Penyebab epilepsi dapat berbeda pada setiap pengidapnya. Mulai dari pengaruh genetik, gangguan pada otak, hingga penyakit menular bisa jadi penyebabnya.
Ditinjau secara medis oleh dr. Reni Utari
15 Nov 2019
Epilepsi yang menyebabkan kejang, juga dapat terjadi pada anak-anak.
Table of Content
Epilepsi atau ayan adalah penyakit yang hingga saat ini, diderita kurang lebih 50 juta orang di seluruh dunia. Tentu itu bukanlah jumlah yang kecil. Lantas, apa sebebarnya penyebab epilepsi hingga bisa menyebar begitu luas?
Advertisement
Epilepsi sendiri merupakan gangguan pada sistem saraf pusat yang membuat aktivitas otak menjadi tidak normal. Orang yang mengidap penyakit ini akan mengalami kejang berulang, perilaku yang tidak normal, hingga hilang kesadaran.
Sebagian kasus penyakit epilepsi tidak diketahui penyebabnya (epilepsi idiopatik). Sementara itu, sebagian kasus lain dapat dipicu oleh hal-hal berikut ini:
Beberapa kasus epilepsi terjadi karena faktor keturunan. Dengan demikian, dari kasus-kasus tersebut, faktor genetik diyakini menjadi salah satu penyebab epilepsi.
Walau begitu, para ahli meyakini bahwa genetik hanya memainkan sebagian peran yang memicu penyakit ini. Beberapa gen akan membuat seseorang menjadi sensitif terhadap kondisi lingkungan yang memicu kejang.
Berdasarkan riset, beberapa gangguan di otak juga meningkatkan risiko epilepsi, seperti tumor otak dan stroke. Stroke menjadi salah satu gangguan otak utama, yang menjadi penyebab epilepsi pada orang berusia di atas 50 tahun.
Bayi dalam kandungan rentan mengalami cedera otak. Cedera otak ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk infeksi dari sang ibu, nutrisi yang kurang, atau kekurangan oksigen. Kerusakan otak tersebut dapat memicu epilepsi dan cerebral palsy.
Beberapa penyakit menular seperti AIDS, meningitis (peradangan pada selaput otak), dan ensefalitis virus (peradangan otak karena virus) dapat menjadi penyebab epilepsi.
Individu yang mengalami cedera kepala, yang bisa terjadi karena kecelakaan mobil dan insiden lain, dapat menjadi pemicu epilepsi.
Beberapa kasus epilepsi dikaitkan dengan gangguan perkembangan, seperti gangguan spektrum autisme dan neurofibromatosis (pertumbuhan sel terganggu yang menyebabkan tumbuhnya tumor pada jaringan saraf).
Selain penyebab epilepsi di atas, risiko penyakit ini juga dapat meningkatkan karena hal berikut ini:
Epilepsi memang bisa muncul pada orang-orang di segala usia. Namun, risiko kekambuhannya lebih besar pada anak dan lansia.
Orang yang pernah mengalami cedera kepala berisiko lebih besar terkena penyakit ini. Risiko ini bisa dikurangi selama Anda melakukan langkah-langkah pencegahan dengan berkendara dengan aman serta berolahraga menggunakan alat pelindung.
Jika Anda memiliki anggota keluarga yang pernah mengalami epilepsi, maka risiko Anda terkena penyakit ini lebih tinggi dibanding orang yang tidak memiliki riwayat keluarga serupa.
Stroke dan penyakit yang menyerang pembuluh darah lainnya, bisa menyebabkan kerusakan otak. Hal tersebut kemudian dapat berujung pada meningkatnya risiko terjadinya epilepsi.
Demensia adalah penyakit yang banyak dialami oleh lansia. Sementara itu, penyakit ini bisa meningkatkan risiko seseorang terkena epilepsi. Tak heran, pengidap ayan umumnya sudah lanjut usia.
Infeksi pada otak seperti radang selaput otak atau meningitis, dapat meningkatkan risiko Anda mengalami epilepsi atau ayan.
Orang yang saat kecil pernah mengalami kejang, disebut lebih berisiko mengalami epilepsi. Namun, kejang yang dimaksud bukanlah kejang yang disebabkan oleh demam tinggi, melainkan karena kondisi kronis seperti penyakit bawaan, atau keturunan.
Kejang menjadi salah gejala utama dari epilepsi. Menurut penelitian para ahli, kejang yang disebabkan oleh epilepsi dapat berupa kejang fokal (parsial) dan kejang umum.
Kejang fokal disebabkan aktivitas abnormal di satu bagian otak, sedangkan kejang umum dipicu karena aktivitas tak normal di seluruh bagian otak.
Berikut ini penjelasan gejala berdasarkan jenis epilepsi secara lebih rinci.
Gejala kejang fokal atau parsial masih bisa dibagi lagi menjadi kejang sederhana dan kejang kompleks.
Pada kejang fokal sederhana, orang yang mengalaminya tidak akan hilang kesadaran, dan mengalami gejala seperti di bawah ini:
Sementara itu, kejang fokal kompleks dapat menyebabkan pengidapnya hilang kesadaran atau linglung. Beberapa gejala lain yang akan muncul adalah:
Kejang umum merupakan kejang yang melibatkan seluruh bagian otak. Jenis kejang ini dapat dibagi menjadi enam kelompok, yaitu:
Kejang ini membuat pengidapnya hanya bisa memberikan tatapan kosong dan cenderung tidak sadar akan keadaan sekitar.
Kejang tonik akan membuat orang yang mengalaminya merasakan otot yang kaku.
Gejala kejang atonik adalah hilangnya kekuatan otot dan bisa membuat Anda jatuh secara tiba-tiba tanpa sebab yang jelas.
Gejala kejang klonik mirip seperti kedutan yang bisa terjadi di otot wajah, leher, dan lengan.
Kejang mioklonik bisa memicu kejang spontan di lengan dan kaki.
Kejang tonik-klonik bisa disebut sebagai jenis epilepsi yang paling parah, sebab gejala yang bisa timbul dapat menyerang hampir semua bagian tubuh, seperti tubuh jadi kaku, gemetar hebat, tidak bisa lagi menahan buang air, menggigit lidah, dan hilang kesadaran.
Penanganan dokter dapat mengendalikan kejang pada mayoritas penderita epilepsi. Beberapa penderita epilepsi akan membutuhkan penanganan jangka panjang untuk mengendalikan kejang tersebut. Sementara itu, pada sebagian penderita lain kejang dapat diatasi seiring berjalannya waktu.
Baca Juga
Penanganan medis untuk epilepsi biasanya diawali dengan obat-obatan. Obat untuk penanganan penyakit ini disebut antikejang atau antiepileptik, yang dapat berupa satu jenis maupun kombinasi.
Apabila obat tidak membantu, dokter akan melakukan pembedahan untuk mengangkat bagian otak yang menyebabkan kejang. Sebelum melakukan operasi, dokter harus memastikan bahwa kejang memang berasal dari area kecil pada otak, serta tidak mengganggu fungsi vital otak.
Agar proses penyembuhan semakin optimal, ada beberapa gaya hidup yang sehat yang bisa Anda terapkan untuk mengendalikan kejang yang dipicu epilepsi. Beberapa kejang tersebut termasuk:
Apabila memungkinkan, Anda juga disarankan untuk menghindari penggunaan televisi dan komputer/laptop.
Advertisement
Ditulis oleh Arif Putra
Referensi
Artikel Terkait
Cara mengatasi kejang pada anak yang benar adalah dengan membaringkan anak di lantai dalam posisi miring. Lalu, bersihkan mulut anak dan longgarkan pakaiannya. Cek pernapasan anak. Jika masih lancar, maka pantau terus kondisinya.
8 Agt 2023
Petit mal atau absans adalah kejang yang paling sering terjadi pada anak-anak dan berlangsung sangat cepat, kurang dari 15 detik.
24 Jul 2020
Kejang pada otot saat tidur sering terjadi pada orang dewasa dan hanya berlangsung sebentar. Salah satu penyebabnya adalah otot yang terlalu tegang.
14 Jun 2019
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved