tidak jarang, wajahnya juga memerah.
Berikut adalah beberapa kemungkinanpenyebab kolik pada bayi:
Kolik biasanya memuncak saat bayi berusia 6 minggu, tetapi menurun setelah usianya 3-4 bulan.
Kondisi ini sering kali terjadi di malam hari sehingga bisa membuat orangtua merasa frustrasi karena si kecil sulit ditenangkan.
Kejang demam terjadi karena adanya gangguan aktivitas listrik otak yang dipicu oleh demam. Ketika si kecil mengalami demam tinggi hingga 41 derajat Celcius, Anda harus waspada.
Otak bayi yang belum sempurna bisa bereaksi terhadap perubahan suhu tubuh yang mendadak. Hal ini bisa menyebabkan mereka mengalami kejang demam.
Kondisi ini dapat terjadi pada anak berusia 6 bulan sampai 5 tahun. Namun, paling sering dialami oleh balita usia 12-18 bulan.
Kejang demam biasanya berlangsung selama beberapa menit, lalu berhenti dengan sendirinya. Berbeda dengan kolik, kondisi ini dapat menyebabkan tubuh bayi menjadi kaku, mata mendelik, lidah tergigit, bahkan mulut berbusa.
Walaupun terlihat serius, kejang demam umumnya tidak menyebabkan masalah kesehatan lain. Berikut adalah dua jenis kejang demam yang dapat terjadi pada anak.
Kejang demam sederhana adalah jenis yang paling sering terjadi. Kondisi yang biasanya berlangsung selama beberapa menit ini dapat menyebabkan tubuh anak tegang, mata berputar, tidak sadarkan diri, hingga muntah atau buang air kecil.
Kejang demam kompleks adalah kondisi kejang yang berlangsung lebih dari 10 menit, terjadi lebih dari sekali dalam 24 jam, dan melibatkan gerakan hanya pada satu bagian atau satu sisi tubuh anak.
Ketika bayi sawan, tidak sedikit orangtua yang kebingungan dan tidak tahu harus melakukan apa.
Cara menghilangkan sawan pada bayi dapat dilakukan berdasarkan penyebabnya. Jika disebabkan kolik, berikut adalah beberapa cara menenangkannya.
Sementara itu, jika sawan terjadi karena kejang demam, Anda harus lebih sigap.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyarankan langkah-langkah berikut sebagai cara mengatasi demam yang menyebabkan kejang:
Baca Juga
Sawan artinya kondisi bayi menangis kencang di sore atau malam hari, kejang, wajah kemerahan, muntah, dan melengkungkan tubuhnya. Kondisi ini sering dikaitkan dengan mitos tertentu.
Padahal, sawan erat kaitannya dengan kejang demam dan kolik. Cara mengatasinya adalah dengan menenangkannya, seperti memberi sentuhan lembut, menyusui, melakukan skin-to-skin, dan menjauhkannya dari hal-hal yang berbahaya.
Jika Anda melihat si kecil mengalami tanda-tanda sawan, segera hubungi dokter anak melalui chat dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Jangan lupa untuk bawa ke pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Download aplikasinya sekarang di Google Play dan Apple Store.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Cara merawat kulit bayi baru lahir yang lembut dan sensitif tidak bisa dilakukan sembarangan. Salah satu perawatan agar kulit bayi sehat dan mulus adalah dengan menjaga kebersihan tubuhnya.
Refleks Moro adalah penyebab anak sering kaget saat tidur. Perlahan-lahah refleks ini akan hilang ketika anak menginjak usia 6 bulan.
Berhati-hatilah dalam memilih ucapan kelahiran bayi. Setidaknya, ada lima hal yang sebaiknya tidak Anda katakan kepada ibu baru.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Dijawab oleh dr. R Hakbar Rafsanjani
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved