logo-sehatq
logo-kementerian-kesehatan
Forum
Sex & Relationship

BDSM Tak Semengerikan di Film dan Novel, Ini Faktanya

open-summary

Sex BDSM sebenarnya singkatan dari 6 hal: Bondage, Discipline, Dominance, Submission, Sadism, dan Masochism. Perilaku ini termasuk fetish. Gaya bercinta BDSM bukan hanya sadis, tapi bisa kreatif dan memuaskan pasangan asalkan dilakukan dengan beberapa persetujuan di awal antar pasangan.


close-summary

Ditinjau secara medis oleh dr. Anandika Pawitri

12 Mei 2020

BDSM melibatkan peralatan misalnya cambuk atau kostum untuk fantasi seksual

BDSM aman dilakukan asal dilakukan sesuai perjanjian dan saling percaya

Table of Content

  • Mengenal lebih jauh BDSM
  • Mematahkan mitos BDSM
  • Catatan dari SehatQ

Film Fifty Shades of Grey yang pertama kali diperkenalkan tahun 2015 lalu bisa menjadi titik awal orang mencari tahu lebih jauh apa itu BDSM. Kental dengan fantasi seksual yang mendominasi, BDSM sebenarnya singkatan dari 6 hal: Bondage, Discipline, Dominance, Submission, Sadism, dan Masochism.

Advertisement

Meski dianggap tabu dan tak biasa, tidak salah jika seseorang penasaran dengan apa itu BDSM. Bahkan, mungkin bukan sekadar penasaran, tapi ingin mencobanya dengan pasangan masing-masing. Di Indonesia, komunitas yang tertarik dan aktif melakukan BDSM juga aktif secara online.

Mengenal lebih jauh BDSM

Salah jika menafsirkan apa itu BDSM seperti adegan demi adegan dalam film trilogi Fifty Shades of Grey. Secara kategori, BDSM bisa diklasifikasikan menjadi tiga subkategori:

  • Bondage/Discipline
  • Dominance/Submission
  • Sadism/Masochism

Ini adalah payung besar kinky sex atau gaya bercinta yang tidak biasa. BDSM bisa mengandung salah satu elemen atau semuanya sekaligus, tergantung pada orang yang melakukannya.

Meskipun kata-kata yang menyusun BDSM seperti “dominance”, “sadism”, bahkan “masochism” terlihat mengintimidasi, sebenarnya bukan berarti BDSM menyakitkan. Faktanya, tidak mustahil menggabungkan kekuatan, seks, dan bahkan rasa sakit dengan cara yang sehat.

Tentu kuncinya adalah masing-masing dari pasangan yang melakukan BDSM sama-sama punya percaya dan terbuka mengomunikasikan apa yang mereka rasakan. Lagi-lagi, komunikasi menjadi kunci sehatnya hubungan seksual.

Terlebih pada BDSM yang melibatkan banyak peralatan, adegan, atau fantasi seksual spesifik, komunikasi harus lebih detil. Bukan sekadar gaya bercinta apa yang akan dilakukan, tapi lebih jauh lagi apa yang akan menjadi tema bercinta BDSM selanjutnya.

Mematahkan mitos BDSM

BDSM kerap kali dianggap sebagai hubungan seksual yang sadis, padahal tidak sedangkal itu. Beberapa mitos dan fakta seputar apa itu BDSM di antaranya:

1. Mengutamakan kenikmatan

Bukan dominasi atau rasa sakit yang dicari saat bercinta dengan cara BDSM, namun justru kenikmatan. Untuk membagi peran antara yang dominan dan yang tunduk, perlu ada tanggung jawab dan sikap saling memahami satu sama lain. Faktanya, BDSM bukan hanya sadis tapi bisa kreatif dan manis demi memuaskan pasangan.

Artinya, ketika ada pasangan yang sepakat melakukan BDSM maka setiap dari mereka tahu betul batasan ketika menjalankan perannya. Penting untuk memastikan pasangan saling merasakan kenikmatan – bukannya rasa sakit – dengan komunikasi sedetil mungkin.

2. Penuh kepercayaan

Untuk menjalankan BDSM, harus ada kepercayaan satu sama lain, baik yang Dominant maupun Submissive. Ada elemen kepercayaan yang harus dibangun di tengah dinamika hubungan seksual yang tak biasa. Bahkan ketika gaya bercinta terlihat seakan “menyiksa” seperti diborgol atau diikat, itu juga atas keinginan sukarela yang berperan sebagai Submissive.

Ketika gaya bercinta BDSM menjadi terlalu intens pun, perlu ada kesepakatan apa yang harus diucapkan atau dilakukan. Istilahnya, ada “safe word” yang telah disepakati sebelumnya.

3. Ada persetujuan

Mungkin gambaran apa itu BDSM di novel atau film menggambarkan salah satu pihak tak punya pilihan ketika “terjebak” dalam gaya bercinta BDSM. Padahal, bukan itu yang sesungguhnya terjadi. Memang peralatan seperti rantai, tali, borgol, penutup mata kerap menyebabkan misrepresentasi dari masyarakat tentang BDSM.

Namun sebenarnya, harus ada persetujuan atau consent dari kedua belah pihak sebelum melakukan BDSM. Semua dimulai sejak awal, seperti sexting hingga fantasi seksual BDSM benar-benar dieksekusi.

Adanya persetujuan atau kesepakatan adalah kunci dari aktivitas seksual apapun. Sebelum masuk terlalu jauh, diskusikan secara terbuka apa saja batasan dan intensi yang diinginkan dengan pasangan.

Konsep ini begitu krusial dan tidak boleh terlewat. Melakukan BDSM tanpa adanya consent berarti siap menghadapi konsekuensi membahayakan diri sendiri dan pasangan. Risiko ini cukup signifikan dan tidak boleh dianggap remeh.

Baca Juga

  • Cara Foreplay untuk Berikan Kepuasan Bercinta yang Maksimal
  • Apa Itu Kompromi? Ini Pengertian dan Manfaatnya dalam Membangun Hubungan
  • Cara Bercinta dengan Posisi 69 dan Variasinya

Catatan dari SehatQ

Selama semua pihak dalam sebuah hubungan sama-sama sepakat dan selaras untuk melakukan BDSM, tidak ada salahnya menjajal sensasi menjadi Sub atau Dom dalam gaya bercinta BDSM.

Bahkan, bisa jadi gaya bercinta BDSM membangun ikatan yang lebih dekat karena adanya keterbukaan, kebersamaan mencoba tantangan baru, dan semakin mengenal satu sama lain.

Advertisement

hubungan sekshubungan seksualmenjalin hubungan

Ditulis oleh Azelia Trifiana

Referensi

Bagikan

Artikel Terkait

Diskusi Terkait di Forum

Advertisement

logo-sehatq
    FacebookTwitterInstagramYoutubeLinkedin

Langganan Newsletter

Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.

Perusahaan

Dukungan

Butuh Bantuan?

Jam operasional:
07:00 - 20:00 WIB

Hubungi Kami+6221-27899827

© SehatQ, 2023. All Rights Reserved