Gigitan serangga yang dianggap sepele ternyata bisa melumpuhkan. Cara menangani luka yang salah pun bisa jadi awal terjadinya necrotizing fasciitis. Semakin teliti menangani luka, kemungkinan mengalami infeksi langka seperti necrotizing fasciitis pun semakin kecil.
Ditinjau secara medis oleh dr. Anandika Pawitri
11 Jul 2019
Gigitan serangga bisa menimbulkan luka sehingga rentan terinfeksi bakteri yang berkembang menjadi necrotizing fasciitis.
Table of Content
Pada Oktober 2018 lalu, laporan di American Journal of Emergency Medicine menjadi alarm tanda bahaya bagi dunia medis dan masyarakat luas. Seorang pria yang terkena gigitan serangga di lutut mengalami infeksi yang mengancam nyawanya.
Advertisement
Pria berusia 21 tahun tersebut tidak mengalami kecelakaan apapun. Hanya tiga hari sebelumnya, ia mendapat gigitan serangga. Kondisinya pun sebelumnya sangat sehat.
Namun siapa sangka, ia harus dibawa ke unit gawat darurat rumah sakit ketika lututnya terinfeksi, bengkak, dan nyeri luar biasa. Pria tersebut bahkan tidak bisa berjalan.
Tentu pertanyaan yang sama juga terlintas di benak orang yang melihat kasus tersebut. Hanya gigitan serangga biasa, namun mengapa dampaknya bisa begitu masif?
Setelah rangkaian pemeriksaan medis, diketahui bahwa jaringan di sekitar lutut pria tersebut mati. Dia tidak bisa menggerakkan sendi lututnya. Artinya, ini bukan sekadar infeksi biasa.
Tak hanya itu, pasien pria tersebut juga merasa nyeri di dada setiap kali bernapas dan mengalami gejala-gejala flu, sehari sebelum dibawa ke unit gawat darurat.
Hasil CT scan menunjukkan bahwa telah terjadi necrotizing fasciitis di bawah jaringan kulit lututnya. Ada udara yang terperangkap di area tersebut, mengingat beberapa jenis bakteri penyebab necrotizing fasciitis memproduksi gas.
Seperti yang kita tahu, necrotizing fasciitis adalah infeksi langka bakteri ‘pemakan daging’ yang menginfeksi penderitanya dengan cepat. Berawal dari cedera kecil hingga menjadi infeksi kulit yang menyebar dengan cepat.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention atau CDC, ada beberapa tipe bakteri pemicu necrotizing fasciitis, seperti group A Streptococcus, Klebsiella, Clostridium, Escherichia coli, dan Staphylococcus aureus.
Gerbang masuk bakteri-bakteri tersebut ke dalam tubuh adalah saat ada luka tergores, luka bakar, atau luka pascaoperasi.
Tak hanya itu, bakteri juga dihantarkan melalui gigitan serangga. Apabila seseorang menggaruk terlalu keras hingga mengakibatkan luka terbuka, itu menjadi pintu masuk bakteri.
Baca Juga
Necrotizing fasciitis adalah infeksi yang langka dengan tiga tipe pemicu pertama, bakteri aerobic dan anaerobic. Kedua, bakteri dalam grup A Streptococcus. Ketiga, infeksi Vibrio karena gigitan serangga atau binatang laut.
Beberapa jenis gigitan serangga yang dapat memicu necrotizing fasciitis di antaranya:
Tentu saja tidak serta-merta semua serangga yang disebut di atas dapat menyebabkan infeksi fatal. Beberapa hal yang perlu diperhitungkan adalah reaksi alergi, kekebalan tubuh, hingga kondisi medis lainnya.
Selain gigitan serangga itu sendiri, faktor yang juga tak kalah penting adalah bagaimana seorang individu menangani luka akibat gigitan serangga tersebut. Jika tidak hati-hati, bisa saja justru muncul luka terbuka yang menjadi tempat masuknya bakteri.
Untuk itu, ketika mengalami luka akibat gigitan serangga, pastikan melakukan hal-hal seperti:
Semakin teliti menangani luka, kemungkinan mengalami infeksi langka seperti necrotizing fasciitis pun semakin kecil.
Advertisement
Ditulis oleh Azelia Trifiana
Referensi
Artikel Terkait
Bronkopneumonia pada anak adalah jenis pneumonia yang menyebabkan peradangan pada alveoli. Kondisi ini dapat ditandai dengan demam tinggi, sesak napas, batuk , keringat berlebih, dan muntah.
27 Des 2021
TBC adalah penyakit menular melalui udara, karena bakteri bakteri yang menyerang paru-paru. Lakukan langkah pencegahan TBC secara tepat untuk meminimalisasi risikonya.
7 Agt 2022
Grade luka bakar terbagi menjadi tiga tingkatan. Semakin tinggi derajatnya, luka tersebut akan semakin parah. Karena itu, tiap derajat luka bakar memiliki ciri dan perawatan yang berlainan pula.
12 Feb 2020
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved